51 proses deliberalisasi para pakar dalam berbagai disiplin,sehingga terumuskan
kebijakan-kebijakan pendidikan untuk kepentingan rakyat dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang diimajinasikan. Kebijkan pendidikan merupakan hasil
olahan rasional dari berbagai alternatif dengan mengambil keputusan yang dinggap paling efesien dan efektif dengan memperhitungkan berbagai macam
resiko serta jalan keluar bagi pemecahannya. 9. Kejelasan dari tujuan pendidikan akan melahirkan kebijakan pendidikan yang
tepat. Kebijakan pendidikan yang kurang jelas arahnya hanya akan mengorbankan kepentingan peserta didik.
10. Kebijakan pendidikan harus diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan peserta didik dan bukan pemuasan Birokrat.
Demikanlah, aspek-aspek yang mencakup dalam pengambilan kebijakan dibidang pendidikan. Suatu kebijakan mempunya makna intensional, oleh karena,
kebijakan itu mengatur tungkah laku sesorang atau organisasi dan kebijakan meliputi pelaksanaan dan evaluasi dari tindakan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah
strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk
suatu kurun tertentu.
C. Hakikat Pendidikan
Berbicara tentang hakikat pendidikan, atau apakah makna pendidikan bagi manusia? maka Jawaban atas pertanyaan ini adalah berkenaan dengan apakah
sebenarnya hakikat manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dilahirkan di dunia dalam keadaan tidak berdaya oleh karena itu dia tidak mempunyai
kemampuan apa-apa, dia terlempar kedunia ini dan terpaksa harus bertanggung jawab terhadap keberadaannya, demikian menurut pendapat kaum eksistensialis,
yang melihat manusia dengan penuh rasa pesimis, bahkan keberadaannya ini pun merupakan suatu malapetaka. Keberadaan manusia ini sebenarnya adalah menuju
kematian saja.
52 Di samping, pandangan yang pesimis ada pula pandangan yang optimis
mengenai keberadaan manusia, keberadaan manusia dianggap sebagai pusat kehidupan di dunia, dengan kata lain dunia ini ada karena adanya manusia, jadi
keberadaan manusia sangat memberikan makna terhadap dunia sebab manusia subjek dianggap mampu mengatasi objek-objek yang ada di sekitarnya. Jadi
pendidikan merupakan suatu proses yang dapat memberikan makna terhadap dirinya dan lingkungannya.
Sementara dalam Islam, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. untuk beribadah dan menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini.
113
Guna melaksanakan ini maka manusia sudah dilengkapi dengan potensi dan fitrahnya,
serta diberikan pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk memperoleh kebahagiaannya yaitu berupa Al-quran.
Al-Quran merupakan Allah yang di dalamnya tidak hanya berisika tentang dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan kehidupan manusia, baik yang menyangkut
hubungan dengan Tuhan sebagai khaliq yang wajib disembah, maupun sebagai integrasinya dalam hubungan sesama manusia. Akan tetapi lebih luas lagi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari petunjuk-peyunjuk al-quran..
114
Al-Quran telah memberikan petunjuk yang sangat besar dalam pendidikan dan penemuan-penemuan para ahli serta pertumbuhan ilmu pengetahuan yang
sangat pesat di dunia Islam. Al-quran merupakan sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mengajak manusia dengan bahasanya yang lemah lembut dan
balaghahnya yang indah, sehinga mampu membawa dimensi baru terhadap pendidikan dan berusaha mengajak para ilmuan untuk terus menggali makna
kandungannya agar manusia lebih dekat kepada-Nya. Pendidikan Islam bila dilihat dari segi kehidupan kultur umat manusia
tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan enkulturasi
113
Al-Quran, surat adz Dza riya
t; 56 dan al-Baqarah; 21 dan 30
114
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 dalam kata pengantar, hal. V. lihat juga Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, 14.
53 masyarakat manusia itu sendiri. Sebagai alat pendidikan dapat difungsikan untuk
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia baik sebagai makhluk pribadi mau pun sosial, kepada titik optimal kemampuannya untuk
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian hidup di akhirat. Secara teoritis, pendidikan Islam adalah konsep berpikir yang bersifat
mendalam dan terperinci tentang masalah-masalah kependidikan yang bersumber dari ajaran Islam dimana rumusan-rumusan tentang konsep dasar, pola, sistem,
tujuan, metoda dan materi subtansi kependidikan Islam yang disusun menjadi suatu ilmu yang bulat.
115
Padangan dasar pendidikan Islam pada garis besarnya dapat dianalisi dari aspek-aspek konsepsional sebagai berikut:
1. Hakikat pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik supaya menjadi manusia dewasa
sesuai dengan tujuan pendidikan islam. 2. asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam
perikehidupan yang berkesinambungan antara kehidupan duniawiah dan ukhrawiyah, jasmaniah dan rohaniah atau antara kehidupan materil dan mental
spiritual. Dalam pelaksanaan oprasinal asas adil dan merata, asas menyeluruh dan asas integralitas, juga dijadikan pegangan dalam pendidikan praktis sesuai
pandangan teoritis yang dipegangnya. 3. Modal dasar pendidikan Islam adalah kemampuan dasar Fitrah untuk
berkembang dari masing-masing pribadi manusia yang dikaruniai Tuhan. Kemampuan dasar ini merupakan potensi mental spiritual dan fisik yang
diciptakan Tuhan sebagai fitrah yang tidak bisa diubah atau dihapuskan oleh siapa pun, akan tetapi dapat diarahkan perkembangannya dalam proses
pendidikan sampai titik optimal yang berakhir pada takdir Tuhan. 4. Sasaran strategis pendidikan Islam adalah menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai agama dan nilai-nilai ilmu pengetahuan secara mendalam dan meluas dalam pribadi anak didik, sehingga akan terbentuk sikap beriman dan
115
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner
Jakarta: Bumi Aksara, 1991, 11-14.
54 bertakwa dengan kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. 5. Ruang lingkup pendidikan Islam adalah mencakup kegiatan-kegiatan
kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang kehidupan manusia.
6. Metode yang digunakan dalam proses pencapaian tujuan adalah metode yang didasarkan atas pendekatan-pendekatan keagamaan religious, kemanusiaan
humanity, dan ilmu pengetahuan scientific, pendekatan tersebut dilakukan atas landasan nilai-nilai moral keagamaan. Dengan demikian maka semboyan
kaum atheis yang menyatakan tujuan dapat menghalalkan segala cara the aim santifies the means, bertentangan dengan pendidikan Islam.
116
Pendidikan memang merupakan aktivitas yang diarahkan untuk pengembangan individu sepenuhnya. Akan tetapi menurt Ashraf, dikatakan bahwa
dalam konsep pendidikan Islam harus jelas pengertian tentang pengembangan individu yang dimaksudkan. Manusia merupakan wakil Tuhan di bumi dan
seluruh ciptaan lainnya tunduk kepada manusia.
117
Aktivitas pendidikan Islam seyogianya dapat membentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,memilih dan memutuskanserta berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam.
118
Aktivitas pendidikan Islam itu juga harus merupakan sebuah upaya untuk dapat menghasilkan perwujudan manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi
masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkanajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah SWT. Dan dengan manusia serta sesama
makhluk lainnya, dan dapat mengambil manpaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan di akhirat.
119
116
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner
Jakarta: Bumi Aksara, 1991, 16-17
117
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Pengantar Sayid Husein Nasr Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996, 1.
118
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam Bandung: Al-Ma’arif, 1989, 23.
119
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 31.
55 Jadi pendidikan tarbiyah adalah menjaga dan memelihara fitrah anak,
mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam dan mengarahkan seluruh fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaannya yang layak serta dilaksanakan secara bertahap Untuk melengkapi pendalaman tentang apa sebenarnya yang dimaksudkan
dengan pendidikan Islam, maka tidak ada salahnya jika dikutip hasil rumusan Konferensi Dunia pertama tentang tujuan pendidikan Islam di Mekah pada tahun
1977 sebagai berikut; ”Pendidikan seharusnya bertujuan untuk mencapai pertumbuhan yang
seimbang dalam kepribadian manusia secara total malalui latihan semangat, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh. Karena itu,
pendidikan seharusnya memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal,
ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif di samping memotifasi semua aspek tersebut kearah kebaikan dan
kesempurnaan”.
120
Sedangkan menurut Quthb, bahwa ciri khas pendidikan Islam adalah melakukan pendekatan yang menyeluruhterhadap wujud manusia, jasmani dan
rohani, fisik dan mental, Islam memandang manusia secara totalitas dan kembali kepada fitrahnya. Dengan kata lain, Islam menempatkan manusia menurut apa
yang ada padanya.
121
Dari uraian ini dapat diambil beberapa kesimpulan asasi untuk memahami makna pendidikan, yaitu; pertama, merupakan satu proses yang mempunyai
tujuan atau sasaran, kedua, secara mutlak, pendidik yang sebenarnya adalah Allah SWT. Pencipta fitah dan pemberi berbagai potensi. Ketiga, pendidikan menuntut
adanya langkah-langkah yang secara bertahap harus dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran,sesuai dengan urutan yang telah disusun secara
sistematis, dan keempat, kerja pendidik harus mengikuti aturan penciptaan dan
120
Lihat Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Pengantar Sayid Husein Nasr Jakarta: ustaka Firdaus, 1996, 25.
121
Muhammad Quthb, Minhaju al Tarbiyah al Isla miyah
Bairut: Dar al Syuruq, t.t., 14.
56 pengadaan yang dilakukan oleh Allah, sebagai man harus mengikuti syara dan
Din Allah.
122
Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia sesuai dengan ajaran agama Islam, agar
tercapai kehidupan manusia yang makmur dan bahagia. Jadi di dalam pengertian pendidikan Islam tersebut terkandung empat masalah pokok, yaitu; pertama,
usaha mengembangkan, kedua, fitrah manusia, ketiga, ajaran agama Islam, dan keempat,
kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.
123
Jadi hakikat pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tujuan pendidikan itu sendiri. Secara pedagogis pendidikan merupakan upaya sadar dan bertujuan. Yang
berarti pekerjaan mendidik mengandung makna serangkaian proses kegiatan yang menuju kearah tujuan. Tujuan merupakan salah satu faktor yang paling penting
dalam proses pendidikan. Sebab pekerjaan tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan ketidak menentuan ideterminisme.
Membicarakan tujuan
pendidikan, menuntun
kita kepada
memperbincangkan dua hal yang amat penting, pertama, mengajak kita untuk membahas mengenai tujuan hidup, lebih tegasnya tujuan hidup manusia,bvsebab
tujuan pendidikan pada dasarnya adalah identik dengan tujuan hidup manusia di bumi ini. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk
memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
124
Di pihak lain, pada hakikatnya manusia didik adalah untuk mewujudkan dari tujuan hidupnya itu sendiri,
125
dan tujuan hidup itu sendiri ditentukan oleh pandangan hidup setiap manusia. Oleh karena itu, T.S. Eliot, dalam pendidikan
122
Abdurrahman An-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Isla miyah,
terj. Herry Noer Aly, Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di
Masyarakat Bandung: Diponegoro, 1992, 31-32.
123
Syahmina Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam Jakarta: Kalam Mulia, 1986, 1-4.
124
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Psikologis dan Pendidikan
Jakarta: Pustaka al-husna, 1989, 33. lihat juga hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam
Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988, 305.
125
Syahmina Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam , 35.
57 yang terpenting adalah tujuannya harus diambil dari pandangan hidupnya atau
nilai-nilai yang dianut dalam hidup dan kehidupannya.
126
Ke dua, mengajak kita untuk membahas mengenai sifat asal nature manusia, sebab pada diri manusia itulah dicita-citakan sesuatu yang akan
ditanamkan oleh pendidikan.
127
dari pandangan ini, maka tujuan lebih tepat diidentifikasi sebagai dunia cita, yaitu suasana yang cukup ideal atau dapat
disebut nilai-nilai ideal yang akan diwujudkan oleh pendidikan.
128
Nilai-nilai ideal dalam Islam yang dijadikan dasar untuk menetapkan tujuan pendidikan
Islam adalah nilai-nilai yang berkisar pada seputar hakikat manusia, kedudukannya di alam semesta dan akhir hidupnya.
Berdasarkan penuturan Hajid ’Arsyan al-Kailani, secara filosofis, Islam menetapkan bahwa manusia itu adalah makhluk Allah yang memiliki multi relasi,
ia berhubungan dengan penciptanya, al-’Alaqah baina al- Khaliq wa al-Insan, ia berhubungan dengan alam al-’Alaqah baina al-Insan wa al-Kaon, ia juga
berhubungan dengan manusia lain al-’Alaqah baina al-Insan wa al-Insan, dengan kehidupan dunia al-’Alaqah baina al-Insan wa al-hayah, dan dengan kehidupan
akhirat al-’Alaqah baina al-Insan wa al-akhirah.
129
Jadi manusia hidup diarahkan untuk dapat memenuhi relasi-relasi tersebut. Ketika suatu relasi aja terabaikan
oleh manusia, maka akan memiliki efek samping yang tidak sederhana terhadap relasi-relasi yang lainnya.
Dengan demikian, dapat ditetapkan bahwa tujuan pendidikan baik berdasarka tujuan dan pandangan hidup maupun berdasarkan sifat asal nature
manusia, ditujukan untuk mengintegrasikan dan menyeimbangkan aspek jasmani, akal dan rohani, mengintegrasikan dan menyeimbangkan sisi individu dan sosial,
126
Nelsen, F. Du Bois, Educational Psychology and Instructionsl Decision HomeWood: Illionis: the Dorsey Press, 1979, 14.
127
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Pikologis dan Pendidikan,
33.
128
Zuharaini, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 159.
129
Hajid ‘Arsyan al-Kailani, Falsafah al-T arbiyah al-Isla miyah
Mekah al-Mukarramah: Muktabah Hadi, 1987, 83.
58 mengintegrasikan dan menyeimbangkan posisinya sebagai ’abid dan khalifah,
serta mengintegrasikan dan menyeimbangkan aspek kehidupan dunia dan akhirat. Jadi hakikat pendidikan merupakan satu usaha yang dilakukan secaca terus
menerus dan bertahap dalam rangka memberikan bimbingan dan arahan kepada fitrah Potensi yang dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Akhirnya dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas dan tanggung
jawab pendidikan baik secara umum maupun secara pendidikan Islam adalah terletak pada orang tua, diri sendiri, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Artinya
dalam kaitan ini kemajuan ilmu pengetahuan tidak bisa terlepas dari keikutsertaan pemerintah dalam membangun dunia pendidikan, tapi bukan berarti pula
segalanya harus ditentukan oleh pemerintah, karena tanggung jawab pendidikan juga bukan sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah, melaikan pula
orangtua, pribadi, sekolah dan masyarakat. Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa tanggung
jawab Negara dalam hal pendidikan menjadi prioritas yang utama. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam hal ini ikut serta mendorong, mempasilitasi terhadap
proses pencapaian tujuan pendidikan, dengan keberhasilan dan pencapaian tujuan pendidikan maka berarti pula tujuan negara pun semakin dekat untuk dapat
diwujudkan.
59
BAB III PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN ILMU
PENGETAHUAN SEBELUM AL-MA’MUN
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sarana pembelajaran atau tempat yang efektif untuk menyebarkan menstranfer ilmu dan pengetahuan.
Lembaga pendidikan ini telah ada sejak zaman dahulu dan telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno.
Dalam Islam sendiri lembaga pendidikan ini telah dikenal sejak zaman Rasullah SAW. menyebarkan Islam di Mekkah, yaitu dengan menggunakan
rumah salah satu sahabat Nabi yang bernama Arqam bin Arqam di bukit shafa, sebagai sarana pendidikan tempat untuk Nabi menyampaikan wahyu yang ia
terima-Nya atau menyebarkan ajaran Islam kepada para sahabat, walau dengan cara sembunyi-sembunyi sirriyah. Baru kemudian setelah Nabi melakukan
Hijrah, proses pendidikan dapat diselenggarakan di masjid-masjid bahkan setelah itu menyebar bukan hanya sekedar di masjid-masjid melainkan dapat juga
diselenggarakan di tempat lain, seperti; istana, toko-toko buku, perpustakaan dan lain sebagainya.
Perkembangan lembaga pendidikan sejak pertama telah menunjukan signifikansi dan keunggulannya. Sebab, dengan menggunakan cara pelembagaan
pendidikan, setidaknya penyebaran ilmu pengetahuan mempunyai nilai dan kwalitas yang baik. Transformasi ilmu pengetahuan akan dapat berlangsung lebih
efektif apabila didukung dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan baik. Hal ini mengingat bahwa perjalanan pendidikan Islam telah menunjukan
era keemasannya pada zaman klasik, oleh sebab itu pada bab ini akan di uraikan mengenai perkembangan lembaga-lembaga pendidikan dan ilmu pengatahuan
pada masa sebelum pemerintahan al-Ma’mun.
A. Perkembangan Lembaga Pendidikan Sebelum al-Ma’mun.
Pada awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan Islam formal yang sistematis belumlah terselenggara, kalau pun ada, pendidikan yang berlangsung