Gerakan Penerjemahan. Kontribusi al-Ma’mun terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

153

2. Kontribusi al-Ma’mun terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

. Kontribusi al-Ma’mun dalam memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan intelektualisa Islam sangat lah besar. Ia bukan saja sebagai seorang khalifah, tapi juga seorang ahli ilmu yang memahami betul akan arti kekhalifahannya, sehingga ia sadar bahwa para khalifah itu adalah pilihan-pilihan allah dan hamba-hamba yang berguna untuk memajukan negara dan bangsa. Ada pun kontribusi al-Ma’mun terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadikan Baghdad sebagai pusat ilmu dan peradaban pada dunia yang berpengaruh pada sumber kejayaan eropa pada masa berikutnya adalah:

a. Gerakan Penerjemahan.

Di bawah patronase khalifah-khalifah Abbasiyah pertama – Khususnya al- Mansyur, al-Rasyid dan al-Ma’mun – puncak kegiatan penerjemahan berlangsung antara tahun 750 M. Dan 850 M. Tidak saja karya-karya orang Nestoris dan pagan Neo platonis dari Mesopotamia yang tersedia secara melimpah, tetapi melalui penaklukan daerah perbatasan Bizantium, manuskrip-manuskrip tambahan adalah merupakan bagian kekayaan yang dibawa pulang ke Baghdad. Di dorong oleh semangat keinginan belajar yang lebih kuat tentang Yunani, para Khalifah – bila tidak dapat memperoleh manuskrip dengan penaklukan – bahkan siap membelinya dari musuh mereka, terutama dari istana Bizantium di Konstantinovel. 402 Secara khusus, di bawah pemerintahan al-ma’mun, proses penerjemahan mencapai puncaknya yang tertinggi. Seorang yang berpendidikan tinggi yang mengenal beberapa karya Yunani, al-Ma’mun menganut ajaran sekelompok intelektual terkenal dengan nama Mu’tazilah, yang berpendapat bahwa agama dan akal tidak mungkin bertentangan. Dia berharap dapat memperkuat pandangan mereka dengan meningkatkan tersedianya terjemahan bahasa Arab dari karya- karya berbahasa Yunani dan syiria, terutama yang berkaitan dengan filsafat. Orang-orang Kristen yang telah menerjemahkan manuskrip-manuskrip Yunani ke dalam bahasa Syiria memperlakukan teks-teks filsafat dan teks-teks agama sebagai buku suci, dan mereka tidak akan mengubah satu kata pun dalam 402 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Jakarta: Logos, 1994, 82. 154 proses penerjemahan itu. 403 Setiap kata Yunani dipindahkan secara literal. Bila kata yang berarti sama tidak dijumpai dalam bahasa syiria, mereka akan menuliskan kata Yunani sebagaimana adanya. Terjemahan masa awal ini, meskipun sulit untuk ditafsirkan dan terasa janggal untuk dibaca,tapi sangat jujur terhadap sumber aslinya.dan sampai sekarang masih menjadi kunci penting dalam membandingkan terjemahan- terjemahan karya klasik Yunani yang dilakukan belakangan dengan terjemahan yang lebih tua. 404 Upaya awal penerjemahan karya-karya ini ke dalam bahasa Arab. Terjadi dengan cara yang sama dalam terjemahan literal, kata-kata bahasa Arab menggantikan bahasa Syiria.ketika penerjemah tidak menemukan kata yang sesuai, atau karena tidak ada dalam bahasa Arab, maka ia mencantumkan kata aslinya, Yunani atau Syiria. Bahasa Arab saat itu baru saja mengembangkan kosa kata yang dibutuhkan untuk mengakomodasi proses abstarksi. Karenanya, para penerjemah berjuang memperkaya bahasanya dengan kosa kata yang baru untuk melukiskan konsep-konsep yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip berbahasa Syiria. Ilmuwan-ilmuwan berbahasa Arab merasa bahwa penerjemahan masa awal ini secara gramatika sangat janggal dan sulit untuk dimengerti. Filosof Arab, Al-Kindi memberikan penafsiran tersendiri atas pemikiran neoplatonisme dalam bentuk yang masuk ke dunia Islam. 405 Pada masa awal penerjemahan banyak bermunculan karya-karya Muslimin yang biasanya berujud ikhtisar atau interpretasi buku-buku yang bewrasal dari Yunani. Kemudian lahirlah generasi-generasi penulis Muslim yang orisinal, mereka bukan saja menterjemahkan, membuat ikhtisar, komentar atau sekedar mengutif, akan tetapi telah mengembangkannya dengan melakukan perenungan, pengamatan ilmiah dan memadukan dengan ajaran-ajaran Islam, sehingga karya- 403 F.E.Peters, Aristotle and the Arab New York: New York University Press, 1968, 17. 404 Frans Rosenthal, the Clasikal Heritage of Islam Barkeley: University of California Press, 1965,17. 405 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Jakarta: Logos, 1994, 83. 155 karya tersebut oleh Lapidus dan Bernard Lewis dikatakan sebagai karya umat Islam murni dan asli. Mendukung pendapat kedua ahli sejarah tersebut, Nurcholish Madjid menegaskan bahwa mustahil karya-karya tersebut dianggap sebagai carbon copy Hellenisme. Al-Ma’mun 813-833 M. berusaha meningkatkan perhatiannya pada ilmu pengetahuan untuk menterjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani, Ia mengajak penterjemah dari golongan Kristen, Sabi’i dan bahkan juga penyembah bintang pun ia ajak, untuk itu maka ia mendirikan Bait al-Hikmah. Gerakan penerjemahan dan pembangunan lembaga tersebut, menurut Muhammad Abed al-Jabiri, 406 karena ia sekaligus memamfaatkan Filsafat metafisika Aristoteles. Warisan pra Islam itu kemudian difungsikan disatu sisi dalam kerangka perseteruan memperebutkan hegemoni dan dominasi budaya antara kaum Syiah dan Abbasiyah, dan pada sisilainnya dalam memecahkan ilmu kalam.dalam kondisi demikian tentu saja tidak mengharuskan munculnya kebutuhan untuk mempelajari matematika dan bahkan ilmu-ilmu kalam. Sebaliknya, justru semuanya langsung melompat ke pengetahuan-pengetahuan metafisis atau filsafat ketuhanan. Jadi, urat nadi dari periode awal penerjemahan ini adalah Bayt al-hikmah, yang pada awalnya merupakan sebuah pusat penelitian dan penerjemahan, tetapi kemudian berkembang menjadi akademi besar.para penerjemah generasi pertama kebanyakan dari keluarga Barmak dari khurasan, orang-orang zoroaster dari daerah-daerah Persia yang lain, dan para Kristen Nestoris dari syiria yang mengabdi pada kebutuhan intelek tual Islam tanpa meninggalkan keyakinannya.para penerjemah yang paling aktif di bait al-hikmah adalah abu sahl fazhl bin naubakh dan alan al-Syu’ubi, keduanya berkebangsaan persia, serta Yunana John bin Masuya Maskuyamasawayh, seorang syiria. 407 406 Muhammad Abed al-Jabiri, Post Tradisionalisme Islam Yogyakarta: LKIS, 2000, 116. 407 Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Western Education,A.D.800-1350 with an Introduction to medival Muslim Education Boulger: The University of Colorado Press, 1964, 145 156 Menurut abdurrahman, Edisi arab yang disempurnakan dari terjemahan- terjemahan awal ini muncul pada masa kekhalifahan al-Ma’mun, 408 sebagai hasil kerja dari satu pusat penerjemahan khusus yang didirikan di istananya. Penerjemah paling terkenal yang tinggal disana adalah seorang Nestoris, hunayn bin Ishaq al-’Ibadi 809-873, 409 seorang mudi Masawayh yang fasih dalam bahasa yunani dan Persia. Perhatian al-Ma’mun terhadap proses penerjemahan begitu besar, sehingga ia berani membayar Hunayn dengan emas seberat lembaran-lembaran yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Arab. 410 Ishaq bin Hunayn 809-873 M.,secara khusus dalam catatan stanton, tertarik dengan aristoteles dan penerjemahan metaphysic; On The soul; On The Generation and Corruption of Animal, dan komentar-komentar Alexander Apharodisias atas Aristoteles. Pada pertengahan abad ke sembilan, kebanyakan karya-karya Yunani di bidang Sains, kedokteran dan astronomi telah terbit dalam bahasa arab. Al-Hajjaj 786-833 M. seorang Neoplatonis pagan dari Harran, menerjemahkan karya ptolemy, Mathematike Syniaxis-yang mendapat gelar al- Mageste Karya Besar dan diwariskan sampai ke zaman kita sekarang sebagai al- Magest. Dia juga menerjemahkan karya Euclid, Elements dan karya Phylos, Pneumatics . Pada awal abad ke 10, terjemahan karya-karya Achimedes dan sebuah terjemahan karya Euclid yang baru tersedia. 411 Jadi, buku-buku yang pertama diminati – khususnya filsafat – mendapat perhatian lebih besar dan diterjemahkan oleh Hunayn 809-873 M. ke dalam bahasa arab, adalah karya-karya Aristoteles.menurut C. Israr, bahwa berbagai 408 Untuk menampung para penterjemah yang menerjemahkan buku-buku yunani atau suryani ke dalam bahasa arab,al-Ma’mun mendirikan Bait al-hikmah,pada tahun 215 H.lihat, Abdurrahman, Pengaruh Arab dalam bentuk Pemikiran Eropa semarang: wicaksana, 16 409 Hunayn tidak saja berjasa sebagai penerjemah,tetapi juga sebagai salah seorang perintis pencarian terminology ilmiah dalam bahasa arab, yang pada masanya masih berada pada periode perkembangan awal. Lihat, Haskell D.Isacs, Arabic Medical Literatur, dalam M.J.L young et.al. Ed Religion,Learning and Science in the Abbasid Period Cambridge: Cambridge University Press, 1990, 344. 410 F.E.Peters, Aristotle and the Arab New York: New York University Press, 1968, 17. 411 Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Jakarta: Logos, 1994, 84. 157 filsafat Yunani kuno telah dianalisa dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.filsafat yunani yang pertama sekali disalin ke dalam bahasa Arab ialah karya-karya aristoteles seperti; Maqua Marslia 412 . Menurut Oemar amin, Hunayn bukan saja bekerja di Baghdad, akan tetapi ia diperintahkan untuk mendatangi tempat-tempat yang dirasakannya dapat memperoleh buku-buku filsafat Yunani tentang Ketuhanan. Hunaqyn telah mengelilingi sepanjang daerah Syiria, Palestina dan Mesir. Ia telah berhasil membawa categories, Phycis, dan Magna Moralita karangan Aristoteles, republic, Laws dan Timaeus karangan Plato. 413 Buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat yang di datangkan dari Bizantium kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa arab, kegiatan penerjemahan 414 ini berjalan kira-kira satu Abad. Bait al-hikmah yang didirikan al-Ma’mun bukan hanya sekedar pusat penerjemahan tetapi juga akademi yang mempunyai perpustakaan. Diantara cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan disini adalah kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi dan sejarah disamping filsafat. 415 Jadi, gelombang helenisme itu merupakan hasil wajar dari kegiatan penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Meskipun tampaknya hal ini telah lama dirintis sejak zaman Dinasti Bani Umayyah di Damaskus - misalnya, disebut-sebut bahwa khalifah ibn Yazid W. 84 H.704 M. seorang putra khalifah yang klaim ke khalifahannya di tolak, telah mencurahkan pengkajiannya terhadap filsafat – tetapi gerakan penerjemahan itu mencapai puncaknya pada masa khalifah al-Ma’mun di Baghdad yang menganut faham Mu’tazilah. 412 C.Israr, Sejarah Kesenian Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1978,13. 413 Oemar Amin, Kultur Islam Jakarta: Bulan Bintang,1975,21 414 Sampai akhirnya, terjemahan-terjemahan buku berbahasa Arablah, terutama di bidang ilmu pengetahuan, yang membentuk fondasi pengajaran pada Univesitas-unicersitas di Eropa.lihat, Ahmad syafi’I ma’arif dalam Posisi Umat Islam terhadap perkembangan teknologi Modern, yang disunting oleh A.Rifa’i Hasan dan amrullah Ahmad dengan judul Presfektif Islam dalam Pembangunan Bangsa Yogya: PLP2M, 1987, 212. 415 Harun Nasution, Islam di tinjau dari Berbagai aspeknya, 70. 158 Kemu’tazilahan al-Ma’mun ini telah membuatnya ”liberal”untuk ilmu pengetahuan rasional, dan kebijaksanaannya mendirikan bayt al-hikmah rumah kearifan sebagai pusat kegiatan ilmiah telah menciptakan suasana yang subur dikalangan kaum muslimin tertentu untuk berkembangnya pemikiran spekulatif. 416 Oleh sebab itu, Baghdad pada masa pemerintahan al-ma’mun merupakan pusat peradaban Islam serta ilmu pengetahuan, bahkan di kota ini, seluruh peradaban non-Islam dapat dengan bebas menyatakan pendapatnya, begitu pula dalam hal melakukan ibadah, mereka mempunyai hak yang sama dengan kaum Muslimin. Ia membentuk sebuah Dewan Negara yang keanggotaanya terdiri dari berbagai kalangan masyarakat termasuk Islam, Kristen, Yahudi dan Zoroaster. 417 Bahkan, sejumlah orang non-muslim menduduki jabatan yang penting dalam pemerintahannya, salah seorang diantara mereka adalah Gabrail bin Bakhtushu, seorang sarjana Kristen yang memegang posisi tinggi di kekhalifahannya. Karena sikapnya yang liberal terhadap non muslim, maka kemakmuran dan kedamaian semakin baik dikerajaannya. Di kerajaannya lebih dari 11.000 gereja di samping sinagog dan kuil kaum Zoroaster. Dengan demikian suasana harmonis ini menjadikan kota Baghdad semakin anggun dan damai.

b. Mengembangkan diskusi-diskusi