109 Silsilah di atas itu memperlihatkan urutan sampai kepada khalifah ke 7,
yaitu khalifah al-Ma’mun yang oleh para ahli sejarah di Barat dipanggil dengan sebutan The Great Orang Besar Khalifah Abbasiyah.
288
1. Pengankatan al-Ma’mun Sebagai Khalifah
Al-Ma’mun diangkat menjadi khalifah ke 7, Daulah Abbasiyah pada usia 28 tahun dan memerintah selama 20 tahun. Masa pemerintahanya dimulai pada
tahun 198 H. atau bertepatan tahun 813 M. sampai dengan tahun 218 H. atau
288
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, 27.
Abbas bin Abdil Muthalib Abdullah
Ali Muhammad
Ibrahim Abdullah
Saleh Abdul Samad
1.Abdullah Abul Abbas al-Saffah 132-136
H750-754M 2.Abdullah Abu Ja’far al-
Mansur 136-156 H.754- 775 M.
Musa
3. Al-Mahdi 158-169 H.777-785 M.
4. Al-Hadi 169-170 H785-786 M
5. Harun al-Rasyid 170-193 H786-809 M
7. Al-Ma’mun 198-218 H.813-833 M.
6.Al-Amin 193-198 H809-813 M.
110 bertemapatan tahun 833 M. pada masa pemerintahannya ini dipandang sebagai
puncak keemasan dan kebesaran Daulat Abbasiyah.
289
Pengangkatan AL-Ma’mun sebagai khalifah dilatar belakangi oleh koflik perang saudara dengan pasukan al-Amin. Sewaktu al-Amin menjabat sebagai
khalifah di Baghdad, sementara al-Ma’mun menjabat sebagai Gubernur Amir di kota Khurasan Merv, sekarang masuk Iran ibu kota Asia tengah waktu itu.
Menurut Suyuti, “al-Amin adalah seorang yang bertutur dan berseni sastra, tetapi amat buruk dalam mengurus pemerintahannya. Pikirannya lemah, wataknya
tergesa-gesa, singkat kata ia tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin”.
290
Segala urusan
kenegaraan lebih
banyak diserahkan
kepada mentri
kepercayaannya, yaitu fadhil bin Rabi.. Tidak lama setelah al-Amin diangkat sebagai khalifah,ia mengambil satu
keputusan yang kontroversial, yaitu dengan melepaskan jabatan putra mahkota dari al-ma’mun dan al-Kasim yang oleh Harun ar-Rasyid dahulu diberikan.
291
Sebagai gantinya, ia melantik putranya, Musa bin al-Amin sebagai putra mahkota. Padahal pada tahun 791 M. Harun ar Rasyid, atas permintaan istrinya, Ratu
Zubaedah, seorang wanita keturunan Arab, menunjuk ketiga anak laki-lakinya yaitu Al-Amin, Al-Ma’mun dan al-Qasim, sebagai calon-calon pengganti secara
berturut-turut setelah kematiannya.
292
Peristiwa ini, mengundang kemarahan di pihak al-Ma’mun, dan dianggap sebagai tantangan untuk berperang, sehingga terjadilah peperangan antara
kelompok al-Amin dengan didukung 50.000 tentara dibawah pimpinan Ali bin Isa bin Mahan, sedangkan dipihak al-Ma’mun,dipimpin oleh Tahir bin Husain dengan
didukung 40.000 tentara.
293
Peperangan ini terjadi di dekat Rayy pada tahun 811 M.dan dimenangkan oleh pihak al-Ma’mun. tidak puas atas kekalahan tersebut,
289
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam 3, 149.
290
Jalaluddin al-Syuyuthi, Ta rikh al-Khulafa
, 474.
291
Al-Mas’udi, Muruj az-Z{ah{ab wa ma’adin al-Juwh{ar Bairut: Dar el Kitab al-Lubnani, 1982, 398.
292
Al-Mas’udi, Muruj az-Z{ah{ab wa ma’adin al-Juwhar, 396.
293
Al-Mas’udi, Muruj az-Z{ah{ab wa ma’adin al-Juwhar,.399
111 al-Amin kemudian mengerahkan pasukan baru dibawah pimpinan Abdurrahman
al-Jabalah. Pasukan Tahir pun kembali mengalahkan pasukan ini, dan berhasil menduduki Hamadan. Al-Ma’mun pun mengirim dua orang Jenderalnya, yaitu
Harsama dan Jubair, untuk menduduki seluruh Persia.
294
Kemudian jenderal-jenderal al-Ma’mun, yaitu Tahir bin Husain dan Harsama, berangkat untuk menyerang al-Amin. Mereka menaklukkan Ahwaz,
Yemana, Bahrain, Oman serta merebut Wasit, selanjutnya Jenderal-jenderal itu berangkat menuju Baghdad dari berbagai jurusan, mereka mengepung kota
Baghdad selama beberapa bulan,hingga Baghdad mengalami kerusakan yang besar selama pengepungan itu. Sehingga akhirnya, al-Amin terpaksa harus
mencari perlindungan sendiri bersama ibu dan keluarganya di sebuah benteng di tepi barat sungai., karena tokoh-tokoh penting yang selama ini mendukungnya
mulai meninggalkannya. Selanjutnya al-Amin berpikir untuk menyerah saja karena ia masih
percaya bahwa saudaranyaal-Ma’mun akan berlaku baik. Ternyata, dalam perjalanan menuju penyerahan dirinya itu, ia justru disergap dan dibunuh oleh
beberapa orang tentara Persia.
295
Persaingan antara dua orang saudara itu tampaknya tidak bisa dilepaskan dengan persaingan yang terjadi antara para pendukung kedua khalifah tersebut,
yaitu amir-amir Arab dan amir-amir Persia, untuk memperebutkan supremasi politik pada pemerintahannya. Al-Amin adalah putra Harun, dari zubaidah yang
keturunan Arab, sedangkan al-Ma’mun putra Harun dari wanita keturunan Persia. Menurut Muir, al-ma’mun adalah pujaan rakyat Khurasan dan mereka
menyebutnya sebagai “anak dari saudara perempuan kita.”
296
Setelah kematian al-Amin, Naiklah al-Ma’mun sebagai khalifah pada tahun 813 M. al-Ma’mun diangkat menjadi khalifah sewaktu berumur 28 tahun,
dan memerintah selama 20 tahun. Masa pemerintahannya dipandang sebagai masa
294
Keterangan lebih lengkap lihat Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir, at-Tabari, Ta rikh al
Umam wa al-Muluk Bairut:Dar el-Fikr, 1987, 217-242.
295
Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir, at-Tabari, Ta rikh al Umam wa al-Muluk,
271
296
Muir, The Caliphate, 484.
112 keemasan yang melanjutkan kebesaran yang telah dicapai oleh Ayahnya,Harun ar-
Rasyid.
297
Jauh berbeda dengan saudaranya, al-Amin, Al-Ma’mun memiliki sifat pemaaf, ia juga kurang berminat terhadap hiburan dan permainan.
298
Sifat pemaafnya al-Mamun ini dibuktikan kepada al-Fadhil bin Sahl,
299
yang pada waktu itu diberikan kewenangan penuh untuk mengurusi urusan pemerintahan, kewenangan ini kemudian disalah gunakan dengan menggalan
kekuatan dan dukungan untuk menentang khalifah di Merv, demikian juga kepada Ibrahim bin al-Mahdi,yang telah melantik dirinya sebagai khalifah di
Baghdad,pada saat al-Mamun masih berada di Merv,padahal waktu itu al- Mutashim dan al-Abbas bin al-Mamun mengusulkan untuk membunuh Ibrahim.
Sebagaimana dikutip Didin, Suyuti mengatakan: “Al-Ma’mun adalah tokoh Bani abbas yang paling utama keilmuan, keberanian, kehebatan, kesabaran
dan kecerdasannya.” selama dua puluh bulan tinggal di Baghdad, ia tidak mau mendengar sembarang nyanyian. Faktor penyebabnya adalah karena ia harus
berkonsentrasi penuh untuk mengembalikan keutuhan kerajaan yang hampir runtuh., dan ia juga harus berkonsentrasi pada buku-buku yang ia baca.
300
Al- Ma’mun yang berkeluarga pada usia relatif cukup muda, yaitu umur 16 tahun. Pada perkawinan al-ma’mun, putra ar-Rasyid, dengan Buran, anak
seorang wajirnya, al-Hasin bin Sahl, di laksanakan pada tahun 825 H., sebagai mana di ceritakan oleh ali Mufrodi, merupakan sebuah pesta pora yang cukup
meriah, sehingga bisa dikatakan sebagai sebuah pemborosan yang besar. Betapa tidak, lanjut mufrodi, seribu butir mutiara yang indah dan besar-
besar yang terletak di atas baki emas ditaburkan kearah mempelai berdua yang berdiri di atas hamparan tikar yang dihiasi dengan mutiara dan batu hitam. Di
samping itu banyak hadiah yang diberikan berupa tanah,hamba sahaya dan
297
Karena kebesarannya al-ma’mun juga banyak diabadikan dalam buku tersendiri seperti karya Ali Muhammad Ridha,’A shr al-Islami az- Z{ah{aby, al-Ma’mun al ‘A bbasy. Lihat. Didin
Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, 94.
298
Pujian dan sanjungan tentang sifat-sifat al-Ma’mun oleh para ahli sejarah dapat dilihat misalnya pada as-Syuyuthi, Ta
rikh al-Khulafa Baerut: Darl Al-Kutub, 487-489.
299
Jalaluddin as-Suyuti, Ta rikh al-Khulafa
, 487-489.
300
Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam, 94.
113 barang-barang berharga lainnya kepada keluarga khalifah dan keluarga para
pejabat tinggi Negara.
301
2. Masa Pemerintahan al-Ma’mun.