Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri Self Acceptance

mengembangkan sikap-sikap yang positif dalam hidupnya dan bersikap baik yang bisa menimbulkan penilaian diri dan penerimaan diri yang baik. 8. Self Perspective perspektif diri Seseorang yang mampu memperhatikan pandangan orang lain terhadap dirinya seperti ia memandang dirinya sendiri adalah seseorang yang memiliki pemahaman diri yang cukup baik daripada seseorang yang memiliki perspektif yang sempit mengenai dirinya, hal inilah yang membuat ia dapat menerima dirinya dengan baik. perspektif diri yang luas diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini, usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk dapat mengembangkan perspektif dirinya. 9. Good Childhood Training pola asuh masa kecil yang baik Meskipun ada bermacam cara penyesuaian diri yang dilakukan seseorang untuk membuat perubahan dalam hidupnya, namun yang menetukan penyesuaian diri seseorang dalam hidupnya adalah pola asuh dimasa kecil. Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis dimana di dalamnya terdapat peraturan yang mengajarkan kepada anak bagaimana ia menerima dirinya sebagai individu dan cenderung berkembang untuk menghargai dirinya sendiri. Konsep diri mulai terbentuk pada masa kanak- kanak dimana pola asuh diterapkan, sehingga pengaruhnya terhadap penerimaan diri tetap ada meskipun usia individu terus bertambah. 10. Stable Self-Concept konsep diri yang stabil Konsep diri yang stabil adalah satu cara bagaimana seseorang mampu melihat dirinya sendiri dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Hanya pada konsep diri yang sesuai seseorang mampu menerima dirinya sendiri. Karena apabila individu memiliki konsep diri yang tidak stabil, bisa saja pada satu waktu ia menyukai dirinya, pada waktu lain ia membenci dirinya sendiri. Ini akan membuatnya kesulitan untuk menunjukkan siapa dirinya kepada orang lain karena ia sendiri merasa bertentangan terhadap dirinya sendiri. Selain faktor di atas, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri seseorang, diantaranya adalah dukungan sosial, coping stress, self-esteem dan self efficacy, optimisme, perilaku asertif, dan health locus of control Zalewska, et al, 2006. Selain itu Sarasvati dalam Rachmayanti, 2007 mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri orang tua yang memiliki anak autis diantaranya adalah dukungan dari keluarga besar, kemampuan keuangan keluarga, latar belakang agama, sikap para ahli yang mendiagnosa anaknya, tingkat pendidikan suami istri, status perkawinan, sikap masyarakat umum, usia dari masing-masing orang tua, dan sarana penunjang. Nishinaga 2004 mengatakan bahwa faktor penerimaan diri orang tua yang memiliki anak dengan keterbelakangan intelektual diantaranya adalah subjective wellbeing, dukungan sosial, dan perceived behavioral control. Dari sebagian faktor yang disebutkan diatas, dalam penelitian ini akan diuji beberapa faktor yaitu perceived behavioral control, dukungan sosial, dan religiusitas.

2.2 Perceived Behavioral Control

2.2.1 Pengertian perceived behavioral control

Ajzen 1991 menyatakan bahwa perceived behavioral control PBC mengacu pada persepsi individu tentang kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan sebuah perilaku, atau persepsi seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk menampilkan perilaku. Sedangkan menurut Francis et.al., 2004 perceived behavioral control adalah sejauh mana seseorang merasa mampu untuk menampilkan suatu perilaku. Ajzen 2005 menyatakan bahwa perceived behavioral control dianggap sebagai fungsi dari belief. Belief dalam perceived behavioral control yaitu tentang ada atau tidaknya faktor yang memfasilitasi atau menghalangi terwujudnya sebuah perilaku. Belief ini berdasarkan pada bagian pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan perilaku. Namun, perceived behavioral control biasanya juga dipengaruhi oleh informasi dari rekan-rekan dan teman serta faktor lain yang dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi tentang kesulitan dalam mewujudkan perilaku tertentu.

2.2.2 Komponen perceived behavioral control

Ajzen 2005 menyatakan bahwa perceived behavioral control terdiri dari dua komponen, yaitu: a. Control belief, yaitu faktor atau kondisi yang membuat perilaku sulit atau mudah untuk dilakukan b. Perceived power, kekuatan dari setiap faktor atau kondisi yang mendukung atau menghambat perilaku.

2.2.3 Pengukuran perceived behavioral control

Alat ukur perceived behavioral control ini menggunakan teori planned behavior dari Icek Ajzen. Perceived behavioral control diukur dengan menggunakan kuesioner perceived behavioral control yang disusun oleh penulis sendiri didasarkan pada komponen perceived behavioral control yang dikemukakan oleh Francis et al., 2004. Penghitungan skor perceived behavioral control yaitu dengan rumus dibawah ini: PBC = a x d + b x e + c x f Keterangan: PBC adalah total skor perceived behavioral control a , b dan c adalah nilai masing-masing dari item control belief d , e dan f adalah nilai masing-masing dari item belief power yang berhubungan dengan item control belief. Dalam penelitian ini peneliti memodifikasi alat ukur Ajzen dengan sampel orang tua yang memiliki anak down syndrome.

2.3 Dukungan Sosial

2.3.1 Pengertian dukungan sosial

Menurut Sarafino 2011 dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, harga diri, atau bantuan yang tersedia untuk orang dari orang-orang atau kelompok lain Uchino, 2004. Dukungan bisa datang dari banyak sumber seperti pasangan atau kekasih, keluarga, teman, dokter, atau organisasi masyarakat. Orang dengan dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari kelompok sosial, seperti keluarga atau organisasi masyarakat, yang dapat membantu pada saat dibutuhkan. Jadi, dukungan sosial mengacu pada tindakan yang benar-benar dilakukan oleh orang lain, atau menerima dukungan. Hampir senada dengan Sarafino, Taylor 2006 mendefinisikan dukungan sosial sebagai bentuk pemberian informasi serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan terhormat, dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orang tua, kekasih atau kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat. Dukungan sosial merupakan interaksi interpersonal yang di dalamnya terkandung perhatian secara emosional dan penilaian diri yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Dukungan sosial dipercayai mempunyai efek positif secara langsung terhadap kesehatan dan secara tidak langsung dapat menahan efek berbahaya dari stres. Dari pengertian di atas mengenai dukungan sosial, maka definisi yang digunakan penulis adalah definisi dari Sarafino 2011 yang mengartikan dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, harga diri, atau bantuan yang tersedia untuk orang dari orang-orang atau kelompok lain .

2.3.2 Dimensi dan sumber dukungan sosial

Sarafino 2011 membagi dukungan sosial menjadi empat dimensi, yaitu: 1. Dukungan emosional Dukungan emosional seperti menyampaikan empati, kepedulian, perhatian, hal positif, dan dorongan terhadap orang tersebut. Ini memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki dan dicintai pada saat stres. 2. Dukungan nyata atau instrumental Dukungan nyata atau instrumental seperti melibatkan bantuan langsung, ketika orang memberikan atau meminjamkan uang atau orang membantu tugas-tugas pada saat stres. 3. Dukungan informasi Dukungan informasi termasuk memberikan nasihat, arah, saran, atau umpan balik tentang cara orang tersebut melakukan sesuatu. 4. Dukungan kelompok Dukungan kelompok mengacu pada ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan orang, sehingga memberikan suatu perasaan tentang keanggotaan dalam kelompok orang-orang yang memiliki hal yang sama dan kegiatan sosial.