Bentuk pemerintahan dan Pendidikan Islam

29

A. Kekuasaan dan Pendidikan.

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan struktur kekuasaan di dalam masyarakat, kekuasaan yang mengabaikan atau merampas hak-hak asasi manusia akan menyebabkan terhambatnya perkembangan manusia. Oleh sebab itu, peran pemerintahan dalam pendidikan sangat menentukan, terutama dalam mempasilitasi terciptanya kemerdekaan individu yang sejati, dimana setiap individu berhak untuk dapat mengembangkan dirinya dan bersama-sama memecahkan masalah bersama. Di sini kita akan melihat betapa peran pentingnya pendidikan bagi rakyat yang merupakan dasar bagi rakyat untuk dapat berkembang. Pendidikan merupakan alat penting dalam proses kesetaraan dan kesejahteraan anggota masyarakat dalam arti semua orang mempunya kesempatan yang sama untuk berkembang. Di bawah ini akan diuraikan mengenai proses terjadinya pendidikan dan kaitannya dengan pemerintahan pertama dalam Islam, serta konep-konsep tentang pendidikan dari beberapa tokoh pendidikan.

1. Bentuk pemerintahan dan Pendidikan Islam

Bentuk pemerintahan Islam yang dibangun pertama kali oleh Nabi Muhammad saw. di Madinah, bukanlah berbentuk kerajaan atau kekaisaran seperti yang di anut oleh dua kekuasaan yang telah ada pada saat itu, yaitu Kekaisaran Sasaniyah di Persia dan Kekaisaran Romawi Timur di Bizantium. Akan tetapi, pemerintahan yang dianut Nabi pada waktu itu, sudah bisa dikatakan pemerintahan yang cukup ideal atau sudah modern untuk ukuran saat itu. Tatanan sosial politik yang dibangun Nabi Muhammad telah membuat kagum umat Islam dan sekaligus para ahli peneliti tentang Islam. Fenomena ini menurut Antony Black, merupakan sebuah gambaran yang menggambarkan kesuksesan besar yang tidak dapat dicapai oleh kebanyakan revolusi. 63 63 Antony Black, Pemikiran Politik Islam, terj. Abdullah Ali Jakarta: Serambi, 2006, 36. 30 Kenyataan bahwa Nabi Muhammad, memimpin negara dan kekuasaan agama secara sekaligus, merupakan implementasi dari nilai-nilai ajaran agama Islam yang mengungkapkan mengenai kesatuan antara agama dan kekuasaan, antara yang sakral dan frofan, antara dunia dan akhirat. Bagaimana Nabi bisa membentuk pemerintahan yang demikian ideal, dan bagaimana perjuangnnya dalam melakukan penataan sosial politik masyarakat setelah ditetapkan sebagai nabi dan rasul di tanah kelahirannya Mekah, maka perlu diperhatikan beberapa aspek geografi, etnografi, dan antropolgi bangsa Arab pada masa pra Islam. Jazirah Arab adalah sebuah wilayah yang dipenuhi oleh padang pasir. Menurut bahasa kata ”Arab” berarti juga padang pasir, tanah gundul, dan gersang yang tiada air dan tanamannya. 64 Luas wilayah jazirah arab kurang lebih 1.100.000 mil persegi atau 3.156.558 kilo meter persegi, yang terletak antara Benua Asia dan Benua Afrika. Sebelah barat daerah Arab dibatasi oleh laut merah, dan sebelah timur dibatasi oelh teluk Persia atau laut Oman atau sungai Daljah Tiggris dan Furrat Euphraat. Sedangkan disebelah selatan dibatasi oleh samudra Hindia dan sebelah utaranya oleh Sahara Tiih, yaitu lautan pasir yang ada di antara Negeri Syam dan sunga Furrat. Itulah sebabnya daerah Arab ini terkenal sebagai pulau dan dinamakan Jaziratul Arabiyah. 65 Jazirah Arab ini dibagi atas dua bagian, yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah ini terdiri dari tanah pegunungan yang amat jarang dituruni air hujan. Penduduknya sedikit dan terdiri atas kaum pengembara nomaden yang selalu berpindah-pindah tempat menuruti turunnya hujan dan mencari padang- padang yang banyak ditumbuhi rumput untuk menjadi tempat menggembalakan ternak, dan penduduknya di kenal dengan sebutan kaum badui, yaitu penduduk gurun. 66 64 Shaykh Shafi’ur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999, 25. 65 Munawar Chalil, Kelengkapan Ta rikh Nabi Muhammad Saw . Jakarta: Gema Insani Press, 2001, 13. 66 Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, 3. 31 Menurut Hussein Haikal, 67 dasar hidup pengembaraan tersebut adalah kabilah. Kabilah-kabilah, yang selalu berpindah-pindah dan sering mengembara itu, tidak mengenal suatu peraturan atau tata cara seperti yang kita kenal sekarang, melainkan hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh. Mereka tidak mempedulikan kemewahan, hidup untuk menetap, serta tidak tertarik kepada apa pun termasuk pendidikan selain kebebasan. Mereka hanya mau hidup dalam persamaan yang penuh dengan anggota-anggota kabilahnya, oleh karena itu mereka tidak menyukai ketidak adilan yang ditimpakan kepada mereka, dan mereka mau melawannya mati- matian kalau pun tidak, mereka akan pergi meninggalkannya. Oleh karena itu, penduduk padang pasir ini mempunyai sifat pemberani, karena memang dalam hidupnya banyak sekali mengalami berbagai tekanan dan kesulitan, sehingga menimbulkan keberanian. Akan tetapi, keberinian ini sering disalah gunakan, diantaranya adalah untuk memerangi penduduk yang menempati daerah yang subur, oleh sebab itu, sering terjadi peperangan merebut daerah- daerah yang subur. 68 Ada pun bagian tepi merupakan sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah itu, di sini, boleh dikatakan hujun turun dengan teratur, oleh karena itu penduduknya tidak ada yang mengembara, melainkan menetap disitu. Mereka mendirikan kota-kota dan kerajaan-kerajaan, serta sempat pula membina berbagai kebudayaan. Mereka ini biasa disebut ahlul h}ad}ar penduduk negeri. 69 Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Jazirah Arab di antaranya Kerajaan Yaman, Kerajaan Saba, Kerajaan Himyar, Kerajaan Hirah dan Kerajaan Ghassan. Kerajaan-kerajaan tersebut telah berperan penting dalam menyebarkan kebudayaan Persia dan Romawi di Jazirah Arab. Di antara jenis kebudayaan yang 67 Muhammad Hussen Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah Bogor: Litera Antarnusa, 2001, 14-15. 68 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Pustaka Rizqi Putra, 2009, 14. 69 Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, 4. 32 di bawa dari Persia dan Romawi itu antara lain, agama, ilmu pengetahuan, budaya tulis baca dan kemiliteran, 70 Jadi, jika dilihat dari segi pemukiman penduduk, maka bagsa Arab ini terbagi dua, yaitu bangsa yang bemukim di desa-desa yang ada di padang pasir,di dekat-dekat pegunungan yang hidupnya selalu berpindah-pindah, dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Dan mereka yang bermukim di kota-kota, yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, dan suka bepergian keluar negeri secara individual.akan tetapi, karena sulitnya perjalan, lebih-lebih di perjalanan sering mendapat gangguan, maka perdagangan mereka lalu tidak memperoleh kemajuan. Dalam hal agama, bangsa Arab sebenarnya telah mengenal Tuhan Allah, memahami keesaan Allah, dan mengikuti agama yang menuhankan Allah. Hal ini disebabkan karena mereka seringkali kedatangan dakwah dari para utusan Allah, yang menyampaikan seruan kepada mereka supaya menyembah Allah yang Esa semata-mata dan jangan sampai mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. 71 Utusan yang datang ke bangsa Jazirah Arab adalah Nabi Ibrahim as. Dan Nabi Ismail as.sementara utusan Allah yang datang ke bangsa Arab dari kaun ’Ad adalah Nabi Hud as. Sedangkan yang datang ke kaum Tsamud adalah Nabi Saleh as. Sebelum itu, mereka adalah penyembah kayu-kayu,batu-batu dan menyembah manusia yang dianggap sakti serta dapat memberi barang apa pun yang mereka minta. Kepercayaan terhadap agama tauhid ini lama-kelamaan berubah menjadi penyembah berhala. Menurut riwayat Ibnu Khalibi,yang dikutip Fatah,dalam kitab al-ashnam, perubahan kepercayaan itu terjadi karena adat bangsa Arab yang selalu membawa batu yang diambil di sekitar ka’bah bila mereka akan meninggalkan kota Mekah. Hal tersebut dilakukan karena mereka sangat mencintai kota Mekah dan Ka’bahnya. Sehingga di mana pun mereka berada, batu itu dipujanya sebagaimana mereka melakukan thawaf di sekeliling ka’bah. 70 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Terj. Mukhtar Yahya Jakarta: Jayamurni, 1973, 26-30. 71 Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, 7. 33 Kemudian batu-batu itu mereka bawa dan di tempatkan di sekeliling ka’bah, maka penuhlah ka’bah itu dengan berhala-berhala, yang paling terkenal adalah Latta, Uzza, Manah, dan Hubbal. Namun demikian masih ada orang yang tetap mempercayai adanya tuhan Yang Maha esa Allah, tetapi sudah terkontaminasi pada pemujaan berhala. 72 Mereka mengelilingi berhala,mendatangi dan berkomat-kamit di hadapannya. Dengan penuh keyakinan, mereka berharap bahwa berhala-berhala itu akan bisa memberika syafaat di sisi Allah dan mewujudkan apa pun yang dikehendaki, mereka tidak segan-segan untuk meminta pertolongan tatkala tengah menghadapi kesulitan dan berdoa untuk memenuhi kebutuhan. Tidak hanya itu, mereka juga menunaikan haji dan thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud di hadapannya. Mereka bertaqarub dengan menyajikan berbagai macam korban,sesajen serta penyembelihan hewan piaraan dan hewan qurban demi berhala dan menyebut namanya. Kondisi kepercayaan seperti ini, turut mempengaruhi prilaku kehidupan bangsa Arab saat itu, seperti dalam urusan makan dan minum, bagi bangsa Arab pada saat itu dapatlah dikatakan tidak ada yang dilarang, karena tidak ada yang dianggap kotor dan jijik, segala macam binatang boleh dimakan. Segala jenis minuman boleh diminum, bahkan ada yang suka meminum darah binatang dan darah yang dibekukan. 73 Begitu pun dengan pelacuran yang biasa mereka lakukan, meski dilakukan dengan cara tertutup. Para perempuan pelacur demngan terang terangan membuka kedai pelacuran, yang mereka tandai dengan memasang bendera di muka rumahnya masing-masing. Kalau pelacur itu hamil maka ia akan memanggil semua laki-laki yang pernah mencampurinya. Setelah bayi itu lahir, maka diundilah siapa laki-laki yang akan menjadi ayah dari si bayi tersebut. Hasil undian itulah yang akan menentukan ayah sibayi itu. 74 72 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Pustaka Rizqi Putra, 2009, 17. 73 Munawar Chalil, Kelengkapan Ta rikh Nabi Muhammad Saw Jakarta: Gema Insani Press, 2001, 30. 74 Shaykh Shafi’ur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suihardi Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999, 60 34 Begitu pula, dengan pernikahan poliandri atau satu wanita yang memiliki banyak suami juga terjadi di zaman itu. Bila wanita itu melahirkan anak, maka iawanita akan menentukana siapa ayah sibayi itu, dengan cara menunjuk salah satu dari laki-lakisuami yang dikehendakinya. 75 Demikian halnya dengan kriminalitas, seperti mencuri dan merampok bagi bangsa Arab di tanah Arab pada masa itu merupakan suatu perbuatan lainnya yang biasa ada pada setiap kabilah, dan perbuatan itu dilakukan bukan saja oleh kaum laki-laki melainkan juga oleh kaum perempuan. Hanya sebahagian kecil saja dari mereka yang tidak biasa melakukannya. 76 Kendati demikian,di kalangan mereka masih terdapat sifat-sifat terpuji yang mengandung simpati dan kekaguman yang lain, seperti kedermawanan, kesetiaan terhadap janji, keberanian, ketegaran, kesederhanaan dan sifat suka menolong, bangsaq Arab paling tidak suka menerima penghinaan baik bagi dirinya apalagi terhadap kehormatan kabilahnya. Bagi mereka, kepala berpisah dari badan itu adalah urusan kecil dibandingkan dengan pelecehan terhadap kehormatan diri dan kabilah mereka. 77 Demikianlah kondisi keadaan bangsa Arab sebelum Islam. Dalam kondisi seperti itulah, Nabi dilahirkan dan dibesarkan serta berjuang untuk mengajak bangsa Arab dan umat Islam pada umumnya untuk kembali ke agama tauhid, mengenal Tuhan Allah, memahami ke Esaan Allah, dan beribadah atau menyembah hanya kepada Allah yang Esa semata tanpa melakukan persekutuan dengan-Nya, serta memperbaiki kehidupan diri dan kelompok lingkungan sekitar ke arah yang lebih baik. Hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali yang mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lainnya. Bahkan kaum Quraisy Mekah sebagai penduduk kelas atas Bangsawan hanya 17 orang yang memiliki kemampuan 75 Shaykh Shafi’ur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, 60. 76 Munawar Chalil, Kelengkapan Ta rikh Nabi Muhammad Saw. , 29. 77 Shaykh Shafi’ur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, 63-65 35 tulis-baca, dan hanya 11 orang dari suku Aus dan Khazroj sebagai penduduk Yatsrib Madinah yang pandai membaca. 78 Menghadapi kenyataan seperti itu, maka Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT. Dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak yang berhubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia. Dalam masalah ilmu pengetahuan Rasul mengajak para sahabatnya untuk mempercayai Allah yang Maha Esa, tidak Syirik, berakhlak mulia, dapat dipercaya, jujur dan sekaligus berilmu. Untuk itu Rasul selalu menjelaskan kepada para sahabatnya tentang Islam, amal sholeh, dan tentang kepercayaan. Pengajaran ini mula-mula dilakukan di rumah salah satu sahabat Nabi yang bernama Abu al-Arqam, di luar kota Mekah. Tempat tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Dar al-Arqam. Di sinilah Rasul pertama berdakwah dan sekaligus membimbing dan mendidik umat Islam pada permulaan Islam. Sehingga tempat itu dapat dianggap sebagai lembaga pendidikan pertama yang didirikan Rasul. 79 Lembaga Dar al-Arqam memang merupakan pusat kegiatan umat Islam pada masa awal. Mula-mula secara sembunyi-sembunyi karena khawatir terhadap tindakan suku Quraisy yang tidak menyukai tindakan Rasul. Dalam perkembangannya menjadi tempat yang terbuka untuk umum, dan kegiatannya pun bertambah banyak. Selain membimbing tentang keimanan, Rasul juga membimbing yang nantinya mengarah kepada kepandaian, dengan cara mengajak para sahabat untuk menghafal, memahami dan mengamalkan isi ayat-ayat al-Qur’an yang sudah turun, dan menyryh sahabat yang pandai menulis untuk menuliskannya. Mengenai kepandaian menulis Rasul pernah menyuruh sahabat Ali bin Abi Thalib untuk membuat huruf dengan mengambil contoh dari huruf bangsa Himyar. Usaha tersebut menunjukan dimulainya umat Islam untuk mengarah kepada kepandaian tulis baca. 80 78 Ahmad Amin, Fajar al-Islam Kairo: Maktabah al-Nahd} ah, 1965, 141 79 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Jakarta: Kencana Prena Media, 2003, 18 80 Ahmad Amin, D}uha al-Islam Kairo: Maktabah al-Nahd} ah, 1965, 241 36 Melalui usaha itu Islam semakin berkembang, umat Islam makin bertambah dan wilayah Islam semakin meluas. Dengan bimbingan Nabi dan pengaruh al-Qur’an telah lahir orang-orang pandai. Sahabat dekat Nabi banyak yang menjadi terkenal karena kemampuannya, di antaranya Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Aisyah. 81 Ketika Rasul hijrah dan diangkat menjadi kepala negara, Rasul pun melaksanakan: 1. Proklamasi berdirinya berdirinya sebuah negara dengan cara mengumumkan Madinah al-Munawarah baagi kota yatsrib sebagi ibu kota. 2. Mendirikan Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan umat Islam. 3. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar berdasarka agama sebagai basis warga negara, 4. Membuat Undang-undang atau peraturan berdasarka perjanjian-perjanjian yang terkenal dengan Traktat Madinah. 5. Membuat batas wilayah sebagai basis teritorial dengan membuat parit pada waktu perang Khandaq 6. Membuat lembaga-lembaga pelengkap sebuah pemerintahan, semisal angkatan perang, lembaga Pendidikan, bait al-mal, lembaga yang mengatur administrasi negara, serta menyusun ahli-ahli yang cakap yang bertindak sebagai pendamping Nabi. 82 Dari uraian tersebut dapat diketahuan bahwa tanggung jawab yang paling utama yang harus ditangani pemerintah adalah pendidikan Islam, sebab disinilah letak kunci hidup makmur dan bahagia bagi seluruh rakyat. Tanggung jawab itu datang karena mereka Pemerintah dipilih rakyat untuk mengurus rakyat, sedangkan urusan rakyat yang paling pokok adalah pendidikan mereka.

2. Perkembangan pendidikan pada masa Nabi