umumya remaja mendapatkan asupan energi dan protein tidak hanya dari makanan yang disediakan di rumah atau asrama
tetapi juga dari jajanan yang mereka beli bersama dengan teman sebayanya.
Pengaruh peer group adalah sangat penting selama masa remaja dan pada situasi tertentu pengaruh peer group
lebih besar daripada pengaruh keluarga Gift et al, 1978 dan nurlock, 1980 dalam Ulfa, 1998. Menurut Gunarsa dalam
Mumtamhanah 2002 mengatakan bahwa semakin sedikit anggota suatu kelompok akan semakin kuat pengaruh
kelompok tersebut terhadap anggotanya, apalagi bila dibandingkan
dengan suatu
kelompok yang
jumlah anggotanya besar dan tidak tetap. Dalam penelitian Elisa
2002 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara peer group dengan konsumsi energi dan protein.
2.4 Metode Pengukuran Konsumsi Makan
Menurut Supariasa 2001 pengukuran konsumsi makan menghasilkan dua jenis data konsumsi yaitu kualitatif dan kuantitatif.
2.4.1 Metode kualitatif
Metode kualitatif ini digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makan dan menggali informasi
kebiasaan makan food habits. Metode pengukuran konsumsi makanan
bersifat kualitatif yaitu frekuensi makan food frequency, dietary history, telepon, pendaftaran makanan food list.
2.4.2 Metode kuantitatif
Menurut Supariasa 2001 Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat
gizi dengan membandingkan Daftar Konsumsi Bahan Makanan DKBM atau daftar lain. Metode kuantitatif terdiri dari:
1. Metode inventaris inventory method 2. Metode food account
3. Pencatatan makanan rumah tangga household food records 4. Metode recall 24 jam
Mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Petugas menanyakan dan mencatat
kembali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24
jam yang lalu. Kelebihan dari metode ini yaitu mudah dilaksanakan, murah, cepat, dapat digunakan untuk responden
yang buta huruf, memberikan gambaran nyata yang dikonsumsi responden Supariasa, 2001.
5. Estimated Food Record Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua
yang dimakan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga atau menimbang dalam ukuran berat gram
dalam periode tertentu 2-4 hari berturut-turut termasuk cara perisapan dan pengolahan. Adapun kelebihan dari metode ini yaitu
murah, cepat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar, dapat diketahui jumlah zat gizi sehari, dan relative lebih akurat.
Namun kelemahan dari metode ini yaitu membebani responden, tidak cocok untuk responden yang buta huruf, dan sangat
tergantung dari kejujuran responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi Supariasa, 2001.
6. Penimbangan makanan Food Weighing Menurut Supariasa 2001 pada metode penimbangan
makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari.
Bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya
makanan yang dikonsumsi. Kelebihan dari metode ini adalah diperoleh data yang lebih akurat. Sedangkan kekurangannya
adalah memerlukan waktu lama dan biaya cukup mahal, penimbangan yang dilakukan dalam periode cukup lama maka
responden dapat merubah kebiasaan makan mereka, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta memerlukan
kerjasama yang baik dengan responden.
2.5 Penyelenggaraan Makanan Institusi