4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antar tenaga kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi
akan membuat situasi yang nyaman. 5. Kejadian stres kerja harus di desain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan usaha.
Kejadian stres kerja pada pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam
penelitian ini, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi stres kerja pada pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK di
Bandar Udaraa Soekarno-Hatta Tahun 2014 adalah faktor intrinsik pekerjaan beban kerja, rutinitas dan kebisingan, pengembangan karier promosi kerja, kepuasan gaji
dan pendidikan dan pelatihan dan faktor pekerja umur, masa kerja, pendidikan dan status pernikahan. Berikut akan dibahas satu persatu mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan stres kerja pada pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK.
6.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja
1. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
a. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja
Pada variabel beban kerja, dapat disimpulkan bahwa antara pekerja yang memiliki beban kerja yang berat dan tidak berat memiliki persentase yang
sama yaitu sebesar 50,0 baik pada pekerja yang menjawab beban kerja yang mereka merasakan itu berat maupun tidak berat. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing individu memiliki persepsi yang tidak sama mengenai beban kerja yang harus mereka lakukan di tempat kerja. Hal
ini disebabkan karena sebagai seorang petugas pertolongan dan pemadam kebakaran, para pekerja PKP-PK di Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta
dihadapkan pada situasi kerja dimana ada kalanya harus menunggu dengan tetap siap siaga dan tidak jarang dihadapkan pada situasi kerja yang
menuntut pada kesiapan fisik yang prima dengan waktu yang ditargetkan apabila terjadi panggilan tugas. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja dengan p value sebesar 0,011.
Menurut Munandar 2006 beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja dibedakan lebih lanjut ke
dalam beban kerja berlebih terlalu sedikit ‘kuantitatif’, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak sedikit diberikan kepada tenaga
kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih terlalu sedikit ‘kualitatif’, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk
melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan atau potensi dari tenaga kerja.
Menurut Davis dan Newstrom dalam Margiati mengemukakan bahwa stres kerja disebabkan karena terbatasnya waktu dalam mengerjakan
pekerjaan. Dalam kondisi tertentu, pada beberapa pekerjaan seringkali
memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, pekerja dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Bentuk lain yang merupakan pembangkit stres adalah adanya fluktuasi
dalam beban kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan, tetapi untuk saat-saat lain bebannya malah berlebihan. Faktor waktu juga
perlu dipertimbangkan, makin singkat waktu yang diberikan dalam proses pengambilan keputusan suatu pekerjaan, makin dirasakan desakan waktu,
maka akan semakin besar stresnya. Waktu merupakan salah satu ukuran efisiensi. Pedoman yang banyak didengar adalah “Cepat dan Selamat”. Atas
dasar ini orang sering harus bekerja berkejaran dengan waktu. Dari hasil tersebut diharapkan bagi para pekerja mampu menyesuaikan
diri dengan beban kerja yang harus dikerjakan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pada pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan
adanya beban kerja berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan. Dengan cara mengisi waktu standby dengan hal-hal yang positif seperti
berolahraga ringan, membaca buku dan kegiatan lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan tugas.
b. Hubungan antara Rutinitas dengan Stres Kerja