yang menarik dan membuat para remaja tertarik untuk mengkonsumsinya Suhardjo, 1989.
Masa remaja adalah periode perubahan yang sangat drastis baik fisik maupun psikologis. Khomsan 2000 menjelaskan bahwa
pengetahuan gizi yang dimiliki seseorang belum berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya, mereka mungkin memahami tentang
protein, karbohidrat, vitamin, dan zat lainya yang diperlukan untuk keseimbangan dietnya tetapi tidak pernah diaplikasikan pengetahuan gizi
tersebut didalam kehidupan sehari-hari. Suhardjo 1989, info pangan yang masuk ke seseorang akan
diseleksi berdasarkan suatu nilai dasar yang ditentukan oleh 4 faktor, yaitu selera, nilai sosial makanan, manfaat kesehatan dan gizi serta harga
pangan dengan pangan lain yang sejenis. Ditambahkan pula bahwa faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
adalah banyaknya sumber informasi yang dimiliki oleh seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi dan kemampuan seseorang menerapkan
pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan perkembangan pemanfaatan pangan yang sesuai.
6.3.3 Hubungan Uang Saku Dengan Konsumsi Energi Dan Protein
Dalam penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang konsumsi energinya kurang dan memiliki uang saku dalam katagori
besar dibandingkan dengan responden yang konsumsi energinya kurang dan memiliki uang saku dalam katagori kecil yaitu sebesar 58,8.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara besarnya uang saku dengan konsumsi
energi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirana 2007 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara uang
saku dengan konsumsi energi. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki uang saku dalam katagori
besar yaitu sebanyak 19,7 dibandingkan dengan responden yang memiliki uang saku dalam katagori kecil yaitu sebesar 17,6.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi protein.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirana 2007 bahwa ada hubungan yang bermakna antara uang saku dengan
konsumsi protein. Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara uang saku
dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi protein, hal ini dimungkinkan bahwa
dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja dapat dengan mudah membeli makanan jajanan seperti kudapan. Selain mengkonsumsi
makanan yang disajikan dari kantin, biasanya responden juga mengkonsumsi jajanan atau kudapan yang mereka beli dari koperasi
dengan menggunakan uang saku yang mereka miliki. Jajanan yang mereka beli belum tentu mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
mereka. Selain itu juga jajanan yang dibeli dengan menggunakan uang saku mereka dapat menyebabkan pola konsumsi responden berubah.
Dalam penelitiannya Kirana 2007 mengatakan bahwa jenis jajanan yang dibeli oleh responden juga menentukan kecukupan energi
dan protein seseorang, meskipun alokasi uang saku untuk membeli jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan apakah jajanan
yang dibeli memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi. Jajanan yang dibeli oleh para responden pada umumnya tidak dikonsumsi sendiri
oleh responden melainkan dikonsumsi bersama-sama dengan teman- teman responden di asrama sehingga meskipun responden membeli
jajanan yang cukup banyak tetapi energi dan protein yang dikonsumsi oleh responden hanya sedikit. Selain itu, dalam membeli jajanan juga
dibutuhkan pengetahuan responden. Akan tetapi pada masa remaja pengetahuan yang baik belum tentu membuat responden membeli jajanan
yang mempunyai zat gizi yang baik.
6.3.4 Hubungan Citra Tubuh Dengan Konsumsi Energi Dan Protein