107
BAB IV AL MA’MUN DAN KEBERHASILANNYA DI BIDANG PENDIDIKAN
Prestasi luar biasa yang ditunjukan umat Islam pada masa dinasti umayah dengan keberhasilannya menaklukan wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan
Rumawi dan Persia, dan disusul kemudian dengan prestasi yang lebih hebat lagi dalam penaklukan bidang ilmu pengetahuan, maka lengkaplah sudah prestasi yang
diraih umat Islam pada masa tersebut sehingga tidak salah kalau ahli sejarah menyebutnya sebagai masa keemasan Islam The Golden Age of Islam. Kenapa
tidak? Usaha penelaahan ilmu pengetahuan yang dilakukan pada masa bani Umayah dilakukan secara besar-besaran pada masa bani Abbasiyah.
Kondisi seperti ini pada masa bani Abbasiyah sangat memungkinkan sekali untuk melakukan berbagai hal terkait perkembangan dan kemajuan di
berbagai bidang.dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, mengingat bahasa Arab telah mencapai tahap kesempurnaan, baik huruf, tanda baca, harakat
pembendaharaan kata telah lengkap, maupun tatabahasanya, dan dipakai sebagai bahasa administrasi dan komunikasi. Di dukung oleh industri kertas sebagai mana
yang dibuat oleh Cina, sudah bisa diusahakan pada masa Harun al-Rasyid. Demikian juga kemantapan dibidang politik, memungkinkan ekonomi
berkembang dengan pesat dan pembangunan bisa dilaksanakan dalam segala bidang dan kesejahteraannya. Oleh karena itu pada bab ini diuraikan tentang
keberhasilan al-Ma’mun di bidang pendidikan, sejarah al-Ma’mun, kebijakan yang diambil pada masa pemerintahannya, pertumbuhan lembaga-lembaga
pendidikan dan kontribusinya terhadap kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
A. SEJARAH AL MA’MUN
Al-Ma’mun nama lengkapnya adalah Abdullah Abu-Abbas bin al-Rasyid. Al-Ma’mun dilahirkan pada hari jum’at pertengahan bulan Rabi’ul Awwal tahun
170 H. di malam kemangkatan pamannya Khalifah al-Hadi.
281
Seperti yang telah
281
Jalaluddin al-Syuyuthi, Tha rikh al-Khulafa,
Baerut: Dar el-Kutub, 1975, 284
108 dipaparkan, al-Ma’mun lahir enam bulan lebih dahulu dari saudara sebapaknya al-
Amin. Ibunya merupakan bekas hamba sahaya yang bernama Marajil. Akan tetapi al-Amin secara silsilah dari garis ibu berkedudukan lebih baik dari al-Ma’mun,
disebabkan oleh ibunya yang bernama Zubaidah, seorang keturunan Arab, oleh karena itu al-Amin dilantik sebagai putra mahkota yang pertama.
282
Sementara itu al-Ma’mun, di samping usianya yang lebih tua 6 bulan dibanding dengan al-
Amin, ia adalah lebih cerdas dan lebih pintar mengurus segala perkara.
283
Secara silsilah, al-Ma’mun adalah saudara seayah dengan al-Amin, putra dari ar-Rasyid. Sementara kakek-kakek mereka berdua berujung kepada Abbas
bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW. Khalifah Abdullah ibn Harun al-Rasyid naik menjabat sebagai khalifah yang ke tujuh di dalam Daulat
Abbasiyah dengan panggilan khalifah al-Ma’mun 198-218 H.813-833 M., menggantikan saudaranya seayah lain ibu, yaitu al-Amin 193-198 H.809-813
M., yang hanya memerintah selama lebih kurang 4 tahun 8 bulan,
284
sementara al-Ma’mun memerintah lebih kurang 20 tahun lamanya. Ia menjabat tampuk
kekuasaan pada usia 28 tahun dan wafat dalam usia 48 tahun.
285
Usia yang relatif muda ini telah membawa dirinya ke dalam posisi orang-orang besar dari khalifah-
khalifah abbasiyah pada masa inilah“secara politis”negara Islam sudah bisa menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi.
286
Inilah daftar silsilah keturunan al-Ma’mun sampai kepada kakek-kakeknya Abbas bin Abdil Muthalib.
287
282
Ketika Harun al-Rasyid berkuasa, beliau mengangkat ketiga orang putranya; Al-Amin, Al-Ma’mun dan Al-Mu’tasim sebagai putra mahkota secara bergiliran.Peristiwa ini menimbulkan
perang dan pemberontakan setelah wafatnya ar-rasyid. M.Masyhur Amin, Dinasti Islam Yogjakarta:LKPSM, 1995, 99
283
A. Shalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1993, 129.