Pengujian proporsi varians Uji Hipotesis

8. Dari 47.3 sumbangan independent variable terhadap dependent variable, variabel religiusitas keyakinan memberikan sumbangan sebesar 3.9 dalam varians penerimaan diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statitik karena nilai Sig. F Change = 0.002 p 0.05 9. Dari 47.3 sumbangan independent variable terhadap dependent variable, variabel religiusitas kegiatan keagamaan kelompok memberikan sumbangan sebesar 0 dalam varians penerimaan diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.831 p 0.05 10. Dari 47.3 sumbangan independent variable terhadap dependent variable, variabel religiusitas kegiatan keagamaan individu memberikan sumbangan sebesar 0.2 dalam varians penerimaan diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.000 p 0.05 11. Dari 47.3 sumbangan independent variable terhadap dependent variable, variabel religiusitas pengalaman keagamaan memberikan sumbangan sebesar 1.2 dalam varians penerimaan diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai Sig. F Change = 0.069 p 0.05 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat sembilan variabel independen, yaitu control belief, perceived power, dukungan emosional, dukungan nyata atau instrumental, dukungan kelompok, pengetahuan keagamaan, keyakinan keagamaan, kegiatan keagamaan individu, pengalaman keagamaan yang memberikan sumbangan terhadap penerimaan diri dan dua variabel independen yang tidak memberikan sumbangan yaitu dukungan informasi dan kegiatan keagamaan kelompok jika dilihat dari besarnya pertambahan R Square yang dihasilkan setiap kali dilakukan penerimaan variabel independen sumbangan proporsi varian yang diberikan. Dari kesembilan variabel independen dilihat dari besarnya pertambahan R Square yaitu variabel control belief yang memberikan sumbangan terbesar, yaitu 35,9 terhadap penerimaan diri. 82

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab lima penulis memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang signifikan secara keseluruhan dimensi perceived behavioral control dimensi control belief dan dimensi perceived power, dimensi dukungan sosial dimensi dukungan emosional, dimensi dukungan nyata atau instrumental, dimensi dukungan informasi, dan dimensi dukungan kelompok, dan dimensi religiusitas dimensi religiusitas pengetahuan keagamaan, dimensi religiusitas keyakinan keagamaan, dimensi religiusitas kegiatan keagamaan kelompok, dimensi religiusitas kegiatan keagamaan individu, dan dimensi religiusitas pengalaman keagamaan terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome. Namun jika dilihat dari signifikan tidaknya koefesien regresi dari masing- masing variabel independen, ditemukan bahwa hanya terdapat tiga variabel independen yang diteliti yang menghasilkan koefesien regresi signifikan, yaitu koefisien regresi dari dimensi perceived behavioral control control belief, dimensi dukungan sosial dukungan nyata atau instrumental dan dimensi religiusitas keyakinan keagamaan. Variabel yang tidak signifikan adalah dimensi perceived behavioral control perceived power, dimensi dukungan sosial dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan kelompok, dan dimensi religiusitas pengetahuan keagamaan, kegiatan keagamaan kelompok, kegiatan keagamaan individu dan pengalaman keagamaan.

5.2 Diskusi

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi perceived behavioral control yaitu control belief dan perceived power, dimensi dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan nyata atau instrumental, dukungan informasi, dan dukungan kelompok, dan dimensi religiusitas yaitu pengetahuan keagamaan, keyakinan keagamaan, kegiatan keagamaan kelompok, kegiatan keagamaan individu, dan pengalaman keagamaan mempengaruhi penerimaan diri secara signifikan. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan dimensi perceived behavioral control, dimensi dukungan sosial, dan dimensi religiusitas terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dimensi control belief memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, artinya semakin tinggi control belief semakin tinggi pula penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nishinaga 2004 yang meneliti dengan metode kualitatif, mengatakan bahwa perceived behavioral control berpengaruh terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak dengan keterbelakangan intelektual. Dalam penelitian ini faktor atau kondisi yang membuat perilaku sulit atau mudah untuk dilakukan berkaitan dengan penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, karena orang tua memiliki kepercayaan mengenai kemampuan dalam mengendalikan perilaku penerimaan dirinya. Dimensi control belief merupakan dimensi dari perceived behavioral control. Sedangkan perceived power berpengaruh positif terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome artinya semakin tinggi perceived power yang dimiliki semakin tinggi pula penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome. Namun pengaruhnya tidak signifikan secara statistik terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, hasil ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nishinaga 2004 hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan metode yang dilakukan dan sample yang digunakan oleh peneliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nishinaga 2004 menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada 12 orang tua yang memiliki anak dengan keterbelakangan mental, sedangkan hasil penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan skala model Likert kepada 150 sample orang tua yang memiliki anak down syndrome. Hal ini juga dapat disebabkan karena jumlah sampel yang memiliki perceived power yang tinggi dalam penelitian ini lebih sedikit dibanding dengan orang tua yang memiliki perceived power yang rendah. Selanjutnya, dimensi dukungan nyata atau instrumental memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, artinya semakin tinggi dukungan nyata atau instrumental yang dimiliki semakin tinggi pula penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, dan pengaruh tersebut signifikan secara statistik. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nishinaga 2004 yang meneliti dengan metode kualitatif mengatakan bahwa dukungan sosial itu sangat penting dan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dari penerimaan diri ibu dengan anak yang memiliki keterbelakangan intelektual. Bantuan langsung yang diberikan oleh pasangan, teman, dan keluarga membuat orang tua yang memiliki anak down syndrome merasa di dukung dan membuat bebannya sedikit berkurang dalam merawat anaknya, sehingga orang tua dapat menerima dirinya memiliki anak down syndrome karena merasa kerabatnya mendukung secara langsung dalam hal apapun yang berkaitan dengan anaknya. Dukungan nyata atau instrumental ini merupakan dimensi dari dukungan sosial berdasarkan teori Sarafino 2011. Sedangkan, dimensi dukungan emosional dan dukungan informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nishinaga 2004 hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan waktu pada saat mengisi kuesioner yang dibagikan pada saat mengikuti acara kopi darat komunitas POTADS dan pada saat mengisi kuesioner ada beberapa orang tua yang terlihat sedang mengurus anaknya sehingga terjadi human error ketika mengisi kuesioner