Metode Diskusi Metode Pembelajaran Al qur’an

45 selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran tradisional, metode sorogan dianggap sebagai metode yang rumit dan sulit Imran Arifin dan Zamakhsyari Dhofier. Kerumitan metode ini dikarenakan sangat memerlukan kesabaran, kerajinan dan kedisiplinan santri secara pribadi. Ini berarti keberhasilan dalam metode ini dominan sangat ditentukan oleh ketaatan santri itu sendiri terhadap kiai dan ustadznya, meskipun pada hakikatnya penjelasan dari kiai atau ustadz juga ikut menentukan. Menurut Dhofier, banyak peserta didik dengan metode ini di pedesaan yang gagal karena tidak adanya kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. 74 Sebagai model pendidikan dasar, Zamakhsyari Dhofier juga menambahkan bahwa santri sebagai peserta didik harus mematangkan diri pada tingkat sorogan sebelum dapat mengikuti pendidikan tingkat selanjutnya di pesantren. Walaupun metode tersebut dianggap rumit, Qodry A. Azizy menilai bahwa metode sorogan adalah lebih efektif dari pada metode-metode yang lain dalam dunia pesantren. Dengan cara santri menghadap kiai atau ustadz secara individual untuk menerima pelajaran secara langsung, kemampuan santri dapat terkontrol oleh ustadz dan kiainya. 75 Dengan metode sorogan ini, pelajaran yang diberikan oleh pembantu kyai yang disebut dengan badal. Mula-mula badal tersebut membacakan materi yang ditulis dalam bahasa Arab, kemudian menerjemahkan kata demi kata dalam bahasa daerah dan menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh maju satu persatu disuruh membaca dan mengulangi pelajaran tersebut satu persatu sehingga setiap santri menguasainya. 76 74 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005 h,75 75 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren...,h.76 76 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1995 Cet,I, hlm.145 46 Sistem ini amat bagus untuk mempercepat sekaligus mengevaluasi penguasaan santri terhadap kandungan kitabmateri yang dikaji. 77 Dengan menggunakan sistem sorogan ini memungkinkan hubungan kyai dan santri sangat dekat, karena kyai dapat mengetahui kemampuan pribadi santri satu persatu. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, ketaatan, dan juga kedisiplinan yang tinggi dari setiap santri. Model ini biasanya hanya diberikan kepada santri pemula yang memang masih membutuhkan bimbingan khusus secara intensif. Metode ini diakui paling intensif dan efektif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab secara langsung. Namun cara ini tentu saja tidak efisien,tetapi masih dipertahankan untuk suatu kitab tertentu saja. Sebab, pada hakikatnya pengajianpembelajaran metode sorogan inilah pengajaran kitab maupun pelimpahan nilai-nilai sebagai prose “Delivery oe culture”berlangsung sangat intensif. Dalam metode sorogan ini diharapkan santri memantapkan diri untuk serius karena butuh kedisiplinan dan kesabaran. Metode sorogan terbukti sangatlah efektif sebagai taraf pertama seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru untuk menguasai, menilai, membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab. Pengajaran din pesantren hampir seluruhnya dilakukan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan tarjamah syarah, dengan analisa gramatika, Irab peninjauan morfologis Tasrif dan uraian semantik murad,ghard, dan ma’na dengan penafsiran dan penyimpulan yang bersifat deduktif, dan kitab tersebut dibaca dengan urut dan tuntas. Selain hal tersebut di atas, Tim Ditpekapontren Departemen Agama RI juga mencatat beberapa kelebihan metode sorogan sehingga bias disebut sebagai metode yang intensif. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya: 77 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren; Pendidikan Alternatif Masa Depan , Jakarta; Gema Insani Press, 1997 Cet.I, hlm.83