15
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian tentang landasan teoritis penelitian ini, yang dibagi menjadi lima subbab. Subbab pertama membahas tentang penerimaan diri, subbab kedua
membahas tentang perceived behavioral control, subbab ketiga membahas tentang dukungan sosial, subbab keempat membahas tentang religiusitas, subbab
kelima membahas tentang kerangka berfikir, subbab ke enam membahas tentang hipotesis penelitian.
2.1 Penerimaan Diri Self Acceptance
2.1.1. Pengertian penerimaan diri Self Acceptance
Gargiulo 2004 mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat menerima keadaan diri atau orang terdekatnya yang tidak
sesuai dengan harapannya. Menurut Rohner 2012 penerimaan orang tua mengarah kepada kehangatan, kasih sayang, peduli, kenyamanan, perhatian,
mengasuh, mendukung atau perasaan cinta dimana orang tua dapat merasakan dan menunjukkan kepada anaknya secara fisik maupun verbal. Cronbach 1963
mengungkapkan penerimaan diri ialah karakteristik pribadi seseorang dimana ia dapat menjelaskan mengenai fungsi keberadaan dirinya dengan baik. Hurlock
1974 menyatakan bahwa individu yang mampu menerima diri sendiri berarti harus mampu menerima seperti apa adanya real self, bukan seperti apa yang
diinginkan ideal self, serta memiliki harapan yang realistis sesuai dengan kemampuannya.
Dari pengertian di atas mengenai penerimaan diri, maka definisi yang digunakan peneliti adalah definisi dari Gargiulo 2004 yaitu penerimaan diri
adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat menerima keadaan diri atau orang terdekatnya yang tidak sesuai dengan harapannya.
2.1.2 Proses dan dampak penerimaan diri Self Acceptance
Berikut adalah proses penerimaan yang dijelaskan oleh Kubler-Ross berkaitan dengan reaksi atau respon yang diberikan ibu terhadap anak retardasi mental.
Reaksi-reaksi tersebut adalah shock dan tidak percaya; dalam banyak kasus terdapat beberapa orang tua yang kurang siap ketika mengetahui kabar kecacatan
anak mereka. Orang tua terkadang denial menolak kenyataan sebagai bentuk pelarian dari realita bahwa anaknya memiliki kecacatan. Tahap awal ini juga
ditandai dengan kesedihan grief, seperti orang tua yang meratapi kehilangan “anak yang ideal” atau “bayi yang sempurna”. Depresi dan penarikan merupakan
konsekuensi-konsekuensi umum dari proses berduka dalam Gargiulo, 2004. Reaksi awal ini diikuti oleh fase sekunder dibedakan dengan periode
disorganisasi emosional seperti yang disebutkan oleh Blacher dalam Gargiulo, 2004. Hal ini terjadi selama tahapan berlangsung bagi orang tua yang terombang-
ambing antara periode total dedikasi dan pengorbanan diri postur seorang martir serta penolakan dalam hal kasih sayang dan atau kebutuhan fisik. Gargiulo
1985 mengidentifikasi perilaku ini sebagai indikasi ambivalence. Salah satu