142 pendidikan formal dan informal.
370
Kriteria yang di gunakan oleh Stanton untuk membedakan kedua lembaga tersebut adalah hubungan lembaga pendidikan
dengan negara yang berbentuk theokrasi. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga yang didirikan oleh negara
untuk mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar menguasai pengetahuan agama dan berperan dalam agama, atau menjadi tenaga birokrasi, atau pegawai
pemerintahan.pengelolaan administrasi lembaga ini berada ditangan penguasa, sedangkan lembaga informal tidak dikelola oleh negara.
George Makdisi membagi lembaga pendidikan ini kepada dua tipe yaitu lembaga pendidikan yang exklusif tertutup terhadap pengetahuan umum, dan
lembaga pendidikan yang inklusif terbuka terhadap pengetahuan umum.
371
Ada pun kontribusi al-Ma’mun terhadap perkembangan lembaga-lembaga pendidikan pada masanya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Perpustakaan.
Perhatian Islam terhadap pendidikan dan kemuliaan buku sebagai media pengetahuan berada dibelakang tumbuhnya perpustakaan dalam peradaban Islam.
Dalam Islam, buku tidak hanya diperlakukan semata-mata sebagai sebuah media, buku bahkan mempunyai nilai-nilai moral tersendiri yang turut melandasi
terhadap pemberian perhatian besar yang diberikan kepadanya. Perhatian ini misalnya dalam bentuk keharusan untuk menyebarluaskan dan pemeliharaan buku
sebagai bagian dari kegiatan mendukung ilmu pengetahuandan pendidikan. Di sisi lain, tumbuhnya perpustakaan berkaitan erat dengan
diperkenalkannya teknologi pembuatan kertas pada dunia Islam. Dengan adanya teknologi pembuatan kertas dapat mempermudah pekerjaan, menurunkan biaya,
dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi buku. Pada gilirannya hal ini akan memotivasi para ilmuwan dan para peneliti
untuk menuliskan hasilkaryanya, sehingga pada akhirnya akan mendorong
370
Charles Miichael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, 122
371
George Makdisi, “Typology of Institutions of Learning” dalam An Anthology Studies oleh Issa J. Baullata Monterial: McGill Indonesia IAIN Development Project, 1992, 16
143 ledakan jumlah buku yang beredar. Jadi, upaya pemasyarakatan pendidikan dan
ilmu pengetahuan atau dalam bahasa Pinto, ”Demokrasi pengetahuan” merupakan landasan lain tumbuhnya lembaga perpustakaan dalam Islam dalam skala besar-
besaran.
372
Istilah perpustakaan itu sendiri menurut George Makdisi, mempunyai enam peristilahan yang digunakan secara terpadu untuk menggambarkan sebuah
perpustakaan. Tiga syarat pertama yaitu berupa bayt kamar atau ruangan, Khizanah
lemari dan daarrumah; dan tiga syrat kedua adalah berupa hikmah kebijakan ’ilmu ilmu pengetahuan dan kuttub buku-buku jadi, kata-kata dan
konsep ini berpadu sehingga membentuk satu tujuan istilah yang menggambarkan perpiustakaan; seperti bayt al-H{ikmah, Khizanah al-h{ikmah ,Da
r al-h{ikmah, Da r
al-ilmu ,Da r al-kutub
, Bayt al-Kutub dan Khizanah al-ilmiyah. Bisa ditambahkan pula dua istilah lain yaitu Bayt al-ilmu dan khizanah al-ilmiyah. Pada
kenyataannya kombinasi kesemuanya ini telah digunakan dan seiring iastilah- istilah ini dapat dipertukarkan.
373
Perpustakaan berkembang luas pada masa dinasti Abbasiyah, baik perpustakaan umum mau pun perpustakaan pribadi. Faktor yang menyebabkan
berkembangnya perpustakaan antara lain adalah meluasnya penggunaan bahan kertas untuk menyalin kitab-kitab, bermunculannya para penyalin kitab, dan
berkembangnya para h{ alaqah para sastrawan dan ulama.di samping itu
penghargaan terhapad ilmu pengetahuan mendorong kaum muslimin un tuk membeli kitab-kitab dari berbagai negeri.
374
Dengan demikian perpustakaan menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan yang amat penting pada saat itu.
Perpustakaan umum biasanya berpusat di kota-kota besar atau ibu kota, kadang-kadang mempunyai bangunan tersendiri dan kadang-kadang pul;a
berdampingan dengan bangunan masjid, sekolah, rumah sakit atau ribath. Para
372
Olga Pinto, The Liberaries of the Arabs During the Time of the Abbaside Islamic Culture 3, tahun 1929, 213-214.
373
George makdisi, The Rise of colleges: Institutions of Learning in Islam and the west
Endinburgh : University Press, 1982, 24-25.
374
Hery Noer Aly, ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Logos, 1999, 220.
144 petugasnya terdiri atas para ulama, penyalin kitab, penjilid buku, penerjemah dan
orang-orang yang melayani para pecinta ilmu. Perpustakaan ini terbuka bagi para pecinta ilmu.
Perpustakaan juga mempunyai peranan yang cukup penting sebagai transmisi pengetahuan. Penguasa-penguasa telah mendirikan banyak perpustakaan
baik itu perpustakaan umum mau pun perputakaan pribadi dilingkungan istana mereka masing-masing. Demikian pula dengan orang-orang kaya, mereka juga
banyak yang mendirikan perputakaan pribadi. Di setiap perpustakaan telah banyak disimpan beribu-ribu buku dan dilengkapi dengan ruangan khusus untuk
menyelenggarakan h{ alaqah-h{
alaqah. Perpustakaan dan pusat pendidikan tinggi yang paling terkenal di Baghdad
selama masa kepemimpinan al-Ma’mun 813-833 M. adalah Bait al-h{ikmah. Lembaga ini menggabungkan perpuistakaan,sanggar sastra,lingkaran studi dan
observatorium sekaligus, yang kesemuanya itu beraada di bawah pengawasan khalifah al-Ma’mun.
Lembaga ini mencapai puncaknya di bawah al-Ma’mun dan kekhalifahannya .
375
Hal ini diawali ketika al-Ma’mun mengirimkan sekolompok utusannya,-termasuk didalamnya adalah staf perpustakaan bait al-hikmah – ke
daerah-daerah kekuasaan Bizantium untuk mencari manuskrip-manuskrip yang berharga dan membawanya pulang ke Baghdad, kemudian manuskrip-manuskrip
tersebut dijadikan bahan kajian di lembaga itu.
376
Putra Harun al-Rasyid, Khalifah al-Ma’mun bin Harun al-Rasyid telah banyak mempekerjakan kaum cerdik-cendikiawan terkenal seperti al-Kindi,
377
filosof pertama untuk menterjemahkan karya-karya Aristoteles ke dalam bahasa
375
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Jakarta:Logos, 1994, 169.
376
Hasan as’ari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Bandung :Mizan,1994, 110.
377
Ia adalah seorang dokter,ahli optika,astronomi,geometrid an ahli musik.beliau telah menjadi penghafal al-Qur’an ketika ia baru berusia 10 tahun dalam The Legacy of Islam, dikatakan
bahwa buku tentang optika yang dikarangnya diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Dan banyak mempengaruhipemikiran Roger Bacon. Lihat, Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban,
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Yogyakarta: LPPI, 2002, 11.
145 Arab. Al-Kindi sendiri menulis hampir 300 judul buku tentang masa;lah-masalah
kedokteran,filsafat sampai musik yang disimpan di bayt al-hikmah. Al-Ma’mun menggaji para penerjemah dan untuk merangsang upaya
mereka dalam mensahkan dan menandatangani setiap penerjemahan. Ma’mun juga mengutus orang-orangnya untuk mendatangi tempat-tempat yang jauh seperti
India, Syiria, Mesir guna mengumpulkan karya-karya yang jarang dan unik. Dokter terkenal Hunai bin Ishak sampai mengembara jauh ke Palestina untuk
mendapatkan kitan al-Burhan.
378
Menurut Mahmud Yunus, perpustakaan pada masa ini terbagi menjadi dua, pertama,perpustakaam umum, yang tempatnya dimasjid-masjid, yang dibaca
oleh umum yang datang ke masjid dan madrasah. Di sebuah kota seperti di Merv, pengelana dan ahli geografi Yaqut mendapatkan tidak kurang dari dua belas
perputakaan umum. Selama tiga tahun menetap di kota itu, ia berhasil mengumpulkan sebagian besar materi untuk kamus geografinya.
Ditunjukan sedemikian banyak pertimbangan dalam hal menyemarakan buku, sehingga ia menyimpan 200 jilid sekaligus. Baghdad, Damaskus, Kairo,
Cordoba, Fez, Isfahan, Lahore, Delhi, Samarkhand, kota-kota besar mau pun kecil, memiliki sejumlah perpustakaan umumsebagian besar perputakaan ini
menerima subsidi bantuan dari pemerintah, dan sebagian dari perputakaan ini merupakan wakaf yang didirikan oleh individu-individu yang ingin memajukan
ilmu pengetahuan. Ada pun perpustakaan khusus diadakan oleh para alim ulama dan ahli
sastera di rumahnya masing-masing, untuk dipakainya sendiri.
379
dan terdapat beribu-ribu koleksi pribadi. Selama periode Abbasiyah, koleksi pribadi milik
Yahya bin Khalid al-Barmaki di Baghdad terkenal paling lengkap, setiap jilid buku diperpustakaan itu, memiliki tiga kopian dan sebagian besar merupakan
karya langka dari Bayt al-hikmah. Selama abad ke sebelas, perpustakaan Mahmud al-daulah bin Fatik, seorang yang ahli dalam menulis dan sekaligus kolektor besar.
378
Ziauddin Sarda, Tantangan Dunia Islam Abad 21 Bandung: Mizan, 1996, 46.
379
Mahmud, Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Mutiara, 1966, 91-93.
146 Perpustakaan –perpustakaan ini bukanlah hanya sekedar gudang untuk
menumpukna buku-buku, tetapi merupakan perpustakaan-perpustakaan yang aktif Working liberaries dalam segala seginya. Selain program-program riset yang
intensif, kuliah, perdebatan dan aktivitas-aktivitas lainnya di masyarakat.Para cerdi cendikiawan dapat dengan bebas menyalin buku-buku dan menyalin naskah-
naskah yang ada .
380
Al-hasil, al-Ma’mun bukanlah hanya sekedar seorang Khalifah, melainkan juga sebagai seorang pelopor pendiri perpustakaan dari Dinasti abbasiyah,
jejaknya kemudian diikuti oleh penguasa-penguasa lain dan umat Islam. Tindakan al-Ma’mun juga ditiru oleh khalifah-khalifah Dinasti Fatimiyah,yang kemudian
mendirikan Dar al-’Ilm dan Dar al-Hikmah, kedua gedung ilmiah tersebut dilengkapi perpustakaan yang besar sebagai tandingan Bayt al-Hikmah di
baghdad.
b. Bait al-Hikmah.