43
Metode latihan driil disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga,
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
1 Kelebihan Metode Latihan
a Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. b
Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-
tandasimbol, dan sebagainya. c
Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
2 Kekurangan Metode Latihan a
Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada
jauh dan pengertian. b
Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c
Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d Dapat menimbulkan verbalisme.
71
9. Metode Sorogan hafala
Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan, Secara istilah Win Usuluddin menerangkan bahwa
metode ini disebut sorogan karena santripeserta didik menghadap kiai atau ustadz pengajarnya seorang demi seorang dan menyodorkan kitab
untuk dibaca dan atau dikaji bersama dengan kiai atau ustadz tersebut. Departemen Agama mendefinisikan metode sorogan merupakan
kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan
71
Ramayulis,, Metodologi Pendidikan Agama Islam..,.hal 320
44
pada pengembangan kemampuan perseorangan individual, di bawah bimbingan seorang ustadz atau kiai.
72
Sementara itu, Mastuhu dan Zamakhsyari Dhofier menyebut sorogan sebagai cara belajar secara individual antara santri dan kiai, yang kemudian
terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Secara spesifik Dhofier menambahkan bahwa metode ini diberikan dalam pengajian kepada santri-
santri yang telah menguasai pembacaan Al q ur’an atau atau sebagai
pembelajaran dasar kepada santri-santri baru yang masih membutuhkan bimbingan individual sebelum mengikuti pengajian kitab di pesantren.
Pengertian lain tentang sorogan disampaikan oleh Abdullah Syukri Zarkasyi, yaitu dalam bentuk pendidikan yang bersifat individual ini para santri
satu persatu datang menghadap kiai atau para ustadz asisten kiai dengan membawa kitab tertentu. Selanjutnya kiai atau ustadz membacakan kitab
tersebut beberapa baris atau kalimat demi kalimat dengan maknanya dengan bahasa yang lazim terdapat dalam dunia pesantren. Setelah selesai, santri
mengulangi bacaan tersebut sampai dirasa cukup dan bergantian dengan yang lainnya
73
. Ditambahkan oleh Arifin , dalam proses tersebut biasanya santri
memberi catatan untuk memberi pengesahan bahwa tandacatatan tersebut adalah bukti bahwa kitab itu telah dibaca oleh kiai atau ustadznya. Dalam
proses pengulangan, santri harus benar-benar menyiapkan diri sebelumnya mengenai hal apa dan bagaimana isi kitab yang bersangkutan yang akan dan
sudah diajarkan untuk dapa naik ke jenjang selanjutnya. Dhofier menambahkan, dengan adanya sistem pemaknaan yang sedemikian rupa, santri
harus tahu arti maupun fungsi dan kedudukan i’rob kata dalam suatu kalimat
bahasa Arab, santri diharuskan menguasai pembacaan dan terjamahan tersebut secara tepat dan hanya bisa menerima pelajaran selanjutnya bila telah berulang-
ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Untuk itu, guru pada tingkatan ini
72
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005 h,73
73
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,... h,74