antara supan energi pada remaja laki-laki maupun pada remaja perempuan.
2.3.1.3 Pendidikan
Konsumsi makan seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikannya. Seseorang yang mempunyai pendidikan dan
pengetahuan yang cukup tentang gizi maka mempertimbangkan kebutuhan fisiologik akan lebih penting dari pada kepuasan psikis
Prajitno, 1994. Seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi umumnya mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi juga
sehingga akan memilih makanan yang lebih murah dan bernilai gizi lebih tinggi Suhardjo, 1989.
2.3.1.4 Uang Saku
Uang saku merupakan bagian pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk keperluan harian,
mingguan, atau bulanan. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak Azizah, 2007
dalam Dilapanga, 2008. Uang saku sangat menentukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Biasanya remaja memilih
makanan sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering mengkonsumsi makanan-
makanan modern dengan pertimbangan prestice dan juga harapan akan diterima dikalangan peer group mereka.
Menurut Berg 1986 dalam Hela 2008 uang sangat mempengaruhi makanan yang dikonsumsi oleh seseorang. Tingkat
pendapatan akan mempengaruhi apa yang akan dibeli oleh seseorang dengan menggunakaan uang.
2.3.1.5 Pengetahuan Gizi
Remaja umumnya memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam berbagai makanan
dan manfaatnya terhadap tubuh McWilliams, 1993. Konsumsi makan juga berkaitan dengan pengetahuan gizi seseorang. Banyak
orang yang menderita kekurangan gizi karena mereka tidak mengetahui manfaat makanan yang bervariasi dan mengandung zat-
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Mereka pada umumnya lebih memilih makanan yang terasa enak dan mengenyangkan tetapi
rendah kandungan zat gizinya dan tidak mengerti akan pentingnya makanan untuk kesehatan Simanjutak, 1995 dalam Iskandar,
2003. Menurut Suhardjo 1989 pengetahuan gizi sangat penting
karena dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan status gizi baik sehingga penyediaan makanan yang bergizi dapat tercukupi
dan pangan tersebut dapat diolah dan dikonsumsi guna perbaikan gizi. Sanjur dalam Kumary 2001 menyatakan bahwa pengetahuan
gizi mempengaruhi praktek melalui sikap terhadap konsumsi
makan. Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi dari pengetahuan gizi dalam sikap terhadap gizi.
Orang yang memiliki pengetahuan gizi yang tinggi terdapat kecenderungan untuk memilih makanan yang lebih murah dengan
nilai gizi yang lebih tinggi Yahya, 1993 dalam Julianto, 2002. Menurut Khomsan 2003 pengukuran pengetahuan gizi dapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan. Instrumen ini merupakan bentuk tes objektif yang paling
sering digunakan, di dalam menyusun instrumen ini digunakan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam tes dan responden
hanya memilih jawaban yang benar. Alternatif jawaban yang benar dari berbagai opsi disebut jawaban, sedangkan alternatif yang salah
disebut distracter. Distracter yang baik mempunyai ciri karakteristik yang hampir mirip dengan jawaban. Dengan demikian responden
harus berpikir dahulu sebelum menentukan pilihan jawaban yang benar.
Dalam penelitian Juliato 2002 diketahui bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi
energi sedangkan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Periode remaja adalah periode
perubahan yang sangat drastis baik fisik maupun psikologi. Sehingga pengetahuan baik tidak selalu mencerminkan perilaku
remaja tersebut dalam mengkonsumsi makanan. Pada penelitian Elnovriza 2008 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan gizi responden dengan asupan zat gizi. Sedangkan dalam penelitian Umri 2001 didapatkan
bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi energi dan ada hubungan bermakna antara
pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi protein.
2.3.1.6 Keterampilan Memasak