13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Stres
Manusia merupakan anggota lebih dari satu kelompok sosial. Dalam melakukan kegiatan di setiap kelompok, manusia dapat mengalami stres. Stres yang
dialami sebagai hasil kegiatannya di setiap kelompok saling menunjang, saling menguatkan. Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi
yang negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik atau pun mental, atau mengarah ke perilaku yang tak wajar Munandar, 2006.
Menurut Ficham dan Rhodes 1988 dalam Munandar 2006 mengasumsikan bahwa stres, yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku,
psikologikal dan somatik, adalah hasil dari atau kurang adanya kecocokan antara orang dalam arti keprbadiannya, bakatnya dan kecakapannya dan lingkungannya,
yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif.
Sedangkan yang dimaksud dengan stres menurut Hans Style 1950 dalam Hawari 2001 adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban kerja yang berlebihan. Bila ia sanggup
mengatasinya itu berarti tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata
ia mengalami gangguan pada satu lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia mengalami
distres.
Mendefinisikan stres merupakan masalah yang tidak mudah. Namun menurut Hasan 2008, setidaknya terdapat tiga macam pendekatan tentang stres yaitu stres
dapat dipandang sebagai stimulus, sebagai tanggapan psikologis atau fisiologis terhadap stimulus, atau interaksi antara keduanya.
a. Stres sebagai stimulus Pendekatan stres sebagai stimulus terfokus pada lingkungan, yakni bila
individu yang bersangkutan mengidentifikasikan sumber atau penyebab stres yang dialaminya adalah karena kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
disekitarnya. Kejadian atau peristiwa yang dianggap mengancam atau merugikan, dengan sendirinya, akan menghasilkan perasaan tertekan yang
disebur stresor. b. Stres sebagai respons atau tanggapan
Fokus pendekatan stres, sebagai respons atau tanggapan, adalah pada reaksi inidividu terhadap stresor. Ketika sesorang menggunakan kata stres,
maka yang dimaksudkannya adalah keadaan tegangnya itu sendiri. Respons atau reaksi individu tersebut mengandung dua komponen yang saling berhubungan,
yaitu psikologis dan fisiologis. Reaksi psikologis meliputi perilaku, pola pikir dan emosi dalam ruang lingkup yang luas. Sementara, reaksi fisiologis meliputi
reaksi tubuh yang meningkat, seperti jantung berdebar-debar, mulut terasa kering, perut kembung dan sebagainya.
c. Stres sebagai interaksi antara stimulus dan respons Stres dapat dilihat sebagai proses yang mencakup stresor dan ketegangan
dengan ditambah dimensi penting lain, yaitu hubungan di antara individu dan lingkungannya. Proses ini mencakup interaksi dan penyesuaian yang terus
menerus yang disebut transaksi. Menurut pendekatan ini, stres bukan hanya merupakan stimulus atau respons, tetapi lebih merupakan suatu proses di mana
seseorang adalah agen yang aktif yang dapat mempengaruhi dampak stresor melalui strategi perilaku, kognitif, dan emosional yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, setiap individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda terhadap stresor yang sama karena dipengaruhi oleh berbagai perbedaan yang dimiliki masing-
masing individu, baik dari aspek biologi, mental, spiritual maupun sosialnya.
2.2. Pengertian Stres Kerja