dan lain-lain. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein dalam kurun waktu yang cepat, maka tubuh akan dengan mudah terserang
penyakit infeksi dan dapat menyebabkan kematian Hardiansyah dan Martianto, 1992.
Kurangnya konsumsi energi dan protein disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan makan sejak kecil. Menurut
Moehji 2003 dalam Elnovriza 2009 kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik
yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia remaja mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi
dan dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Selain itu dari hasil observasi ternyata karena aktifitas
yang cukup padat membuat responden terkadang tidak mengkonsumsi makanan yang disedikan oleh pihak kantin dan lebih memilih
mengkonsumsi makanan ringan yang mereka miliki di dalam asrama. Dan juga apabila responden merasa bosan dengan menu yang disediakan maka
responden lebih memilih membeli makanan yang ada di terdapat di kantin yang menjual makanan seperti bakso, mie instan, jus, mie ayam, dan
lainnya.
6.2.2 Gambaran Jenis Kelamin Peserta Didik di MAN Insan Cendikia
Serpong
Remaja putera dan remaja puteri memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda. Kebutuhan energi dan protein remaja putra berbeda dengan
remaja putri. Hasil penelitian ini diketahui bahwa responden berjenis kelamin
perempuan lebih banyak sebesar 53 dan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 47. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa ada sebanyak
67,9 responden perempuan yang konsumsi energi kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brisdon 1993 bahwa remaja puteri
cenderung lebih sedikit konsumsi energinya dibandingkan dengan remaja putera.
Menurut Arisman 2009 remaja putra memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan remaja putri karena perbedaan komposisi
tubuh dan kecepatan pertumbuhan. Para remaja terutama remaja putri mempunyai selera makan yang berubah-ubah, mereka cenderung lebih
memperhatikan jumlah makanan yang mereka konsumsi. Dalam Suhardjo 1989 menyatakan bahwa sebagian besar wanita mempunyai pantangan
terhadap makanan sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam penerimaan terhadap makanan. Berarti hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Brisdon 1993 yaitu remaja perempuan konsumsi energi lebih rendah dibandingkan dengan remaja laki-laki.
6.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Peserta Didik di MAN Insan Cendikia
Serpong
Pengetahuan gizi sangat penting karena dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan status gizi baik sehingga penyediaan makanan yang
bergizi dapat tercukupi dan pangan tersebut dapat diolah dan dikonsumsi guna perbaikan gizi. Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi
dari pengetahuan gizi dalam sikap terhadap gizi. Sanjur dalam Kumary 2001 menyatakan bahwa pengetahuan gizi mempengaruhi praktek
melalui sikap terhadap konsumsi makan. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang
memiliki pengetahuan gizi baik lebih banyak yaitu sebesar 60. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan gizi kurang sebesar
40. Menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan
seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi
relatif mandiri. Para remaja umumnya memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam berbagai makanan dan
manfaatnya terhadap tubuh Mc Williams, 1993. Periode remaja adalah periode perubahan yang sangat drastis baik fisik maupun psikologi.
Sehingga pengetahuan baik tidak selalu mencerminkan perilaku remaja tersebut dalam mengkonsumsi makanan.
6.2.4 Gambaran Uang Saku Peserta Didik di MAN Insan Cendikian