Menangguhkan pemindahan kota sementara dari khurasan ke Baghdad 198-204 H.813-819 M.

120 Untuk memperkecil dan mempersempit pertikaian yang ada dan oposisi terhadap pemerintahannya, di samping memajukan ilmu pengetahuan, kemudian al-Ma’mun segera melakukan terobosan-terobosan baru guna menanggulangi perpecahan tersebut. Terobosan-terobosan tersebut dapat dilihat dari kebijakan kebijakan yang diterapkan oleh al-Ma’mun selama berkuasa, kebijakan tersebut berupa kebijakan politik al-Ma’mun, antara lain;

1. Menangguhkan pemindahan kota sementara dari khurasan ke Baghdad 198-204 H.813-819 M.

Dalam buku ensiklopedi Islam disebutkan, bahwa al-Ma’mun sebelum naik tahta pernah mengepung Baghdad selama hampir satu tahun,karena al-Amin, saudaranya berniat untuk membatalkan pewarisan kekhalifahan kepada Al- Ma’mun dan mengangkat Musa al-Amin anak kandungnya sendiri sebagai putra makhkota. Dari sinilah terjadi peperangan antara pasukan Al-Amin dengan pasukan Al-Ma’mun yang berakhir dengan kekalahan di pihak al-Amin. 325 Atas keputusan sepihak yang diputuskan oleh pihak al-Amin, akhirnya perang saudara itu tidak dapat dihindarkan lagi. Setelah Baghdad dapat dikuasai oleh tentara al-Ma’mun, ia tidak langsung menduduki Baghdad sebagai ibu kota, melainkan tetap tinggal di Khurasan, baru kemudian setelah situasi politik memungkinkan maka al-Ma’mun memindahkan ibukota khurasan ke Baghdad. Kebijakan pemindahan kota Khurasan ke Baghdad ini bukan sesuatu yang tanpa alasan dan tujuan yang jelas, pemindahan kota tersebut bertujuan: 1. Al-Ma’mun ingin mendinginkan atau menenangkan perasaan penduduk ibu kota terutama para pendukung setia dan keluarga al-Amin dari keturunan Arab yang baru saja ditinggal wafat oleh saudaranya, al-Amin. 2. Al-Ma’mun juga ingin mengetahui atau menjajagi seberapa besar pengaruh kekuatan dari pendukung saudaranya itu dalam lingkungan keluarga Abbasiyah. 3. Al-Ma’mun juga ingin menyelami seberapa pendirian sebenarnya keluarga Abbasiyah terhadap dirinya.karena semenjak kecil ia lebih cenderung kepada 325 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3 Jakarta: Intermasa, 1994, 149-150 121 keluarga dari pihak ibunya yang keturunan Persia dibandingkan dengan keluarga dari Ayahnya yang keturunan Arab. 326 Di lain pihak kebijakan untuk tinggal beberapa tahun di Khurasan adalah guna memberikan kesempatan kepada unsur-unsur pendukung al-Amin untuk bisa bernapas lega dan secara perlahan-lahan memperlihatkan dirinya sebagai lawan terbuka. Ia juga bermaksud untuk dapat mengetahui berbagai kemelut yang terjadi dan merancang cara untuk menghadapinya nanti kalau sudah kembali ke ibu kota Baghdad. Tetapi pertempuran berikutnya malah terjadi bukan di Irak atau Khurasan, melainkan di Suriah, kemudian menyusul di Kuffah, melawan keluarga Alawiyin keturunan Ali bin Abi Thalib yang ingin memisahkan diri dari kekuasaan al-Ma’mun, kesemuanya itu dapat di patahkan oleh pasukan al- Ma’mun. 327 Akibat kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh al-Ma’mun dan pasukannya orang-orang Persia dalam berbagai kontak senjata, melawan pemberontakan pemberontakan yang terjadi, menimbulkan kemarahan yang besar di kalangan orang-orang Arab. Sementara kebijakan al-ma’mun memindahkan kota Khurasan ke Baghdad justru sebaliknya menyebabkan kemarahan orang- orang Persia kepadanya 328 .

2. Memajukan Ilmu Pengtahuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu