Murid Guru Memajukan Ilmu Pengtahuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu

129 Metode ini pun bisa bersifat pasif jika murid berhenti pada tataran menghafal saja tanpa diikuti dengan pemahaman, kemampuan mengabstraksi atau mengkontekstualisasi, sehingga ilmunya tidak berkembang. Ketiga, metode tulisan, metode ini dianggap paling penting pada saat itu. Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama, dimana biasanya guru membacakan buku yang dia susun kepada murid-muridnya, dan muridnya menuliskan kembali apa yang telah dibacakan oleh gurunya, sehingga setelah selesai pelajaran mereka menyerahkan hasil tulisannya untuk mendapatkan pengesahan dari gurunya, untuk menyatakan bahwa tulisan tersebut merupakan hasil berguru kepadanya. Metode ini dianggap sangat bermanfaat bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan, juga sangat besar artinya bagi pengadaan jumlah buku teks, karena pada saat itu belum ada mesin cetak, sehingga untuk mendapatkan buku teks dirasa sangat sulit, dengan adanya metode pengkopian buku-buku, kebutuhan akan buku teks sedikit dapat teratasi.

c. Murid

Mempelajari kehidupan murid pada periode klasik dapat dibedakan antara murid sekolah di tingkat dasar dan murid sekolah di tingkat tinggi, ciri utama kehidupan murid di sekolah dasar adalah bahwa ia diharuskan belajar membaca dan menulis. Bahan pengajaran yang diberikan biasanya berupa syair-syair, bukan al-Qur’an karena jika memakai al-Qur’an dikhawatirkan mereka membuat kesalahan-kesalahan yang akan dapat menodai kemuliaan al-Qur’an. Belajar di sekolah tingkat dasar tidak ditentukan lamanya, melainkan bergantung kepada seberapa besar kemampuan anak-anak untuk mengikuti menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya. Anak-anak yang mempunyai kemampuan yang cukup serta rajin akan dapat dengan cepat menyelesaikan pelajaran, sedangkan anak-anak yang kurang mampu dan agak malas tentu akan lambat dalam penyelesaiannya. Alasan mengapa batas waktu yang harus ditempuh murid-murid tidak seragam, adalah karena guru-guru, bahkan lembaga-lembaga pendidikan yang ada 130 pada saat itu tidak pernah memberikan penawaran yang khusus kepada murid untuk dapat menyelesaikan pada waktu tertentu, dan murid-murid diberi kebebasan untuk belajar kepada siapa saja dan kapan saja untuk dapat menyelesaikannya. 341 Murid-murid yang telah menyelesaikan sekolah tingkat dasar biasanya bisa langsung memasuki sekolah lanjutan tingkat tinggi tanpa harus memasuki sekolah lanjutan tingkat menengah terlebih dahulu. Namun tidak berarti setiap anak harus menamatkan sekolah tingkat dasar terlebih dahulu agar dapat mengikuti sekolah tingkat tinggi. Kadang-kadang mereka juga diperbolehkan untuk mengikuti sekolah tingkat tinggi tanpa harus menunggu mereka menyelesaikan sekolah di tingkat dasar.

d. Guru

Di antara ciri khas pendidikan Islam pada periode klasik adalah teacher oriented, pendidikan yang berpusat kepada guru, bukan institution oriented. Jadi kualitas pendidikan pada saat itu bergantung kepada guru, bukan kepada lembaga. Oleh karena itu, murid-murid bebas untuk memilih mengikuti pelajaran yang mereka kehendaki, dan mereka tidak mesti belajar di tempat tertentu saja. Hubungan guru dan murid pada pendidikan tingkat dasar layaknya seperti hubungan antara orang tua dengan anaknya. Guru akan mengajar anak didiknya dengan rendah hati, jika guru menemui anak didiknya berbuat salah, maka guru akan menegurnya dengan lemah lembut tidak dengan kasar. Tetapi, jika guru sudah tidak mampu menguasai keadaan, maka ia pun dengan terpaksa akan melakukannya. 342 Di samping guru memperhatikan tingkah laku anak didiknya, guru juga memperhatikan kemampuan anak-anak didiknya dalam belajar, dengan 341 Muniruddin Ahmed, Islam Education and the Scholar’s Social Status uptothe 5th Century Muslim Era 11 th Century Christian Era in the Light of Tarikh Bagdad Verlag: Der Islam Zurich,1968, 147. 342 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Kalimah,1999, 82 131 memperhatikan kemampuan muridnya, maka guru akan mudah memberikan petunjuk kepada muridnya tentang pelajaran apa yang cocok untuk muridnya. Guru juga akan mengukur kecerdasan anak didiknya dengan cara; guru pertama memberikan pelajaran kepada si anak, kemudian guru akan mengambil kesimpulan tentang kecerdasan si anak terhadap materi pelajaran yang sudah disampaikannya, atau guru mengukur kekuatan hapalan murid untuk mengetahui apakah ia suka menghapal atau suka berpikir penalaran. Tentang gaji, biasanya guru meminta gaji dari murid-muridnya, jumlah gaji terserah kepada anak didiknya, dan bergantung kepada kemampuan orang tua si murid itu sendiri. Pada umumnya, gaji yang diperoleh guru dapat di bagi kedalam dua macam, yaitu gaji yang berhubungan dengan waktu dan gaji yang berhubungan dengan pelajran yang di dapat oleh si anak tersebut. Bentuk gaji yang pertama dibayarkan oleh semua murid, yaitu berupa sejumlah kecil uang yang dibayarkan setiap minggu atau setiap bulan ditambah dengan makanan yang diberikan setiap minggu. Kadang- kadang pembayaran ini dilakukan pada musim tertentu. Dalam keadaan tertentu pula diberikan sejumlah gandum atau jagung sebagai ganti pembayaran uang yang bisa dibayarkan oleh si murid setelah mereka menghapalkan suatu surat tertentu. Bahkan, jika mereka selesai menghapal seluruh al-Qur’an, sebagai ungkapan kebahagiaan, mereka akan memberikan bahan-bahan pakaian, uang dan lainsebagainya, sesuai dengan kemampuan keluargasimurid.

3. Menjadikan aliran Mu’tazilah sebagai mazhab resmi negara.