Metode Eksperimen Metode Pembelajaran Al qur’an

44 pada pengembangan kemampuan perseorangan individual, di bawah bimbingan seorang ustadz atau kiai. 72 Sementara itu, Mastuhu dan Zamakhsyari Dhofier menyebut sorogan sebagai cara belajar secara individual antara santri dan kiai, yang kemudian terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Secara spesifik Dhofier menambahkan bahwa metode ini diberikan dalam pengajian kepada santri- santri yang telah menguasai pembacaan Al q ur’an atau atau sebagai pembelajaran dasar kepada santri-santri baru yang masih membutuhkan bimbingan individual sebelum mengikuti pengajian kitab di pesantren. Pengertian lain tentang sorogan disampaikan oleh Abdullah Syukri Zarkasyi, yaitu dalam bentuk pendidikan yang bersifat individual ini para santri satu persatu datang menghadap kiai atau para ustadz asisten kiai dengan membawa kitab tertentu. Selanjutnya kiai atau ustadz membacakan kitab tersebut beberapa baris atau kalimat demi kalimat dengan maknanya dengan bahasa yang lazim terdapat dalam dunia pesantren. Setelah selesai, santri mengulangi bacaan tersebut sampai dirasa cukup dan bergantian dengan yang lainnya 73 . Ditambahkan oleh Arifin , dalam proses tersebut biasanya santri memberi catatan untuk memberi pengesahan bahwa tandacatatan tersebut adalah bukti bahwa kitab itu telah dibaca oleh kiai atau ustadznya. Dalam proses pengulangan, santri harus benar-benar menyiapkan diri sebelumnya mengenai hal apa dan bagaimana isi kitab yang bersangkutan yang akan dan sudah diajarkan untuk dapa naik ke jenjang selanjutnya. Dhofier menambahkan, dengan adanya sistem pemaknaan yang sedemikian rupa, santri harus tahu arti maupun fungsi dan kedudukan i’rob kata dalam suatu kalimat bahasa Arab, santri diharuskan menguasai pembacaan dan terjamahan tersebut secara tepat dan hanya bisa menerima pelajaran selanjutnya bila telah berulang- ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Untuk itu, guru pada tingkatan ini 72 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005 h,73 73 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,... h,74 45 selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran tradisional, metode sorogan dianggap sebagai metode yang rumit dan sulit Imran Arifin dan Zamakhsyari Dhofier. Kerumitan metode ini dikarenakan sangat memerlukan kesabaran, kerajinan dan kedisiplinan santri secara pribadi. Ini berarti keberhasilan dalam metode ini dominan sangat ditentukan oleh ketaatan santri itu sendiri terhadap kiai dan ustadznya, meskipun pada hakikatnya penjelasan dari kiai atau ustadz juga ikut menentukan. Menurut Dhofier, banyak peserta didik dengan metode ini di pedesaan yang gagal karena tidak adanya kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. 74 Sebagai model pendidikan dasar, Zamakhsyari Dhofier juga menambahkan bahwa santri sebagai peserta didik harus mematangkan diri pada tingkat sorogan sebelum dapat mengikuti pendidikan tingkat selanjutnya di pesantren. Walaupun metode tersebut dianggap rumit, Qodry A. Azizy menilai bahwa metode sorogan adalah lebih efektif dari pada metode-metode yang lain dalam dunia pesantren. Dengan cara santri menghadap kiai atau ustadz secara individual untuk menerima pelajaran secara langsung, kemampuan santri dapat terkontrol oleh ustadz dan kiainya. 75 Dengan metode sorogan ini, pelajaran yang diberikan oleh pembantu kyai yang disebut dengan badal. Mula-mula badal tersebut membacakan materi yang ditulis dalam bahasa Arab, kemudian menerjemahkan kata demi kata dalam bahasa daerah dan menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh maju satu persatu disuruh membaca dan mengulangi pelajaran tersebut satu persatu sehingga setiap santri menguasainya. 76 74 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005 h,75 75 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren...,h.76 76 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1995 Cet,I, hlm.145