KemahiranMemotivasiEmosiDiri Aspek-aspek Kemahiran Kecerdasan Emosional Pada Perkembangan

Allah menetapkan bahwa apa yang dikhawatirkan oleh Fir’aun menyangkut kepunahan kerajaannya pasti akan terjadi melalui seseorang, yang dipersiapkan Allah untuk maksud tersebut. Dia adalah Nabi Musa as. Ia lahir tanpa diketahui oleh Fir’aun, namun ibunya sangat khawatir. Ayat ini Allah menguraikan keadaan ibu dan sang anak, sekaligus menjelaskan langkah pertama yang dilakukan-Nya guna memenangkan orang-orang yang tertindas dan mengalahkan Fir’aun dan rezimnya. Allah berfirman: Kami menetapkan segala sesuatu sesuai kehendak Kami, dan untuk itu Kami wahyukan, yakni bisikan berupa ilham kepada ibu Musa yang anaknya akan berperan dalam kebinasaan Fir’aun dan kekuasaannya – Kami ilhamkan bahwa, Susuilah dia yakni anakmu itu dengan tenang bila engkau merasa tidak ada yang memperhatikanmu. Dan apabila engkau khawatir terhadapnya, misalnya khawatir ada yang engkau curigai melihatmu menyusukan anak lelaki atau khawatir jangan sampai anakmu itu dibunuh atas perintah Fir’aun, maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil setelah meletakkannya di peti kecil yang dapat mengapung. Dan janganlah engkau khawatir bahwa dia akan tenggelam atau mati kelaparan, atau terganggu oleh apapun dan jangan pula bersedih hati karena kepergiannya, karena sesungguhnyaKami akan mengembalikannya kepadamu dalam keadaan sehat bugar. Dan setelah dia dewasa, Kami akan menjadikannya salah seorang dari kelompok para rasul yang Kami utus kepada Bani Isra’il. 14 Kisah di atas menggambarkan sebuah perjuangan seorang ibu dalam melaksanakan perintah Allah SWT. untuk sementara waktu berpisah dengan anaknya, yakni Musa. Allah menjanjikan suatu kebaikan atas kesabarannya dengan mempertemukan kembali dengan anaknya serta menjadikannya salah seorang rasul Allah. 14 M. Quraish Shihab, op. cit., h. 309-310 Begitupun seorang anak usia 6 – 9 tahun yang dapat menghadapi cobaan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah di dunia bahkan di akhirat kelak. Karena Allah itu selalu bersama dengan orang-orang yang sabar dan janji Allah itu nyata. c. Nasehat Allah kepada Nabi Nuh as.    Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.Q.S Hud ayat 36- 37 15 Ayat ini menjelaskan tentang apa yang diduga Nabi Nuh as. terhadap kaumnya adalah benar bahwa Allah telah menetapkan kesesatan mereka, dengan Firman-Nya: Dan diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nuh, bahwa setelah ini sekali-kali tidak seorang pun akan beriman di antara kaummu yang selama ini keras kepala dan menolak kerasulanmu, selain orang yang sebelum ini benar-benar telah beriman, maka karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan antara lain menolak kerasulanmu, mendurhakai tuntunanmu lagi menyakiti hatimu, karena tak lama lagi Kami akan menjatuhkan hukuman atas mereka. Ketika itulah Nabi Nuh as. mengadu kepada Allah dan bermohon. Maka Allah SWT mengabulkan permohonannya itu 15 Depag RI, op. cit., h.225 danAllah berfirman: buatlah sebuah behtera untuk menyelamatkanmu dan pengikut-pengikutmu dengan pengawasan Kamidan petunjuk wahyu Kami dalam tata cara membuatnya, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku dalam bentuk dan hal apa pun tentang orang-orang yang zalim itu misalnya dengan memohon agar mereka Aku maafkan, atau Aku tangguhkan atau ringankan siksa-Ku, karena keputusan-Ku telah Kutetapkan bahwa sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan. 16 Kisah di atas menggambarkan sebuah perjuangan Nabi Nuh as. dalam berdakwah terhadap kaumnya, akan tetapi banyak dari kaumnya tersebut tidak mau mengikutinya. Allah telah memberikan wahyu kepada Nuh untuk menyelamatkan kaumnya yang beriman dan menenggelamkan kaumnya yang sesat. Seorang anak usia 6 – 9 tahun yang memiliki kemahiran dalam memotivasi dirinya akan selalu memilih kebaikan daripada keburukan. Ia akan selalu mengambil suatu kebaikan meskipun susah mendapatkannya daripada mengambil suatu keburukan yang mudah untuk didapatkan. Dari analisis kisah-kisah diatas, yang dimaksud anak mahir dalam memotivasi diri sendiri diantaranya adalah: a Mampu bertanggung jawab. b Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian. c Menambahkan semangat. Adapun cara dalam penyampaian aspek kemahiran ini adalah dengan menjelaskan kisah-kisah di atas apa adanya, tanpa menambahkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu karena akan mengganggu keotentikan dari kisah tersebut. 17 Selain itu juga karena dalam sebuah kisah terdapat peristiwa atau perbuatan yang telah dilakukan oleh tokoh tertentu yang mengandung akibat atau dampak 16 M. Quraish Shihab, op.cit., h. 249 17 Tim Pendongeng SPA Yogyakarta, lok.cit., h. 38 positif maupun negatif. Menyampaikan dampak dari sebuah perbuatan akan memotivasi anak untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tersebut.

4. KemahiranMengenali Emosi Orang Lain

a. Qabil tidak membiarkan mayat Habil    kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya Qabil bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. Q.S. Al- Maidah ayat 31 18 F irman Allah Ta’ala: “kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali- gali di bumi.” Allah mengirim dua ekor burung gagak, lalu keduanya berkelahi hingga salah satunya berhasil membunuh temannya, kemudian dia menggali lubang dan menguburkannya. Dari burung gagak itu maka Qabil dapat menguburkannya. Ketika itulah Qabil berkata, “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” Sebab dia melihat Allah memuliakan Habil, yaitu dengan mengirimkan burung gagak kepadanya hingga burung gagak tersebut menguburkan temannya yang mati. Namun penyesalan tersebut bukanlah penyesalan taubat. Penyesalan Qabil itu 18 Depag RI. Loc. Cit. dikarenakan dia telah kehilangan Habil, bukan karena dia telah membunuhnya. Kalau pun penyesalan itu adalah penyesalan taubat, penyesalan itu tidak mencukupi syarat-syarat taubat, atau penyesalan itu hanyalah penyesalan sesaat dan tidak kontinyu. 19 Seorang anak usia 6 – 9 tahun dilahirkan telah memiliki rasa sosial sebagai salah satu ciri sifat kemanusiaan sebagai tanda empati terhadap sesama. Mahir dalam empati menempatkan anak tersebut pada posisi yang menjadikannya sebagai makhluk sosial. Sebagaimana pada kisah di atas, meskipun sejahat-jahatnya Qobil, ia tetap tidak menelantarkan jasad Habil yang telah ia bunuh. Ia menguburkannya secara manusiawi walaupun tindakan membunuh saudaranya tersebut merupakan tindakan yang sangat tidak terpuji. b. Menyenangkan hati Ibu Nabi Musa as.   Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.Al-Qashash ayat 13 Ayat ini adalah lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang pencegahan Allah terhadap para wanita yang hendak menyusui musa yang disertai dengan penawaran tentang siapa yang mampu menyusui Musa. Maka inilah janji Allah dengan mengatakan, kami mengembalikan kepada, yakni ke pangkuan ibunya, supayasenang hatinya melalui kebersamaan sang ibu dengan anaknya dan tanpa rasa takut atau sembunyi.sembunyi, dan agar dia tidak berduka cita akibat kejauhan atau kecemasannya, dan supaya ia mengetahui dengan pengetahuan berdasar ilmu yang mantap, yaitu 19 Syaikh Imam Al Qurthubi,op.cit., 339-340 “ain al-yaqin” bahwa janji Allah benar adanya, yakni sesuai dengan kenyataan. Demikianlah adanya, tetapi kebanyakan mereka, yakni rezim Fir’aun bahkan manusia tidak mengetahui. 20 Kisah di atas menggambarkan tentang keadaan ibu dari Nabi Musa as. yang sedang berada dalam sebuah kesedihan. Ia sangat merindukan anaknya, yakni Musa yang rindu akan air susu ibunya. Akan tetapi, Allah SWT. telah menghiburnya sehingga ia telah dapat menghilangkan kesedihannya tersebut. Anak usia 6 – 9 tahun yang memiliki kemahiran empati akan selalu merasa tidak tenang jika di sekitanya terdapat orang lain sedang dalam kesusahannya. Ia akan berusaha membantu dan menghiburnya agar beban yang dialaminya terasa berkurang. c. Usaha Nabi Nuh as. membujuk anaknya     Dan bahteraituberlayarmembawamerekadalamgelombanglaksanagunung- gunung.danNuhmemanggilanaknya,sedangdiaberada di tempatterpencil: Haianakku, naiklahbersama Kami danjanganlahberadabersama orang-orang yang kafir. Anaknyamenjawab: Akuakanmencariperlindungankegunung yang dapatmemeliharakudari air bah Nuhberkata: tidakadapelindunghariinidariketetapan Allah selainsiapa yang dirahmati. dangelombangmenjadipenghalangantarakeduanya; Makajadilahdiatermasuk orang-orang yang ditenggelamkan. Q.S. Hud: 42-43 20 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 10, h. 315-316 Ayat di atas menjelaskan para penumpang yang berada di dalam bahtera Nabi Nuh as. menyebut nama Allah SWT. dan menghayati makna-makna ucapan yang diajarkan Nabi Nuh as. itu dan pada saat sama bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang yang demikian besar dan tinggi laksana gunung-gunung dan sebelum itu Nabi Nuhmemanggil anaknya sedang dia anaknya itu berada di tempat yang jauh terpencil serta jauh pula dari tuntunan agama yang diajarkan sang ayah, maka ia berseru dengan penuh kasih dan harap kepada anaknya, “Hai anakku yang kusayang, naiklah ke kapal bersama kami agar engkau selamat dan janganlah berada dalam bentuk dan keadaan apapun bersama orang-orang yang kafir, karena tidak satu orang kafir pun har i ini yang akan diselamatkan Allah.” Dia, yakni anaknya menjawab , “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang tinggi yang dapat memeliharaku dari air bah sehingga aku selamat, tidak tenggelam” Dia yakni Nabi Nuh berkata , “Tidak ada pelindung yang dapat melindungi sesuatu pada hari ini dari ketetapan Allah, yakni ketetapan-Nya menjadikan air membumbung tinngi dan ombak gelombang yang menggunung selain siapa yang dirahmati oleh- Nya.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; yakni antara ayah dan anak, atau antara anak dan gunung yang akan dicapainya sehingga mereka tidak dapat melanjutkan percakapan, dan sang anak pun tidak dapat selamat bahkan sang anak tidak dapat lagi melihat anaknya dengan datangnya ombak yang besar, maka serta merta dan dengan cepat jadilah dia, yakni putra Nabi Nuh as. itu termasuk orang-orang yang ketika itu juga benar-benar telah ditenggelamkan. 21 Pencerminan atas kisah Nabi Nuh bersama anaknya merupakan suatu pertentangan mengenai keyakinan yang dimiliki oleh keduanya. Meskipun anaknya telah durhaka kepadanya, tetapi ia tidak akan 21 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 6, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 256