Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel Instrumen Pengumpulan Data

keagamaan, keyakinan keagamaan, kegiatan keagamaan kelompok, kegiatan keagamaan individu, dan pengalaman keagamaan.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berbentuk skala Likert dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju SS, setuju S, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS. Selanjutnya penulis membagi dua kategori item pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable dan menentukan bobot nilai sebagai berikut: Tabel 3.1 Skor Favorable dan Unfavorable Alternatif Jawaban Skor Favorable Unfavorable Sangat Setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4 Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat ukur. Adapun empat alat ukur tersebut adalah: 1. Skala Penerimaan Diri Skala penerimaan diri dalam penelitian ini diukur dengan memodifikasi skala penerimaan diri dari Kubler Ross Gargiulo, 2004. Penulis memfokuskan item-item self acceptance dan adjusment karena yang ingin dilihat adalah seberapa besar penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, dan ketika orang tua sudah menerima dirinya memiliki anak down syndrome dapat diartikan bahwa orang tua sudah melewati reaksi-reaksi awal yang merupakan fase sebelum penerimaan, dibuat sebagai item unfavourable dari penerimaan. Table 3.2 Blue print skala penerimaan diri No. Tahapan Indikator Item Jumlah Fav Unfav 1. Penerimaan dan Penyesuaian Diri 1. Tidak malu mengakui anaknya 2. Bersyukur 3. Bersikap baik dan memberikan cinta kasih kepada anak 4. Mengusahakan terapi dan pendidikan bagi anak 4 1, 6 7, 8 2, 3 5, 10 9 3 2 2 3 Jumlah 10 2. Skala Perceived Behavioral Control Skala ini disusun berdasarkan pedoman yang digunakan oleh Francis, et al 2004. Adapun blue print dari skala perceived behavioral control sebagai berikut: Tabel 3.3 Blue print skala perceived behavioral control No. Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Fav Unfav 1. Control Belief 1. Kondisi yang membuat individu merasa mudah untuk menerima dirinya memiliki anak down syndrome 1, 2, 3, 4, 5 5 2. Perceived Power 1. Kondisi yang mendukung untuk memunculkan penerimaan diri 6, 7, 8, 9, 10 5 Jumlah 10 2. Skala Dukungan Sosial Untuk mengukur dukungan sosial pada subjek penelitian, penulis membuat sendiri alat ukur dukungan sosial dengan mengacu pada dimensi-dimensi dukungan sosial yang dikemukakan oleh Sarafino 2011. Adapun dimensi-dimensi tersebut adalah dukungan emosional, dukungan nyata atau instrumental, dukungan informasi, dan dukungan kelompok. Dukungan sosial ini bersumber dari pasangan, keluarga, dan teman. Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial No. Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Fav Unfav 1. Dukungan Emosional 1. Empati 1, 2, 17, 23, 24, 25 9, 10 8 2. Peduli 3. Perhatian 2. Dukungan Nyata atau Instrumental 1. Bantuan jasa 3, 4, 18, 26, 27, 31 11, 12 8 2. Bantuan Uang 3. Dukungan Informasi 1. Mendapatkan nasihat dan saran 5, 6, 19, 20, 28, 29 13, 14 8 2. Mendapatkan informasi 4. Dukungan Kelompok 1. Perasaan keanggotaan dalam kelompok 7, 8, 21, 22, 30 15, 16 7 2. Saling berbagi permasalahan Jumlah 32 3. Skala Religiusitas Skala religiusitas dalam penelitian ini memodifikasi alat ukur CRS yang mengacu pada teori Glock dan Stark 1968. Item-item dalam skala ini dibuat berdasarkan lima dimensi yaitu pengetahuan keagamaan, keyakinan keagamaan, kegiatan keagamaan kelompok, kegiatan keagamaan individu, dan pengalaman keagamaan. Tabel 3.5 Blueprint Skala Religiusitas No. Dimensi Indikator Nomer item Jumlah Fav Unfav 1. Pengetahuan Keagamaan Merasa penting untuk mengetahui dan memahami pokok-pokok ajaran agama 1, 6, 11 16 4 2. Keyakinan Keagamaan Keyakinan tentang kebenaran konsep teologi 2, 7, 12 17 4 3. Kegiatan Keagamaan Kelompok Menganggap penting dan melaksanakan ibadah secara berjamaah 3, 8, 13, 18 4 4. Kegiatan Keagamaan Individu Melaksanakan ibadah privasi 4, 9, 14 19 4 5. Pengalaman Keagamaan Mengalami peristiwa atau pengalaman batin yang datang dari Tuhan 5, 10, 15 20 4 Jumlah 20

3.4 Uji Validitas Konstruk

Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas konstruk keempat instrumen yang dipakai, yaitu penerimaan diri, perceived behavioral control, dukungan sosial, dan religiusitas. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatory Faktor Analysis CFA. Adapun logika dari CFA Umar, 2011 : 1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat unidimensional. 3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma Σ, kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar unidimensional maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ - matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ - S = 0. 4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chisquare. Jika hasil chisquare tidak signifikan p 0.05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor saja. 5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t- value. Jika hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di keluarkan dan sebaliknya. 6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus di keluarkan. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif favorable. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan software LISREL 8.70 Linear Structural Relationship.

3.4.1 Uji validitas konstruk penerimaan diri

Penulis menguji apakah ke 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur penerimaan diri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 414.02, df = 35, P value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.270, oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi- square = 16.66, df = 16, P value = 0.40781, dan nilai RMSEA = 0.017. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai T bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6 Tabel hasil uji validitas instrumen penerimaan diri No Item Lambda Standard Error T Value Signifikan 1 0.50 0.08 6.18 √ 2 0.56 0.08 7.15 √ 3 0.50 0.08 6.56 √ 4 0.87 0.09 9.90 √ 5 0.76 0.08 9.61 √ 6 0.38 0.08 4.62 √ 7 0.90 0.08 11.12 √ 8 0.68 0.08 8.59 √ 9 0.33 0.07 4.67 √ 10 0.54 0.08 6.79 √ Keterangan : tanda √ = signifikan t 1,96 ; X = tidak signifikan Dari hasil tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa semua item yang berjumlah 10 item merupakan item yang signifikan berkoefisien bermuatan positif dengan nilai T 1.96.

3.4.2 Uji validitas konstruk perceived behavioral control

Di bawah ini merupakan tabel 3.7 menjelaskan hasil uji validitas instrumen perceived behavioral control yang meliputi dimensi control belief dan perceived power. Setiap dimensi diuji satu per satu, namun dalam penyajiannya digabung menjadi satu tabel. Langkah pertama penulis menguji apakah 10 item yang terdiri dari 2 dimensi perceived behavioral control bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur perceived behavioral control. Kedua aspek tersebut yaitu dimensi control belief dan perceived power. Berdasarkan CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata pada dimensi control belief model satu faktor tidak fit dengan Chi-square = 75.39, df = 5, P value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.307, oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 3.94, df = 3, P value = 0.26770, dan nilai RMSEA = 0.046. Sehingga keseluruhan item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran. Pada dimensi perceived power dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 18.65, df = 5, P value = 0.00223, dan nilai RMSEA = 0.135, oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi- square = 6.09, df = 4, P value = 0.19286, dan nilai RMSEA = 0.059. Sehingga keseluruhan item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran. Ada pun hasil uji validitas instrumen perceived behavioral control seluruh dimensi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini: