Tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi energi dan tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan
konsumsi protein, hal ini dimungkinkan bahwa ada faktor lain yang memiliki hubungan langsung dengan konsumsi energi dan protein pada
remaja laki-laki maupun perempuan seperti kebiasaan makan responden ketika sejak kecil, selain itu kondisi psikologis dan kesehatan responden
juga dimungkinkan berhubungan dengan konsumsi energi dan proteinnya.
6.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Energi Dan Protein
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa konsumsi energi kurang lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan gizi
cukup yaitu sebanyak 65 dibandingkan dengan konsumsi energi kurang dan pengetahuan gizinya kurang ada sebanyak 57,5. Dari 20
pertanyaan tentang pengetahuan gizi ada sebanyak 6 pertanyaan untuk konsumsi energi. Sebanyak 26 responden yang menjawab kurang dari
rata-rata pertanyaan pengetahuan tentang energi yang dapat dijawab dengan benar oleh seluruh responden.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi
energi pada remaja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliansyah 2007 bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi. Selain itu juga penelitian ini sejalan dengan penelitian Amsirman 2001, Elisa
2002, Elnovriza 2008 dan Ulfa 1998 yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi zat gizi pada
remaja. Selain itu dari pertanyaan pengetahuan tentang energi, ada 60 responden yang menjawab dengan baik.
Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang pengetahuan gizinya kurang yaitu sebesar 20
dibandingkan dengan konsumsi protein kurang dan pengetahuan gizi cukup yaitu sebesar 18,3. Selain itu dari hasil penelitian didapatkan
bahwa ada 75 responden yang menjawab pertanyaan pengetahuan tentang protein dengan baik. Hal ini dimungkinkan bahwa pengetahuan yang baik
belum tentu diaplikasikan dengan mengkonsumsi makanan yang baik pula, ini dapat disebabkan oleh kebiasaan konsumsi makanan sumber
protein sejak kecil juga dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan sumber protein saat ini atau faktor kesukaan terhadap makanan
sumber protein. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuliansyah 2007 bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Akan tetapi penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julianto 2002
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein.
Jumlah responden yang pengetahuannya cukup dan konsumsi energinya kurang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
pengetahuan gizinya cukup dan konsumsi proteinnya kurang. Hal ini dimungkinkan karena menu yang disajikan untuk semua responden sama
ukurannya kecuali nasi. Setiap responden diberikan kebebasan untuk mengambil nasi sesuai dengan keinginannya sehingga ada kemungkinan
responden hanya memakan nasi sedikit dan dapat menyebabkan terjadinya konsumsi energi yang kurang. Sedangkan apabila ada
responden yang tidak mengambil makanan sumber protein yang disediakan, maka akan diberikan makanan pengganti seperti telur sebagai
alternatif. Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan
gizi dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna
antara pengetahuan
gizi dengan
konsumsi protein,
dimungkinkan bahwa meskipun para responden memiliki pengetahuan gizi yang cukup akan tetapi pengetahuan gizi tersebut tidak diaplikasikan
dalam kebiasaan konsumsi energi dan protein mereka. Selain itu juga pengetahuan gizi pada masa remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan
tempat mereka tinggal, kesukaan terhadap makanan, kebiasaan makan sejak kecil, kepercayaan pantangan-pantangan, informasi media massa
yang menarik dan membuat para remaja tertarik untuk mengkonsumsinya Suhardjo, 1989.
Masa remaja adalah periode perubahan yang sangat drastis baik fisik maupun psikologis. Khomsan 2000 menjelaskan bahwa
pengetahuan gizi yang dimiliki seseorang belum berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya, mereka mungkin memahami tentang
protein, karbohidrat, vitamin, dan zat lainya yang diperlukan untuk keseimbangan dietnya tetapi tidak pernah diaplikasikan pengetahuan gizi
tersebut didalam kehidupan sehari-hari. Suhardjo 1989, info pangan yang masuk ke seseorang akan
diseleksi berdasarkan suatu nilai dasar yang ditentukan oleh 4 faktor, yaitu selera, nilai sosial makanan, manfaat kesehatan dan gizi serta harga
pangan dengan pangan lain yang sejenis. Ditambahkan pula bahwa faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
adalah banyaknya sumber informasi yang dimiliki oleh seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi dan kemampuan seseorang menerapkan
pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan perkembangan pemanfaatan pangan yang sesuai.
6.3.3 Hubungan Uang Saku Dengan Konsumsi Energi Dan Protein