Proses dan dampak penerimaan diri Self Acceptance

mereka siap untuk berproses pada tahap yang lain. Penelitian ini mengindikasikan seseorang pada waktu yang bersamaan dapat berada dalam tahap yang berbeda, dengan perbedaan derajat Isadore, Pamela J, Diann C, Patrick, Faye H, Harvey, John, 1983. Hurlock 1974 membagi dampak dari penerimaan diri menjadi dua kategori sebagai berikut: 1. Dalam penyesuaian diri Orang yang memiliki penerimaan diri mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri self confidence dan harga diri self esteem. Selain itu, mereka juga lebih dapat menerima kritik demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistik sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Dengan penilaian yang realistik terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura. Ia juga merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain. 2. Dalam penyesuaian sosial Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukkan rasa empati dan simpati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri, sehingga mereka cenderung berorientasi pada dirinya sendiri self oriented. Ia dapat mengatasi keadaan emosionalnya tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan untuk membantu orang lain. Penerimaan diri sangat berhubungan erat dengan konsep diri karena penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan konsep diri dan kepribadian yang positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai dengan realitas.

2.1.3 Pengukuran penerimaan diri Self Acceptance

Salah satu alat ukur penerimaan diri adalah Expressed Acceptance on Scale yang disusun oleh Berger, yang terdiri dari 36 item. Handayani, et al, 1998. Skala ini mengukur dimensi-dimensi penerimaan diri Berger yang terdiri dari: orientasi keluar, percaya kemampuan diri, bertanggung jawab, menerima sifat kemanusiaan, menyesuaikan diri, perasaan sederajat, berpendirian, menyadari keterbatasan, dan tidak malu Denmark, 1973. Terdapat pula alat ukur lain yang digunakan untuk mengukur penerimaan diri yaitu The Hoffman Gender Scale HGS yang disusun oleh Hoffman 2006 yang terdiri dari 14 item dan 7 item diantaranya mengukur tentang penerimaan diri pada jenis kelamin, yang membahas tentang bagaimana individu merasa nyaman dengan jenis kelaminnya sendiri. Jika seseorang memiliki penerimaan diri yang kuat pada jenis kelaminnya baik sebagai wanita atau pria maka individu tersebut akan menerimanya tanpa ada alasan bahwa hal tersebut menjadi sebuah kritikan bagi identitasnya. Alat ukur penerimaan diri dalam penelitian lainnya menggunakan skala penerimaan diri berdasarkan teori Kubler Ross menggunakan lima tahap penerimaan diri yaitu denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance dengan reabilitas sebagai berikut: denial, r = 0.81; anger, r = 0.82; bargaining, r = 0.75; depression, r = 0.72; acceptance, r = 0.86 Isadore, et al, 1983. Penelitian lain yang menggunakan skala penerimaan diri berdasarkan teori Kubler Ross yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bergeron dan Wanet-Defalque 2013 yang mengambil tahapan denial dan acceptance untuk mengukur penerimaan diri pasien penyakit Brief Cope. Penerimaan diri dalam penelitian ini diukur dengan memodifikasi skala penerimaan diri dari Kubler Ross Gargiulo, 2004. Penulis memfokuskan item- item self acceptance dan adjusment karena yang ingin dilihat adalah seberapa besar penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down syndrome, dan ketika orang tua sudah menerima dirinya memiliki anak down syndrome dapat diartikan bahwa orang tua sudah melewati reaksi-reaksi awal dalam tahapan penerimaan diri. Item berkaitan dengan reaksi-reaksi awal yang mrupakan fase sebelum penerimaan, dibuat sebagai item unfavourable dari penerimaan.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri Self Acceptance

Terdapat beberapa faktor yang menentukan bagaimana seseorang dapat menyukai dan menerima dirinya sendiri, dimana faktor tersebut berperan penting bagi terwujudnya penerimaan dalam diri setiap individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri menurut Hurlock 1974 adalah: 1. Self Understanding pemahaman diri Pemahaman akan diri sendiri adalah persepsi tentang diri sendiri yang dapat timbul jika seseorang mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya. Dimana individu dapat memahami dirinya sendiri tidak hanya tergantung pada kemampuan intelektual dirinya saja, melainkan juga pada setiap kesempatannya untuk mengenali dirinya sendiri. Pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan secara berdampingan. Individu yang memahami dirinya dengan baik, maka akan menerima keadaan dirinya sendiri dan tidak ada keinginan untuk berpura- pura menjadi orang lain, begitu juga sebaliknya. Hal ini berarti semakin orang dapat memahami dirinya sendiri, maka senantiasa ia dapat menerima dirinya. 2. Realistic Expectations harapan yang realistis Ketika harapan seseorang akan sesuatu hal adalah realistis, maka kesempatan untuk mencapainya akan terwujud sesuai dengan harapannya. Hal ini dapat memberikan kepuasan pada diri sendiri yang sangat berkaitan dengan penerimaan diri. Adanya harapan yang realistis bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya dengan disesuaikan pemahaman mengenai kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Jadi, ketika individu memiliki harapan, seharusnya ia telah mempertimbangkan kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan tersebut. 3. Absence of Enviromental Obstacies tidak adanya hambatan lingkungan Ketidakmampuan individu untuk mencapai tujuannya dapat ditimbulkan dari lingkungan. Jika lingkungan sekitarnya menghalangi individu menunjukkan potensinya atau untuk mengekspresikan dirinya, maka penerimaan dirinya tentu akan sulit tercapai. Sebaliknya, apabila didalam lingkungan individu memberikan dukungan seperti orang tua, guru, dan teman-teman, maka individu dapat mencapai tujuannya, merasa puas atas apa yang telah diraihnya, dan harapannya pun menjadi realistis. 4. Favourable Social Attitudes tingkah laku sosial yang sesuai Ketika individu menunjukkan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat, maka hal tersebut akan membantu dirinya untuk dapat menerima diri. Yang dimaksud favourable social attitudes disini adalah tidak adanya prasangka terhadap diri atau anggota keluarganya, pengakuan individu terhadap kemampuan sosial orang lain, tidak memandang buruk terhadap orang lain, serta adanya kesediaan individu untuk menerima kebiasaan atau norma lingkungan.