remaja tersebut dalam mengkonsumsi makanan. Pada penelitian Elnovriza 2008 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan gizi responden dengan asupan zat gizi. Sedangkan dalam penelitian Umri 2001 didapatkan
bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi energi dan ada hubungan bermakna antara
pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi protein.
2.3.1.6 Keterampilan Memasak
Konsumsi makan seseorang tergantung dari masakan yang dimasak, hal ini berarti dibutuhkan keterampilan memasak yang
baik. Dengan keterampilan masak yang baik maka pemilihan bahan makanan dan pengolahan makanan yang baik dapat meningkatkan
selera orang yang akan memakannya. Dalam rumah tangga keterampilan masak seorang ibu sangat diperlukan agar anak-
anaknya dapat mengkonsumsi makanan yang disediakan dengan baik. Sedangkan untuk orang-orang yang berada di luar rumah
seperti pondok pesantren, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya tergantung kepada juru masak tempat tersebut Moehyi, 1992.
2.3.1.7 Kesehatan
Tubuh memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dari penyakit infeksi apabila dalam keadaan gizi baik dan apabila
keadaan gizi tidak baik atau buruk maka kemampuan tubuh dalam
mempertahankan diri dari penyakit infeksi akan menurun. Hal ini disebabkan kekebalan tubuh yang menurun akibat kurangnya
asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Aritonang, 1996 dalam Amsirman 2001. Status kesehatan seseorang akan mempengaruhi
konsumsi makannya. Pada orang dalam kondisi sakit cenderung memiliki konsumsi makan yang rendah dari pada orang dalam
kondisi sehat.
2.3.1.8 Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh sosial, budaya, fisiologis, dan psikologi. Menurut Khumaidi 1994 yang dimaksud kebiasaan makan adalah
tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
pemilihan makanan. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai afektif yang berasal dari alam, budaya, sosial,
ekonomi. Menurut Husaini 1989 dalam Elisa 2002 Kebiasaan makan
merupakan refleksi dari pemenuhan kebutuhan fisik, keinginan, kepuasan dan ketenangan. Kebiasaan makan menentukan jumlah zat
gizi yang dikonsumsi, baik dipandang dari segi kualitas maupun kuantitas. Remaja puteri mempunyai kebiasaan makan dan
pemilihan makan yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari fisik, sosial, lingkungan, keluarga, teman
sebaya dan psikologi Story, 1995 dalam Amsirman, 2001.
2.3.1.9 Kesukaan Preferensi Makanan