Stres juga bisa menyebabkan terjadinya perasaan sedih atau depresi. Perasaan seperti ini merupakan hal yang normal. Perbedaan antara depresi yang
normal dan yang tidak normal terletak pada tingkat depresi itu sendiri. Depresi bisa menjadi gangguan psikologis apabila tingkatnya parah terjadi pada kurun
waktu yang lama dan frekuensi terjadinya sering. Perasaan sedih yang terjadi pada karyawan masih pada tingkat yang normal, karena stres yang dialami
karyawan tidak menyebabkannya menjadi depresi berat. Reaksi emosional lainnya adalah rasa marah anger, yang sering terjadi ketika situasi yang ada
dinilai membahayakan atau membuat frustrasi. 3. Dampak Stres Terhadap Tingkah Laku Sosial
Stres bisa mengubah perilaku seseorang terhadap orang lain. Dalam situasi yang menyebabkan stres, seperti bencana alam, orang-orang yang bekerja
sama untuk bisa menolong orang lain. Hal ini dilakukan karena mereka mempunyai tujuan yang sama dan hanya bisa diwujudkan dengan bekerja sama.
Tapi dalam situasi lain, orang lain bisa menjadi tidak sensitif, kurang peduli dan lebih agresif terhadap orang lain. Ketika stres diikuti dengan rasa marah, maka
akan terjadi perilaku sosial yang negatif. Dampak stres terhadap tingkah laku sosial dapat terlihat dari tingkah laku yang menjauhi sesamanya.
2.6. Pengukuran Stres
Teknik pengukuran stres yang banyak digunakan dalam studi di Amerika menurut Karoley dalam Hawari, 2001 dapat digolongkan ke dalam 4 cara, yaitu :
1. Self report measure
Cara ini mencoba mengukur stres dengan menanyakan melalui kuesioner tentang intensitas pengalaman psikologis, fisiologis dan perubahan fisik yang
dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Teknik ini disebut “life event
scale ”.
2. Performane measure
Teknik ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan-perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang, seperti
misalnya penurunan prestasi kerja yang tampak dalam gejala-gejala seperti : a. Cenderung berbuat salah
b. Cepat lupa, kurang perhatian terhadap detail c. Lamban dalam bereaksi
3. Physiological measure
Pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan yang terjadi pada fisik sesorang seperti perubahan tekanan darah, ketegangan otot-otot bahu, leher dan
pundak, dan sebagainya. Cara ini sering dianggap memiliki reabilitas paling tinggi, namun sangat bergantung pada alat yang digunakan dan pengukur itu
sendiri.
4. Biochemical measure
Teknik pengukuran dengan cara ini adalah berusaha melihat respon kimia lewat perubahan kadar hormon kotekolamin dan kortikosteroid setelah
pemberian suatu stimulus. Walaupun cara ini dianggap memiliki reabilitas yang tinggi, namun mempunyai kelemahan yaitu seandainya subjek penelitian adalah
perokok, peminum alkohol dan sering mengkonsumsi kopi, karena pemberian stimulus tersebut juga akan meningkatkan kadar kedua hormon tersebut.
Dari keempat cara pengukuran stres seperti yang telah disebutkan di atas, yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah life event scale karena dianggap
manageable dan biayanya relatif lebih murah walaupun dengan keterbatasan tertentu.
Tabel 2.1. Daftar Pertanyaan untuk Metode
Life Event Scale
Tidak Pernah
Jarang
1 Kadang-
kadang 2
Sering
3 Setiap
Hari 4
Jantung berdebar Gemetar
Menggertakan gigi pada saat tidur
Tidak bisa tidur Rentan terhadap
penyakit Sakit perut
Sakit kepala Sakit kepala sebelah
migrain
Merasa lelah terus- menerus
Sembelit Maag
Percaya diri menurun Hilang nafsu makan
Keringat berlebihan Telapak tangan
berkeringat Lesu
Lupa Linglung
Merasa jengkel Merasa muak
Merasa ingin bunuh diri Pesimis
Cemburu Murung
Sakit pada bagian punggung
Depresi Gelisah
Kehilangan minat dalam berbagai hal
Nyeri otot Sensitif peka
Ragu-ragu Memeriksa pekerjaan
yang berlebihan Sulit bernapas
Berjuang untuk mengatasi penyakit
minor misalnya dingin
Bersikap curiga Rambut rontok
Gangguan konsentrasi Perut mulas rasa panas
dalam perut
Menurunkan berat badan
Iritasi pada tenggorokan Hilang rasa humor
Penyakit kulit Mengambil inisiatif
terlebih dahulu Mimpi buruk
Mulut kering Mengonsumsi tonik
Bioplus, liviton, lucozade, pharmathon
Diare Gugup
Putus asa Mudah kaget
Meningkatnya nafsu makan
Gangguan koordinasi Ketidakpastian
Cepat frustrasi Kurang keterlibatan
dengan orang lain Menggigit kuku
Kurang motivasi Peningkatan motivasi
Peningkatan konsumsi kafein kopi, teh
Resah Pengambilan keputusan
yang buruk Merokok
Merasa di luar kendali Merasa bingung
Tidur yang berlebihan Menggunakan Obat
tidur Merasa lelah ketika
bangun
Merasa kewalahan dengan banyak
pekerjaan
Mengedipkan mata secara berlebihan
Melamun Menunda pekerjaan
Merasa panik Mengurangi
produktivitas Membuang-buang
waktu pekerjaan Sulit untuk
mengidentifikasikan penyebab nun kinerja
Tidak bisa mendiskusikan masalah
dengan orang lain
Sumber : http:bfec.kenyon.eduHealthy_Kenyonstres_psymptoms.pdf
di akses melalui situs Brown family environmental center at Kenyon college
Berdasarkan pernyataan di atas, bobot skor 0 jika responden menjawab “tidak
pernah”, bobot skor 1 jika responden menjawab “jarang”, bobot skor 2 jika responden menjawab “kadang-kadang”, bobot skor 3 jika responden menjawab
“sering”, bobot skor 4 jika responden menjawab “setiap hari”. Untuk melakukan penilaian indikator stres kerja, dapat dilakukan penelitian sendiri self assesment
Sistem skoring penilaian yang digunakan sebagai indikator untuk masing-masing kelompok sebagai berikut :
Nilai 91 : mengalami stres berat
Nilai 21 - 90 : mengalami stres ringan Nilai 20
: tidak mengalami stres
2.7. Manajemen Stres Kerja