113 barang-barang berharga lainnya kepada keluarga khalifah dan keluarga para
pejabat tinggi Negara.
301
2. Masa Pemerintahan al-Ma’mun.
Al–Ma’mun sebagai pengganti ayahnya meneruskan tradisi keilmuan dan penerjemahan karya-karya ilmuwan Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia juga
mendirikan sebuah akademi di Baghdad yang di beri nama Bait al-hikmah gedung kebijaksanaan yang di dalamnya terdapat sebuah observatorium yang
diperuntukkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Meskipun kata, Ahmad Shalabi, pembangunan Bait al-Hikmah ini telah diawali pada masa Harun al-
Rasyid.
302
Diantara kelebihan yang dimiliki al-Ma’mun adalah keintektualannya dan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan,ia juga banyak mengumpulkan buku-buku untuk disimpan di bait al-hikmah. Selain itu, ia pun banyak mengundang para penerjemah untuk
menerjemahkan buku-buku sains dan filsafat Yunani kedalam bahasa Arab, dengan memberikan imbalan gaji yang cukup besar dan memuaskan. Suyuthi,
mengatakan bahwa,al-Mamun adalah salah satu tokoh Bani Abbas yang paling utama keilmuan, keberanian, kehebatan, kesabaran dan kecerdasannya.sehingga
ia telah dapat menempatkan dirinya dipuncak kekhifahan abbasiyah
303
. Para khalifah Abbasiyah memiliki kualitas yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Kendati demikian, apabila diperhatikan dari kualitas kepemimpinannya, tampaknya dari sembilan khalifah Abbasiyah pertama, hanya
lima orang saja yang termasuk kepada khalifah besar The Great. Kelima khalifah tersebut adalah Abu al-Abbas as-Saffah, Abu Ja’far al-Mansyur, al-
Mahdi, Harun al-Rasyid, dan al-Ma’mun. Sedangkan al-Hadi, al-Amin, al-
301
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab Jakarta:Logos, 1999,104.
302
Ahmad Shalabi, Sejarah Kebudayaan Islam Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1993, 120.
303
Mengeai masalah sanjungan dan pujian tentang sifat-sifat al-Mamun oleh sejarawan dapat dilihat misalnya pada as-Suyuti, Ta
ikh al-khulafa
Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1975,. 487-489.
114 Mu’tashim dan al-Watsiq dianggap kurang mampu memimpin dan membawa
kemajuan kekhalifahan Abbasiyah.
304
Masa pemerintahan al-Ma’mun termasuk ke dalam katagori khalifah yang berhasil mencapai puncak kemegahan dan kebesaran Daulat abbasiyah. Sekali pun
masa-masa sepeninggalnya masih tetap gemilang, akan tetapi sedikit demi sedikit kekuasaan para khalifah itu mulai menurun. Sebab, kekhalifahan al-Ma’mun ini
merupakan puncak tertinggi pada periode pertama masa Daulat Abbasiyah dan masa sesudahnya telah bergeser dan berpindah ketangan sultan-sultan.
305
Khalifah pertama Dinasti Abbasiyah adalah Abu al-Abbas as-Saffah 132- 136 H.750-754 M.. Menurut as-Suyuthi, dalam Tarikh al-Khulafa, dikatakan
bahwa beliau adalah seorang yang bermoral tinggi, memiliki loyalitas, disegani, berpikir luas, pemalu, bertingkah laku baik. Ia sopan dan menepati janji sesuai
dengan waktunya.
306
Kalau Abu al-Abbas as-Saffah dianggap sebagai pendiri, maka khalifah Abu Ja’far al-Mansyur 136-158 H.754-777 M. dianggap sebagai Pembina
sebenarnya Dinasti Abbasiyah. Beliau adalah tokoh Abbasiyah yang terkenal hemat, berani, tegas, berpikir cerdas dan gagah perkasa.
307
Menurut Ibnu Thabathiba, al-Mansur adalah seorang raja yang agung, tegas, bijaksana, alim,
berpikir cerdas, pemerintahannya rapih, amat disegani dan berbudi baik. Namun seperti pendahulunya, sifat keras dan tidak mengenal belas kasih kepada orang-
orang yang tidak sepaham dengannya menjadi cirri dari khalifah ini. Khalifah berikutnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin al-Mansur,
yang bergelar al-Mahdi 158-169 H.777-785 M., merupakan putra al-Mansur
304
Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik, 84.
305
Khalifah al-Ma’mun, sebelumnya 132 H.750 M. sampai wafatnya Khalifah al- Watsiq 232 H.874 M. termasuk kepada periode pemerintahan Abbasiyah pertama. Sedangkan
masa sesudahnya , dimana khalifah-khalifah masa masa itu lebih banyak dikendalikan oleh orang- orang Turki, yang berakibat legitimasi terhadap khalifah berpindah ketangan para sultan. Lihat
M.Masyhur Amin, Dinasti Islam Yogyakarta :LKPSM, 1995,95. lihat juga Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik:Perkembangan ilmu pengetahuan Islam
Jakarta:Kencana, 2007,.50-51.
306
Jalaluddin as-Suyuti, Ta rikh al-Khulafa
Kairo: Maktab an-Nahdah al-Misriyah, 175, 100.
307
Jalaluddin as-Suyuti, Ta rikh al-Khulafa
, 414.
115 yang dilahirkan di Idzdad, sebuah tempat antara khuzistan dan Isfahan pada tahun
126 H.
308
Masa pemerintahannya, menurut William Muir, merupakan masa transisi antara masa pemerintahan Abbasiyah yang keras dan kasar dan masa
pemerintahan berukutnya yang makmur.
309
Ia merupakan penguasa yang lembut dan dermawan, setelah naik tahta ia berusaha untuk menghapus kesan kekakuan
dan kekasaran pemerintahan yang dilakukan ayahnya. Ia sangat baik dan berbelas kasih kepada kaum miskin dan kurang mampu.
Harun al-Rasyid 170-193 H.786-809 M., adalah khalifah berikutnya yang termasuk ke dalam lima besar khalifah Bani Abbasiyah, merupakan khalifah
yang dianggap paling cerdas dan cemerlang yang membawa Dinasti Abbasiyah mencapai zaman keemasannya, ia memerintah selama 23 tahun dan mampu
membuat Dinasti ini mencapai kemajuan dan kejayaan dibidang politik, ekonomi,perdagangan, ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dalam kitab-kitab
sejarah pun ia mendapatkan porsi pembahasan yang paling panjang diantara khalifah-khalifah lainnya.
310
Dimasa pemerintahan Haruan al-Rasyid, mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan sebuah ilustrasi kebudayaan dan pikiran yang cemerleng pada saat itu,
dan merintis jalan kearah kebangkitan, serta membangun baitul mal yang yang ditugaskan untuk menanggung narapidana dengan memberi makan dan pakaian di
musim panas dan musim dingin, Beliau juga membuat buku seribu satu malam yang menduduki tempat paling atas di bidang kesusastraan dunia.
Harun al-Rasyid adalah seorang khalifah yang paling dihormati, suka bercengkrama, alim dan sangat dimuliakan sepanjang usia menjadi khalifah.
Kedudukan khalifah Harun al-Rasyid di dalam negerinya lebih hebat dari segala peristiwa dan kekacauan yang timbul di beberapa tempat, menurut as-Suyuti,
308
As-Suyuti, Ta rikh al-Khulafa
, 434.
309
William Muir, The Caliphate : Its Rise, Decline, and Fall London:Darf Publisher, 1984, 465.
310
Lihat misalnya Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir at-Tabari,Ta rikh al-Umam wa al-
Muluk Beirut :Dar el-Fikr, 1987, ia menjadi figur yang legendaris karena cerita-cerita tentang
dirinya dalam Kitab Alf Laylah wa Laylah 1001 malam.
116 bahwa zaman pemerintahan Harun al-Rasyid seluruhnya merupakan zaman yang
penuh kebaikan, semuanya indah seperti pengantin baru.
311
Khalifah terakhir yang termasuk dalam lima besar khalifah Abbasiyah adalah al-Ma’mun 198-218 H.813-833 M..
Menurut Suyuthi, al-Ma’mun adalah tokoh Bani Abbas yang paling utama keilmuaannya, keberanian,
kehebatan, dan kecerdasannya, jauh berbeda dengan saudaranya al-Amin, ia memiliki sifat pemaaf, dan juga kurang berminat terhadap hiburan dan
permainan.
312
Semasa kecilnya, al-Ma’mun telah banyak mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dia banyak mempelajari Hadits dari ayahnya, Harun al-Rasyid dan
guru-gurunya bernama Hasim, Abid bin Awwan,Yusuf bin Atiyah dan banyak lagi. Di lain pihak ia juga belajar sastra, tata bahasa arab, dan falsafah.
Al-Ma’mun merupakan salah satu keturunan Bani Abbas yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, pintar, berpendirian kokoh, penyantun, berpengetahuan,
berpikir logis, pemberani, dermawan dan mempunya cita-cita yang tinggi. Bahkan al-khatib sampai berani berkata bahwa tidak ada seorang pun dari khalifah yang
hafal al-qur’an dengan baik selain Utsman bin Affan dan al-Ma’mun.
313
Al-Ma’mun adalah seorang khalifah yang sangat mencintai akan ilmu pengetahuan dan saleh perangainya. Sifat dan watak baiknya itulah yang
menyebabkan ia mampu memegan jabatan pemerintahannya selama 20 tahun. Akan tetapi kebesaran jiwa dan perangai baik al-Ma’mun, mendapat sorotan yang
tajam, ketika terjadi kontroversi mengenai pemberlakuan mih{nah
Ingkuisisi terhadap lawan-lawan diskusinya.
314
311
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009, 99.
312
Pujian dan sanjungan tentang sifat al-Ma’mun ole4h para sejarawan dapat dilihat misalnya pada as-Suyuti,Ta
rikh, 487-489.
313
Riwayat ini termasuk khabar gharib, menurut Ibnu Katsir. Lihat , Ibnu Katsir, A l- Bidayah wa al-Nihayah
Bairut: Maktab al-Ma’arif, 1990, 275.
314
Pada mulanya al-Ma’mun tidak menjelaskan pendiriannya secara terbuka, karena ia khawatir akan terjadinya perbedaan pendapat dengan para ulama yang pada umumnya beraliran
suni. Lihat, Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam 3 Jakarta:Intermasa, 1994, 151.
117 Pada bulan Rabi’ul Awal tahun 218 H. kira-kira empat bulan sebelum
meninggal. Al- Ma’mun pernah menulis surat yang ditujukan kepada Gubernur Irak, Ishak ibn Ibrahim, yang isinya antara lain memerintahkan agar menguji para
qadhi dan para saksi tentang khulq al-Qur’an dan mengintruksikan supaya mereka melaksanakan perintah tersebuit. Surat itu demikian panjang, dengan
mengemukakan dalil-dalil al-Qur’an yang menjelaskan bahwa ia adalah makhluk.
315
Para qadhi dan para saksi yang menolak untuk menyatakan khuluq al- qur’an
dianggap telah musyrik. Dengan demikian mereka tidak berhak untuk menduduki jabatan hakim dan kesaksian mereka tidak sah. Surat tersebut dikirim
keseluruh wilayah kekuasaan Islam, seperti Damaskus, dan dengan demikian maka terjadilah mih{nah
316
di seluruh wilayah itu. Mih{
nah ini merupakan semacam lembaga penyelidik yang berfungsi untuk meneliti paham seseorang, terutama para pejabat pemerintahan pada saat itu.
Mih{ nah ini intinya untuk mengetahui paham yang dianut oleh seseorang para
pejabat, apakah ia berpahakan Mutazilah atau bukan, karena pada masanya ini Mutazilah dijadikan paham resmi Negara.
Keberpihakan al-Mamun terhadap paham Mutazilah ini tampaknya tidak dapat dipisahkan dari kehausannya terhadap ilmu pengetahuan yang rasional, dan
kecintaannya terhadap filsafat yang mendorongnya untuk lebih menyetujui paham Mu;tazilah ini dibandingkan dengan paham-paham yang lain yang ada pada saat
itu. Al-Ma’mun wafat pada hari rabu, tanggal 13 Jumadil akhir, pada waktu
sedang berperang melawan Romawi di Bazandon
317
Tarsus kemudian
315
Dalil-dalil al-Qur’an itu antara lain surat ke 43:2, 6:1, 20:99 dan 11:1. untuk lebih lengkapnya lihat Melville Patton, Ahmed ibn Hambal and Mih{na
h
al-Hilal, t.th, 104-107.
316
Secara fenomenoligi, mih{ nah dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam telah
terjadi sebelum masa al-Ma’mun. jahm ibnu Sofwan dihukum mati karena ia membawa faham sendiri. Ma’bad al-Juhani dihukum mati karena melahirkan faham Qadariyah pada masa Khalifah
Abdul Malik bin Marwan pada tahun 80 H.Ghaylan al-Dimasyqi juga dihukum mati oleh khalifah Hisyam ibn Abdul Malik pada tahun 105 H. lihat Ahmad Amin, Dhuha al-Islam Kairo:Maktabah
al-Nahdah,1965,162, dan Nur khalis Madjid, Khazanah Intelektual Islam Jakarta:Bulan Bintang, 1990, 14.
317
C. Israr, Sejarah Kesenian Islam Jakarta:Bulan Bintang, 1978, 117.