Ayat di atas menjelaskan para penumpang yang berada di dalam bahtera Nabi Nuh as. menyebut nama Allah SWT. dan menghayati
makna-makna ucapan yang diajarkan Nabi Nuh as. itu dan pada saat sama bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang yang
demikian besar dan tinggi laksana gunung-gunung dan sebelum itu Nabi Nuhmemanggil anaknya sedang dia anaknya itu berada di
tempat yang jauh terpencil serta jauh pula dari tuntunan agama yang diajarkan sang ayah, maka ia berseru dengan penuh kasih dan harap
kepada anaknya, “Hai anakku yang kusayang, naiklah ke kapal bersama kami agar engkau selamat dan janganlah berada dalam
bentuk dan keadaan apapun bersama orang-orang yang kafir, karena tidak satu orang kafir pun har
i ini yang akan diselamatkan Allah.” Dia, yakni anaknya menjawab
, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang tinggi yang dapat memeliharaku dari air bah
sehingga aku selamat, tidak tenggelam” Dia yakni Nabi Nuh berkata
, “Tidak ada pelindung yang dapat melindungi sesuatu pada hari ini dari ketetapan Allah, yakni ketetapan-Nya menjadikan air
membumbung tinngi dan ombak gelombang yang menggunung selain siapa yang dirahmati oleh-
Nya.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; yakni antara
ayah dan anak, atau antara anak dan gunung yang akan dicapainya sehingga mereka tidak dapat melanjutkan percakapan, dan sang anak
pun tidak dapat selamat bahkan sang anak tidak dapat lagi melihat anaknya dengan datangnya ombak yang besar, maka serta merta dan
dengan cepat jadilah dia, yakni putra Nabi Nuh as. itu termasuk orang-orang yang ketika itu juga benar-benar telah ditenggelamkan.
21
Pencerminan atas kisah Nabi Nuh bersama anaknya merupakan suatu pertentangan mengenai keyakinan yang dimiliki oleh keduanya.
Meskipun anaknya telah durhaka kepadanya, tetapi ia tidak akan
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 6, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 256
membiarkan anaknya berada dalam sebuah kesesatan, ia selalu berusaha dengan cara membujuknya sampai ajal menjemputnya.
Seorang anak usia 6 – 9 tahun harus saling menasehati satu sama lain
untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik. Jangan sampai salah satu dari temannya tersebut berada dalam kesesatan dan selalu
berbuat dosa. Dari analisis kisah-kisah diatas, yang dimaksud anak mahir dalam empati
diantaranya adalah: a
Suka menolong orang lain. b
Tidak egois. c
Membaca pesan orang lain, baik yang diutarakan langsung dengan kata-kata maupun tidak.
d Mengenali perasaan dan emosi orang lain.
e Mengetahui kebutuhan orang lain.
Adapun cara dalam penyampaian aspek kemahiran ini adalah dengan memberikan contoh perilaku tertentu, yakni melalui pergerakan tubuh.
Anak seusia itu lebih suka dan peka terhadap kejadian atau perilaku yang sedang dilihatnya. Penyampaian cerita dengan cara tersebut akan
mentransfer sikap pendengar anak seperti apa yang telah dicontohkan kepadanya. Oleh karenanya, penyampaian cerita dengan cara ini sangat
penting bagi anak untuk diteladani atau berperilaku baik yang bukan hanya
untuk dirinya
sendiri, tetapi
juga untuk
orang lain.Selainitudapatdilakukandenganmemutar
media ataupunmenggunakangambar-gambar,
sehinggamemudahkananakmengimajinasikancerita.
5. KemahiranMembinaHubunganDengan Orang Lain
a. Nabi Adam as. mengadakan kurban
....
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam Habil dan Qabil menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua Habil dan tidak diterima dari yang lain Qabil...Q.S. Al-Maidah
ayat 27
22
Ayat diatas merupakan penjelasan mengenai perselisihan kedua putera Adam as. dalam memperebutkan seorang wanita yang untuk dinikahi.
Padahal semuanya telah diatur bahwa pernikahan keturunan Nabi Adamas. dilakukan melalui persilangan dari setiap anak yang lahir
kembar siam, yaitu laki-laki dan perempuan. Tetapi ada salah satu keturunan Adam yang hendak melanggar peraturan tersebut, yaitu
Qabil. Awalnya Qabil ingin menikahi saudari kembarnya sendiri yang
merupakan jodoh bagi saudaranya yang lain, yaitu Habil. Oleh karena itu, Adam memerintahkan keduanya untuk mempersembahkan
korban kepada Allah SWT. yang bertujuan untuk mengetahui korban siapa yang diterima oleh Allah SWT, maka dialah yang berhak
menikahi wanita tersebut.
23
Kisah di atas menggambarkan sebuah jalan keluar untuk memecahkan masalah diantara perselisihan kedua putra Adam as. Nabi Adam as.
mengadakan sebuah perlombaan untuk menentukan siapa yang berhak menjadi pasangan bagi wanita yang sedang diperebutkan. Begitu juga
bagi seorang anak, anak usia 6 – 9 tahun yang sedang berada dalam
suatu masalah dengan temannya harus dapat diselesaikan dengan cara sehat sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak mengarah kepada
sebuah perpecahan.
22
Depag RI, op. cit., h. 112
23
Ahmad Bahjat, Nabi-nabi Allah, Jakarta: Qisthi Press, 2007, h. 50-51
b. Menunjukkan solusi terbaik
Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan- perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu; Maka
berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan
mereka dapat Berlaku baik kepadanya?.Al-Qashash ayat 12 Ayat di atas menguraikan bagaimana Allah SWT. mengembalikan
Musa as. ke pangkuan ibunya. Allah berfirman: Dan Kami cegah atasnya, yakni Allah menjadikan Musa enggan menyusu kepada
para wanita yang bersedia menyusukan dan dihadirkan untuk menyusukannya sebelum itu, yakni sebelum musa dikembalikan
kepada ibunya. Maka saudara Nabi Musa as. Itu menampakkan dirinya sebagai salah seorang yang bersedia membawa seorang
yang dapat menyusukannya dan berkatalah dia , yakni: “Maukah
aku tunjukkan kepada kamu, keluarga yang akan memeliharanya untuk kamu mereka terhadapnya akan berlaku baik?
”. Maka keluarga Fir’aun menyetujui penawaran tersebut.
24
Kisah di atas mencerminkan sebuah pemecahan masalah yang baik dan bermanfaat bagi orangt
ua si anak dan keluarga Fir’aun. Pemecahan masalah tersebut merupakan solusi terbaik yang
diberikan kepada sang Ibu kandung yang sekian lama rindu kepada anaknya yakni Nabi Musa as. untuk disusui, begitu pun bagi
keluarga Fir’aun yang merasa tenang dengan adanya orang yang dapat menyusui si anak.
Anak usia 6 – 9 tahun yang mahir dalam membina hubungan baik
dengan orang lain atau temannya selalu memberikan solusi yang
24
M. Quraish Shihab, op. cit., h. 315
baik dalam memecahkan suatu permasalahan agar sebuah hubungan tetap terjalin dengan baik. Ia akan merasa tidak tenang
bila ada suatu masalah yang belum diselesaikan dengan temannya atau diantara teman-temannya.
c. Kepedulian Nabi Nuh as. terhadap kaumnya yang beriman
Lalu Kami
wahyukankepadanya: Buatlahbahtera
di bawahpenilikandanpetunjuk Kami, MakaapabilaperintahKami
telahdatangdantanur permukaanbumitelahmemancarkan air, Makamasukkanlahkedalambahteraitusepasangdaritiap-tiap
jenis,
dan juga
keluargamu, kecuali
orang yang
telahlebihdahuluditetapkan akanditimpaazab di antaramereka. danjanganlahkamubicarakandenganakutentang orang-orang yang
zalim, karenaSesungguhnyamerekaituakanditenggelamkan.Q.S.
al- Mu’minun:27
Kisah diatas memberikan gambaran tentang betapa penting dan berharganya suatu kaum yang beriman serta mau mengikuti jalan
nabi Nuh as. Ia sangat peduli dengan mereka dan tidak ingin salah satu dari mereka celaka atau hilang. Oleh karenanya ia
memutuskan untuk membuat sebuah bahtera agar mereka terlindung
dari musibah
banjir besar
yang hendak
menenggelamkan kota mereka. Seorang anak usia 6
– 9 tahun dalam menjalin hubungan baik dengan temannya akan selalu peduli di setiap keadaannya baik
susah maupun senang. Terlebih dalam keadaan susah, ia akan bersedia hati menolong atau membantunya. Ia tidak akan
membiarkan dirinya senang di atas penderitaan temannya. Ia selalu