Kelayakan usahatani kopi arabika di kecamatan dolok panribuan, kabupaten simalungun sumatera utara

(1)

KELAYAKAN USAHATANI KOPI ARABIKA DI

KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ENDANG SIREGAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Kelayakan Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun

Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Juli 2014

Endang Siregar H34087015

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.


(3)

ABSTRAK

ENDANG SIREGAR. Kelayakan Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.

Kopi arabika merupakan tanaman tahunan yang cukup sensitif terhadap penyakit tanaman, serangan hama, dan perubahan cuaca yang mempengaruhi jumlah produksi. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh petani kopi melalui nilai NPV,IRR, Net B/C ratio, dan payback period serta switching value terhadap jumlah produksi dan harga jual yang menjadi penerimaan bagi petani selama melakukan usahataninya. Penelitian yang dilakukan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 420906875.10, Net B/C 3.76, IRR sebesar 32 persen dan payback period 7.61 tahun. Untuk tingkat nilai switching value terhadap penerimaan memiliki batas maksimal yaitu sebesar 28.94 persen terhadap penurunan harga dan penurunan produksi mencapai 34.15 persen. Sedangkan perubahan switching value terhadap kenaikan biaya produksi seperti upah tenaga kerja memiliki batas optimal sebesar 52.7244 persen. Untuk perubahan kenaikan harga pupuk tidak mempengaruhi penerimaan petani hingga 75.8 persen.variabel yang mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran tidak terlalu sensitif terhadap perubahan nilai optimal.

Kata kunci : perkebunan rakyat, kopi arabika, kelayakan usahatani

ABSTRACT

ENDANG SIREGAR. Feasibility Arabica Coffee Farming at Dolok Panribuan Simalungun Distric North Sumatera. Supervised by DWI RACHMINA.

Arabica coffee is an annual plants that is quite sensitive to ailment plant, pests, climate change that affect to the amount of quantity production. The purpose of this study was to determine the benefits of farmers through NPV, IRR, Net B/C ratio, payback period and switching value. The amount between quantity production arabican bean and selling price are earnings for the farmers during Arabica plants farming. Result of the estimate are NPV Rp 420906875.10, Net B / C 3.76, IRR of 32 percent and a payback period of 7.61 years. Switching value has optimal limited that are decreaseof selling price until 28.94 percent, for reduce quantity of arabica bean until 34.15 percent. While switching changes the value of the increase in production costs such as labor costs have optimal limit of 52.7244 percent. To change the fertilizer price increase does not affect the revenue of farmers to 75.8 persen.variabel affecting revenues and expenses are not overly sensitive to changes in the optimal value.


(4)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya utnuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(5)

KELAYAKAN USAHATANI KOPI ARABIKA DI

KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN, KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ENDANG SIREGAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(6)

Judul Skripsi : Kelayakan Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

Nama : Endang Siregar

NIM : H34087015

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen


(7)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia dan kebaikanNya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kelayakan Usahatani Komoditi Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten

Simalungun Sumatera Utara” dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani kopi khususnya jenis arabika yang diusahakan oleh petani kopi dengan jenis lahan sempit serta tingkat sensitivitas pada budidaya kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan. Penulis berharap melalui hasil penelitian yang telah dilakukan, mampu memberikan informasi bagi petani kopi ataupun lembaga atau individu yang membutuhkan referensi tentang komoditi kopi arabika.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dwi Rachmina MSi, selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan ketulusannya dalam membimbing penulis. Kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi, Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MM selaku dosen penguji, penulis mengucapkan terimakasih karena telah bersedia menguji penulis, dan memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis, adik-adik, seluruh keluarga, sahabat, teman-teman yang telah membantu secara moril, dan orang terkasih atas doa, kasih sayang, dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2014 Endang Siregar


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 6 September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Asimar Siregar dan Ibu Luluan Rachmawati Simbolon.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 173759 Ronggur nihuta, Samosir pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 dari SMPN 2 Tarutung. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMUN 1 Dolok Panribuan.

Pada tahun 2005, penulis diterima pada Program Diploma IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan program studi Manajemen Informatika dan menyelesaikan pendidikan Diploma pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan gelar sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui program penyelenggaraan khusus Agribisnis.


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Kopi dan Faktor Ekonominya 9

2.2 Karakteristik Usahatani Kopi 10

2.3 Kelayakan Usahatani Kopi Arabika 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 11

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

4.1 Lokasi Penelitian 18

4.2 Jenis dan Sumber Data 18

4.3 Metode Pengambilan Sampel 18

4.4 Metode Analisis Data 19

4.5 Analisis Aspek Finansial 19

4.6 Defenisi dan Batasan Operasional 21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21

5.1 Letak Geografis, Penduduk dan Mata Pencaharian 21

5.2 Perkebunan Rakyat 22

5.3 Karakteristik Responden 23

ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL 24

6.1 Analisis Aspek Pasar 24

6.2 Analisis Aspek Teknis 28

6.3 Aspek Manajemen 33

6.4 Aspek Hukum 33

6.5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 34

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 34

7.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) 34

7.2 Analisis Arus Keluar (Outflow) 36

7.3 Analisis Kelayakan Finansial 37

7.4 Analisis Laba Rugi 38

7.5 Analisis Switching Value 39

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 40

DAFTAR PUSTAKA 41


(10)

DAFTAR TABEL

1 Struktur Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha tahun 2007-2011

1

2 Produk domestic bruto sektor pertanian tahun 2007-2011 2

3 Perkembangan jumlah petani dan tenaga kerja subsektor perkebunan tahun 2007-2011

2 4 Luas areal perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaannya

(hektar)

3 5 Neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan di Indonesia tahun

2007-2011 (US$ juta)

3 6 Jumlah volume dan nilai ekspor komoditi kopi di Indonesia tahun

2006-2011

4 7 Jumlah volume dan nilai impor komoditi kopi di Indonesia tahun

2006-2011

4 8 Luas area, jumlah produksi dan produktivitas kopi di Indonesia menurut

jenis kopi tahun 2005-2011

5 9 Luas lahan, jumlah produksi dan produktivitas kopi di Sumatera Utara

tahun 2006-2011

5 10 Luas lahan, jumlah produksi dan produktivitas komoditi kopi

Kecamatan Dolok Panribuan tahun 2006-2011

6 11 Jumlah penduduk di Kecamatan Dolok Panribuan menurut kelompok

usia tahun 2010

23

12 Jumlah penduduk Kecamatan Dolok Panribuan menurut tingkat

pendidikan tahun 2010

23 13 Jenis komoditi perkebunan rakyat di Kecamatan Dolok Panribuan tahun

2010

24

14 Karakteristik sampel kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan 25

15 Jumlah dan rata-rata produksi kopi arabika per hektar di Kecamatan Dolok Panribuan

27 16 Tabel penggunaan input produksi usahatani kopi arabika di Kecamatan

Dolok Panribuan

29 17 Rata-rata penggunaan peralatan pertanian oleh petani kopi arabika

Kecamatan Dolok Panribuan

30 18 Jumlah penggunaan tenaga kerja usahatani kopi arabika Kecamatan

Dolok Panribuan

31 19 Rata-rata hasil produksi dan penjualan kopi arabika per hektar di

Kecamatan Dolok Panribuan

32 20 Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama dalam

usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

35 21 Rata-rata biaya reinvestasi pada usahatani kopi arabika Kecamatan

Dolok Panribuan

36 22 Rata-rata biaya variabelmelakukan usahatani kopi arabika Kecamatan

Dolok Panribuan

38 23 Rata-rata hasil finansial usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok

Panribuan

38 24 Rata-rata laba rugi usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan 39


(11)

per satuan hektar

25 Hasil analisis switching value usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan per satuan hektar

40

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara Net Present Value dan Internal Rate of Return 14

2 Kerangka pemikiran operasional kelayakan usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

17

3 Saluran pemasaran kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan 26

4 Skema proses usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan 31

5 Siklus umur tanaman usahatani Kecamatan Dolok Panribuan 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Aliran cashflow usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan 44 2 Laporan laba rugi usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan 48 3 Aliran cashflow usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

dengan switching value penurunan jumlah produksi 34.15 persen

50 4 Laporan laba rugi usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

dengan switching value penurunan jumlah produksi 34.15 persen

54 5 Aliran cashflow usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

dengan switching value penurunan harga jual 28.94 persen

56 6 Laporan laba rugi usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

dengan switching value penurunan harga jual 28.94 persen

60 7 Aliran cashflow usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

dengan switching value kenaikan upah TK 52.76 persen

62 8 Laporan laba rugi usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan

dengan switching value kenaikan upah TK 52.76 persen


(12)

(13)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang membantu perkembangan perekonomian secara keseluruhan, salah satunya adalah pengaruh terhadap struktur Produk Domestik Bruto (PDB). Seiring dengan pertumbuhan sektor perindustrian dan sektor perdagangan yang meningkat, sektor pertanian memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri, bahan pangan masyarakat dan lapangan pekerjaan. Persentase laju pertumbuhan sektor pertanian terhadap struktur PDB pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 4.10 persen. Hal ini dapat terlihat dari persentase peran pertanian dalam pertumbuhan PDB tahun 2011 (Tabel 1).

Tabel 1 Struktur produk domestik bruto menurut lapangan usaha di Indonesia tahun 2007-2011 (persen)

Lapangan usaha Tahun Laju

pertumbuh-an/ tahun

(%)

2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 3.70 4.50 5.30 15.30 14.70 1.65

Pertambangan dan Penggalian

1.20 0.90 0.60 11.10 11.90 1.43

Industri Pengolahan 7.00 27.80 26.40 24.80 24.30 -2.73

Listrik, Gas dan Air bersih

0.90 0.80 0.80 0.80 0.80 -3.13

Bangunan 7.70 8.50 9.90 10.30 10.20 6.63

Perdagangan, Hotel dan restoran

15.00 14.00 13.30 13.70 13.80 -2.20

Pengangkutan dan Komunikasi

6.70 6.30 6.30 6.60 6.60 -0.45

Keuangan, Persewaan dan Jasa

7.70 7.40 7.20 7.20 7.20 -1.73

Jasa-jasa 10.10 9.70 10.20 10.20 10.50 3.00

Total PDB 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik; 2012

Salah satu subsektor yang mempengaruhi persentase pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah perkebunan. Selain mempengaruhi tingkat PDB, perkebunan juga merupakan subsektor yang membantu pendapatan devisa Negara dari hasil perkebunan yang diekspor ke Negara tujuan. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan, Kementerian Pertanian, rata-rata pertumbuhan subsektor perkebunan terhadap persentase pertanian atas dasar harga yang berlaku dalam lima tahun terakhir adalah sebesar 11.53 persen per tahun dan atas harga konstan 2000 adalah sebesar 3.27 persen (Tabel 2). Meski mengalami penurunan dari tahun 2007, persentase pangsa perkebunan terhadap pertanian pada tahun


(14)

2010 mulai meningkat yaitu 18.33 persen jika dibandingkan dgn tahun 2008 dan 2009.

Tabel 2 Produk domestik bruto sektor pertanian di Indonesia tahun 2007-2011 (milyar, rupiah)

Sektor Pertanian

Tahun Rata-rata

pertum-buhan (%) 2007 2008 2009 20101 2011

Atas Harga Berlaku

Pertanian1 408 080.10 539 031.10 635 457.20 737 775.60 814 066.70 19.11 Perkebunan 81 664.00 105 960.50 111 378.50 136 026.80 153 884.70 11.53 Persentase

perkebunan

20.01 19.66 17.53 18.33 18.90 Atas Harga Konstan 2000

Pertanian1 211 308.40 222 209.60 231 265.10 23 825.30 242 301.70 9.63 Perkebunan 43 199.20 44 783.90 45 558.40 47 110.20 48 964.00 3.27 Persentase

perkebunan

20.44 20.15 19.70 19.89 20.21 Sumber : www.ditjenbun.deptan.go.id; 2012. 1Diluar Kehutanan dan Perikanan

Selain dari segi ekonomi yang membantu pendapatan devisa Negara, sektor perkebunan juga sangat berpengaruh dari segi sosial yaitu dalam penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja berdasarkan hasil pengusahaan maupun sebagai tenaga kerja murni dipengaruhi berdasarkan komoditi perkebunan yang dikelola. Namun secara umum berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Perkebunan, jumlah tenaga kerja dan petani perkebunan pada tahun 2010 mencapai 20,583,648 jiwa. Angka ini mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan angka penyerapan tenaga kerja pada tahun 2009 yaitu sebesar 20,467,010 jiwa (Tabel 3). Dengan demikian subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang mampu menyerap tenaga kerja melalui lapangan pekerjaan yang ada, sehingga mampu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

Tabel 3 Perkembangan jumlah petani dan tenaga kerja subsektor perkebunan di Indonesia tahun 2007-2011

Komoditi Perkebunan Penyerapan Tenaga Kerja (Jiwa)

2007 2008 2009 2010 2011 TANAMAN TAHUNAN

Karet 2 250 158 2 263 986 2 276 470 2 293 130 2 449 828 Kelapa Sawit 2 898 714 3 248 909 3 276 198 3 375 398 3 419 919 Kelapa 7 077 018 7 198 045 7 172 507 7 043 369 7 051 646 Kopi 1 959 824 2 026 972 1 971 578 1 940 684 2 013 873 Kakao 1 414 520 1 474 570 1 551 615 1 611 139 1 635 408 Jambu Mete 836 445 832 744 841 393 829 577 830 954 Lada 317 837 324 050 327 342 321 498 322 308 Cengkeh 1 065 176 1 081 362 1 067 959 1 060 877 1 063 056 Teh 211 942 309 394 198 002 278 700 199 851 Jarak Pagar 54 319 105 066 106 353 95 510 95 906 Kemiri Sunan - - 1 627 1 829 1 829 Total 18 085 953 18 865 098 1 701 283 82 251 711 19 084 578 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan; 2012


(15)

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mampu menyerap tenaga kerja dimana perkiraan pada tahun 2011 mencapai 2,013,873 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 3). Jumlah tenaga kerja yang meningkat, memiliki hubungan sinergis terhadap perkembangan luas area perkebunan kopi di Indonesia yang didominasi oleh petani rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani kopi bergantung terhadap hasil produksi yang diusahakan oleh petani untuk memperoleh pendapatan. Selain area perkebunan rakyat yang meningkat, perkebunan kopi yang dikelola oleh Negara maupun swasta juga mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 1.85 persen dan 13.29 persen dari tahun sebelumnya (Tabel 4).

Tabel 4 Luas areal perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaan kopi tahun 2007-2011 (hektar)

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Perkebunan

Rakyat

1 243 429 1 236 842 1 217 506 1 219 802 1 254 921 Perkebunan

Negara

23 721 22 442 22 794 22 738 23 167 Perkebunan

Swasta

28 761 35 826 25 935 25 936 29 912 Total 1 295 911 1 295 110 1 266 235 1 268 476 1 308 000 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan; 2012

Luas area perkebunan kopi yang dimiliki Indonesia memberi pengaruh terhadap peningkatan devisa Negara dari jumlah komoditi kopi yang diekspor. Berdasarkan data perkebunan, kopi merupakan komoditi kelima yang membantu peningkatan devisa Negara dari sektor perkebunan. Nilai neraca perdagangan kopi pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu mencapai US$ 914.24 juta, dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$ 779.46 juta dengan persentase peningkatan sebesar 17.29 persen (Tabel 5).

Tabel 5 Neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan di Indonesia tahun 2007-2011 (US$ juta)

Komoditas Perkebunan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 Karet 4 855.37 5 999.09 3 222.62 7 288.97 11 077.05 Kelapa Sawit 7 861.96 12 366.05 10 351.18 13 431.17 17 236.25 Kelapa 567.07 900.31 492.24 70078 1 059.50 Kopi 558.01 973.02 799.00 779.46 914.24 Teh 113.39 146.97 159.09 160.00 124.80 Lada 131.77 184.78 138.78 243.25 186.59 Kakao 841.37 1 155.53 1 294.21 1 479.12 996.44 Jambu Mete 81.12 76.01 78.65 68.41 52.14 Cengkeh 33.95 7.25 5.47 11.24 -329.55 Kapas 5.72 0.33 -0.10 0.91 0.95 Neraca

Perkebunan

15 049.73 21 809.34 16 541.14 24 166.31 31 318.41

Sumber : BPS, Direktorat Jendral Perkebunan 2012

Namun produksi kopi di Indonesia pada tahun 2012 menurut data ICO (International Coffee Organization), mengalami penurunan jumlah yaitu 8.25


(16)

juta bag sebesar 9.6 persen dibandingkan dengan jumlah produksi tahun 2011 yaitu sebesar 9.13 juta bag. Sehingga Indonesia menduduki urutan kelima penghasil kopi terbesar setelah Brazil, Vietnam, Kolombia dan Ethiopia. Dan menurut data statistik Perdagangan Luar Negeri, volume ekspor kopi Indonesia pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 24.65 persen dari tahun 2010 yaitu hanya mencapai 327 ribu ton. Meski demikian nilai ekspor yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar 18.31 persen (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah volume dan nilai ekspor kopi di Indonesia tahun 2006-2011

Tahun Volume (ribu Ton) Nilai (juta Dolar)

2006 414 586.90

2007 321 636.30

2008 469 991.50

2009 511 824.00

2010 434 814.30

2011 327 963.40

Sumber : BPS, Statistik Perdagangan Luar Negeri 2012

Meski sebagai produsen kopi terbesar kelima dunia, Indonesia juga merupakan salah satu Negara pengimpor olahan kopi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia juga merupakan konsumen olahan kopi. Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik Perdagangan Luar Negeri, pada tahun 2011 jumlah import komoditi kopi sekitar 18.11 ribu ton. Meskipun dalam hal jumlah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 namun berdasarkan jumlah nilai mengalami kenaikan yaitu mencapai 49.11 juta dolar (Tabel 7).

Tabel 7 Jumlah volume dan nilai impor kopi di Indonesia tahun 2006-2011

Tahun Volume ( Ribu Ton) Nilai (Juta Dolar)

2006 6.40 11.41

2007 49.99 78.31

2008 7.58 18.44

2009 14.40 25.01

2010 19.76 34.85

2011 18.11 49.11

Sumber :Statistik Perdagangan Luar Negeri .2012

Dari tabel 6 dan tabel 7, dapat dilihat bahwa harga jual maupun harga beli kopi tetap konstan dan mengalami peningkatan meskipun hanya beberapa persen. Namun harga jual dan harga beli komoditi kopi juga dibedakan berdasarkan jenis kopi. Dari luas areal kopi di Indonesia jenis kopi yang dihasilkan atau yang diproduksi terdapat dua jenis yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Dari data Assosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) produksi rata-rata kopi Indonesia masih didominasi kopi robusta yang mencapai 78.08 persen sedangkan produksi kopi arabika hanya 21.92 persen (Tabel 8). Namun apabila ditinjau dari segi nilai jual, kopi jenis arabika cenderung memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jual kopi jenis robusta. Kopi arabika merupakan salah satu jenis kopi yang terkenal dan mendominasi produksi kopi diseluruh dunia sebesar 70 persen. Sedangkan lahan perkebunan kopi di Indonesia yang mengusahakan kopi arabika berdasarkan data Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (AEKI) pada tahun 2011 hanya mencapai 296,854 Ha, berbeda dengan luas perkebunan kopi robusta yang mencapai 1,011,146 Ha.


(17)

Tabel 8 Luas area, jumlah produksi dan produktivitas kopi di Indonesia menurut jenis kopi tahun 2005-2011

Tahun

Arabika Robusta Luas Area (Ha) Jumlah Produk-si (Ton) Produk-tivitas (Ton/Ha) Luas Area (Ha) Jumlah Produksi (Ton) Produktivi-tas (Ton/Ha) 2006 177 110 94 773 0.56 1 131 622 587 386 0.52 2007 228 931 124 098 0.54 1 058 478 549 088 0.52 2008 239 476 129 660 0.05 1 063 417 553 278 0.52 2009 281 398 147 631 0.52 984 839 534 961 0.54 2010 283 343 148 487 0.52 985 133 535 589 0.54 2011 296 854 155 383 0.52 1 011 146 553 617 0.55 Sumber : Assosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2012

Dengan permintaan kopi arabika secara global masih sangat tinggi memberikan peluang bagi Indonesia dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui peningkatan devisa Negara, komoditi kopi arabika dapat dikembangkan melalui penggunaan bibit unggul, serta teknologi peremajaan tanaman kopi jenis arabika. Dengan demikian, lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berada di daerah sentra kopi semakin luas. Salah satu pusat perkebunan kopi Arabika di Indonesia adalah daerah Sumatera Utara yang telah dibuka sejak masa penjajahan Belanda. Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berperan dalam pertumbuhan perekonomian di daerah Sumatera Utara dan menyumbang sebesar 1.10 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang mencapai 6.22 persen berdasarkan data BPS Sumatera Utara, 2012.

Hasil komoditi perkebunan yang memegang peranan penting dalam perkebunan Sumatera Utara adalah kelapa sawit, karet, kopi, cokelat, dan tembakau. Untuk komoditi kopi berdasarkan data statistik perkebunan propinsi Sumatera Utara tahun 2011, Sumatera Utara memiliki lahan seluas 80,244 Ha dimana luas lahan perkebunan rakyat mencapai 79,544 Ha dan perkebunan swasta mencapai 700 Ha. Meskipun pada tahun 2011 jumlah produksi mengalami penurunan sebesar 0.03 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 55,753 ton, Sumatera Utara mampu memberikan kontribusi dalam produksi kopi Nasional sebesar 7.29 persen dengan jumlah produksi seperti tabel dibawah ini.

Tabel 9 Luas lahan, jumlah produksi dan produktivitas kopi Sumatera Utara tahun 2006-2011

Tahun Luas Lahan (Ha) Jumlah Produksi (Ton) Produktivitas Ton/Ha)

2006 79 613 50 032 0.63

2007 79 646 50 158 0.63

2008 81 051 54 944 0.68

2009 80 244 54 355 0.68

2010 80 806 55 753 0.69

2011 80 244 54 100 0.67

Sumber: Buku Statistik Perkebunan. Direktorat Jendral Perkebunan 2012

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu derah penghasil kopi di Sumatera Utara luas lahan 9,610.3 Ha dimana luas lahan kopi jenis robusta seluas


(18)

2,822.10 Ha dan luas lahan kopi jenis arabika seluas 6,788.20 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Simalungun merupakan daerah yang tinggi dari permukaan laut. Dengan luas lahan 6,788.20 Ha, Kabupaten Simalungun mampu memproduksi kopi arabika sebanyak 7,602.72 ton (data statistik perkebunan Sumatera Utara 2010). Salah satu Kecamatan yang menghasil kopi arabika di daerah Simalungun adalah Kecamatan Dolok Panribuan. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Dolok Panribuan menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian salah satunya adalah usahatani kopi arabika. Namun dalam beberapa waktu terakhir, jumlah produksi kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hama yang menyerang tanaman kopi yang menyebabkan biji kopi membusuk maupun batang pohon kopi mengalami pembusukan. Pengolahan dan penanganan yang masih dilakukan secara tradisional juga mempengaruhi kualitas produksi biji kopi arabika dan berdampak terhadap harga jual produksi. Jumlah produksi yang menurun dan penanganan petani terhadap hama yang menyerang tanaman kopi secara tradisional sangat ditentukan oleh harga pupuk dan insektisida yang tidak tetap. Sedangkan perbedaan harga jual ditingkat petani dengan distributor sangat jauh berbeda. Harga biji kopi kering ditingkat petani hanya mencapai 15,300 rupiah per kilogramnya, sedangkan harga ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini menyebabkan petani menggunakan pupuk yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimal(Tabel 10).

Tabel 10 Luas lahan, jumlah produksi dan produktivitas komoditi kopi Kecamatan Dolok Panribuan Tahun 2006-2011

Tahun Luas Lahan (Ha) Jumlah Produksi (Ton)

Jumlah Produktivitas (Ton/Ha)

2006 119.75 165.23 1.38

2007 126.06 172.65 1.37

2008 125.63 169.56 1.35

2009 125.02 171.65 1.37

2010 125.02 167.09 1.34

2011 122.08 137.86 1.13

Sumber : Kantor Kecamatan Dolok Panribuan. 2012

Penurunan produksi tanaman kopi di daerah Kecamatan Dolok Panribuan juga sangat dipengaruhi perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani kopi. Akibat biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani cenderung menghiraukan pohon kopi yang tidak berproduksi dengan tanaman semusim seperti jagung.

Dengan modal yang tidak terlalu besar dengan memanfaatkan lahan kopi serta waktu tanam hingga masa panen tidak terlalu lama maka petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan memilih jagung sebagai tanaman selingan. Dengan nilai jual komoditi jagung yang cukup stabil pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,000 rupiah per kilogram di daerah Sumatera Utara (Pusdatin Departemen Pertanian, 2012), sangat membantu pendapatan petani kopi dari hasil produksi jagung yang diusahakan. Selain itu, masa produksi tanaman jagung yang


(19)

tidak terlalu lama dibandingkan tanaman kopi membuat petani mudah untuk menghiraukan tanaman kopi arabika yang telah mereka usahakan sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani kopi. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimana kelayakan usahatani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara berdasarkan aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek pasar?

2. Bagaimana kelayakan finansial usahatani kopi yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara selama sepuluh tahun umur tanaman kopi?

3. Bagaimanakah pengaruh yang terjadi terhadap manfaat (switching value) yang diperoleh petani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara apabila terjadi perubahan beberapa variabel yang mempengaruhi biaya dan penerimaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kelayakan usahatani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dari aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial ekonomi, dan aspek manajemen.

2. Mengalisis kelayakan finansial usahatani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun selama umur tanaman.

3. Menganalisis tingkat perubahan (switching value) pendapatan usahatani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun terhadap perubahan pada beberapa variable yang berkaitan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para petani kopi sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan usahatani kopi lebih baik. Selain itu, diharapkan berguna untuk pengambil keputusan maupun pelaku ekonomi dibidang pertanian dan juga lembaga keuangan sektor perkebunan khususnya komoditi kopi. Dan terakhir adalah sebagai bahan pertimbangan dan juga masukan bagi para akademis yang hendak meneliti lebih lanjut tentang komoditi kopi di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Pondok Bulu Kecamatan Dolok Panribuan, Sumatera Utara. Fokus penelitian secara keseluruhan adalah menganalisis kelayakan finansial usahatani kopi yang dilakukan petani dengan luas lahan yang


(20)

sempit layak diusahakan atau tidak. Hal-hal yang diperhatikan untuk mengetahui kelayakannya adalah variabel-variabel yang mempengaruhi biaya dan penerimaan petani melalui laporan keuangan setiap petani. Yang dijadikan sebagai sampel adalah petani yang memiliki tanaman kopi arabika dan berdomisili di desa Pondok bulu.

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Usahatani Kopi Arabika

Sebagai salah satu produsen kopi, perkembangan industri dan juga perekonomian kopi Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan pasar kopi Internasional. Sebagian besar pengekspor kopi masih menjual kopinya dalam bentuk primer sehingga tidak memiliki nilai tambah. Sedangkan dengan menjual ataupun mengekspornya dalam bentuk setengah jadi ataupun kopi instan, dapat meningkatkan pendapatan petani. Hal ini disebabkan petani kekurangan modal dalam mengelola biji kopi yang dihasilkan, sehingga keuntungan yang lebih besar diterima oleh perusahaan yang memiliki modal besar. Beberapa hal yang dapat

membuat jatuhnya harga kopi adalah perubahan struktur pasar,

ketidakseimbangan pasar, dan kurangnya modal petani. Sejak terjadinya krisis perkopian pada tahun 2000, perdagangan ekpor memiliki kebijakan tataniaga yang mencakup dua hal. Perusahaan pengekspor diakui oleh kementerian perdagangan dan perindustrian serta memberikan kesempatan kepada dunia usaha menjadi salah satu pengekspor kopi. Dengan terjadinya krisis harga kopi di pasar Internasional berpengaruh terhadap mutu kopi yang diusahakan oleh petani. Hal ini disebabkan dengan berkurangnya pendapatan petani, sehingga biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang diperoleh. Kopi merupakan tanaman tahunan yang tidak mudah digantikan dengan tanaman lainnya pada saat terjadinya krisis. Untuk menghindari hal ini, maka perlu memperdayakan sentra-sentra pengekspor kopi di Indonesia sehingga volume ekspor kopi ke Negara tujuan dapat ditingkatkan khususnya yang memiliki elastisitas yang positif terhadap harga kopi (Hutabarat 2004).

Usahatani kopi arabika memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan kopi robusta yang mencakup waktu menghasilkan produksi, harga jual, dan perbedaan karakteristik antara kopi arabika dengan kopi robusta serta cita rasa yang berbeda yang berpengaruh terhadap pangsa pasar kopi. Pertumbuhan kopi arabika akan lebih baik apabila berada pada ketinggian 1000-2100 meter diatas permukaan laut, dibandingkan dengan robusta yang dapat tumbuh pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Hal ini disebabkan oleh tingkat kekebalan kopi arabika terhadap penyakit yang menyerang daun dan bunga lemah (Panggabean 2011). Penyakit karat daun dan bunga bintang yang terjadi diakibatkan oleh cuaca yang panas dan tingkat kelembaban yang sangat tinggi. Karena itu, pengolahan usahatani kopi arabika bertumbuh dengan baik bila berada diatas ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut dengan tingkat curah


(21)

hujan yang sedikit serta penyiangan terhadap pokok kopi yang rutin untuk menghindari kelembaban yang terjadi.

Kopi arabika berproduksi lebih cepat dibandingkan dengan kopi robusta. Memasuki tahun kedua sejak penanaman kopi arabika telah menghasilkan meskipun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu jenis arabika lebih diminati para petani kopi dibandingkan robusta disebabkan produksinya yang cepat. Sedangkan robusta mulai menghasilkan memasuki tahun ketiga sejak penanaman. Selain produksi kopi arabika yang cepat, harga jual kopi jenis arabika lebih tinggi dibandingkan robusta. Hal ini tentu sangat menguntungkan petani kopi yang mengusahakan jenis kopi arabika, namun tingkat kesulitan dalam pengelolahannya juga lebih dirasakan oleh petani kopi yang memilih jenis arabika(Karo 2009). Dengan demikian dapat dikatakan kalau kopi arabika memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis kopi robusta, namun tingkat produktivitas kopi arabika di Indonesia tergolong lebih rendah dibandingkan tingkat produktivitas robusta (Siahaan 2008).

Dari segi pangsa pasar kopi jenis arabika lebih diminati konsumen dibandingkan robusta. Hal ini terjadi karena tingkat keasaman kopi arabika lebih rendah dibandingkan dengan kopi robusta (Panggabean 2011), bukan hanya di pasar domestik namun juga pasar internasional kopi arabika menjadi pilihan konsumen yang cukup tinggi khususnya jenis arabika olahan yaitu specialty.

2.2 Kelayakan Usahatani Kopi

Penelitian tentang finansial usahatani perkebunan secara umum telah dilakukan oleh banyak peneliti baik mahasiswa maupun peneliti dari balai penelitian di Indonesia demikian juga dengan komoditi kopi. Untuk melakukan usahatani kopi, perlu memperhatikan beberapa faktor seperti penelitian yang dilakukan oleh Silitonga (2008) dan Ridwan (2008). Faktor internal yang mempengaruhinya adalah potensi sumber daya alam dan letak geografis yang tepat sangat mendukung pertumbuhan dan kualitas kopi dengan baik. Demikian halnya akan luas lahan area tanam memiliki jumlah produksi kopi karena penambahan luas area tanam memiliki pengaruh positif terhadap jumlah produksi, dengan demikian akan tercipta citra produk speciality sesuai dengan daerah penghasil kopi.

Harga yang tidak efisien atau tidak memihak di tingkat petani yang diakibatkan beberapa hal menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mata rantai pemasaran kopi yang cukup panjang. Sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pendapatan petani dengan pengeluaran dalam usahatani kopi. Sedangkan peningkatan upah petani memiliki dampak positif terhadap produksi kopi, dimana tingkat elastisitas pendapatan petani terhadap tingkat produksi kopi sangat elastisitas. Seperti hasil penelitian Ridwan (2008) dimana peningkatan upah petani sebesar 20 persen mampu meningkatkan produksi kopi sebesar 0,78 persen. Dengan adaya peningkatan pendapatan, memampukan petani melakukan inovasi yaitu melakukan nilai tambah terhadap kopi dan teknik produksi yang relatif lebih efisien. Dari hasil penelitian Rosari et al (2005) di daerah Sokaria, Detukopi, Papa, dan Tana Mera menunjukkan usahatani kopi menghasilkan nilai B/C sebesar 5,67 dan NPVnya sebesar Rp. 87.498.645 sekisar 39 persen serta


(22)

nilai IRRnya sebesar 53,17 dimana panen yang dilakukan rutin setiap satu hingga dua minggu sekali setelah tanaman berumur lima tahun dan produksi rata-rata yang diperoleh petani adalah delapan ton per hektar dengan harga jual sebesar 5000 rupiah per kilogram.

Dari hasil penelitian Soetirono (2009), yang menganalisa tentang daya saing agribisnis kopi robusta yang dilakukan pada tiga wilayah yaitu Tanggamus, Malang, dan Jember menyatakan layak untuk dikembangkan secara finasial. Namun hal ini masih memiliki nilai divergensi antara kelayakan finansial dengan ekonomi yaitu sesuai dengan keberpihakan kebijakan pemerintah terhadap daya saing agribisnis kopi. Apabila memperhatikan harga kopi dunia, tingkat harga kopi daerah Malang dan Jember memiliki potensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan harga domestik. Dengan demikian sistem agribisnis kopi robusta memiliki daya saing apabila kebijakan pemerintah mendukung terhadap profitabilitas sistem produksi serta keefisienan penggunaan sumberdaya. Tingkat switching value terhadap obat-obatan juga tidak mempengaruhi daya saing dan efisiensi ekonomi meskipun perubahan harga pestisida mencapai 25 persen.

Selain kestabilan biaya produksi, segmentasi pasar juga mempengaruhi pendapatan petani. Peningkatan permintaan kopi yang dipengaruhi beberapa variable seperti harga kopi, harga produk substitusi, pendapatan per kapita, serta harga ekspetasi kopi (Nainggolan 2007) secara domestik yang diimbangi dengan peningkatan produksi secara otomatis harga beli akan naik dan mendorong peningkatan penawaran kopi. Harga riil kopi, harga riil teh, dalam negeri dipengaruhi oleh harga ekspor sehingga sangat responsif terhadap suatu perubahan. Hal ini juga mempengaruhi tingkat elastisitas permintaan kopi, namun berbeda dengan peningkatan ekspor yang tidak terlalu elastic terhadap produksi kopi akan tetapi pola hidup konsumen yang berubah yang berdampak positif akan permintaan kopi.

Faktor lainnya adalah kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia yang semakin terbuka atas pasar dunia atau dengan kata lain globalisasi. Hal tersebut merupakan peluang yang tinggi untuk melakukan usahatani kopi, namun sebaliknya dengan terjadinya globalisasi merupakan sebuah ancaman dimana konsumen dalam posisi tawar menawar yang kuat akibat persaingan yang tinggi dari produsen kopi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kustiari (2007) perbedaan harga kopi biji dengan harga kopi olahan juga mampu mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan petani biji kopi relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan produk olahan kopi yang memiliki nilai tambah. Prospek pengembangan perkopian di Indonesia akan semakin meningkat dalam hal daya saing dan efisiensi memproduksi specialty coffee sehingga mampu bertahan dan meningkatkan pangsa pasar luar negeri. Untuk mempertahankan pangsa pasar dalam persaingan yang tinggi maka perlu melakukan sertifikasi melalui indikasi geografis yang mendukung pertumbuhan kopi sehingga terjaga kontinuitas pasokan produk sehingga pihak-pihak importer tetap berkesinambungan dalam hal menentukan produsen yang akhirnya mampu memperluas segmentasi pasar ekspor dengan melakukan terobosan baru.


(23)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis atau usaha merupakan suatu kegiatan aktivitas yang menghasilkan manfaat maupun keuntungan dengan menggunakan dan mengelola sumber daya yang dimiliki. Untuk memperoleh keuntungan ataupun benefit dari berbagai usaha, pelaku bisnis melakukan investasi berupa investasi nyata (real invesment) atau investasi finansial (financial invesment). Investasi nyata merupakan investasi yang terdiri dari harta tetap seperti tanah, bangunan, peralatan maupun perlengkapan. Sedangkan investasi finansial merupakan investasi yang dilakukan dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau surat berharga. Dengan kata lain investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan usaha yang memiliki jangka waktu relatif panjang diberbagai bidang usaha.

Pengertian bisnis merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diharapkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama bagi pelaku usaha baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dalam dunia bisnis. Dengan demikian studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam suatu usaha ataupun bisnis yang akan dijalankan, berdasarkan kesediaan data dan informasi secara akurat untuk menentukan kelayakan usaha yang dijalanakan (Kasmir dan Jakfar, 2010). Menurut Suliyanto (2010), tujuan suatu bisnis atau usaha dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu usaha yang berorientasi terhadap keuntungan serta usaha yang tidak berorientasi keuntungan. Salah satunya adalah usaha yang berorientasi keuntungan (profit oriented) adalah usaha yang dijalankan dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pengusaha dan karyawannya serta untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.

Proses analisis setiap penilaian studi kelayakan bisnis suatu usaha ataupun bisnis perlu memperhatikan beberapa aspek dimana setiap aspek saling berkaitan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Sehingga hasil analisis setiap aspek berdasarkan nilai dan ketentuan sesuai dengan usaha yang dijalankan menjadi satu kesatuan. Secara umum aspek-aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan untuk menjalankan usaha diantaranya aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek ekonomi dan sosial, aspek hukum dan aspek finansial.

1. Aspek Pasar

Melakukan riset terhadap aspek pasar bertujuan untuk memperhatikan kondisi permintaan pasar pada saat ini terhadap produk yang akan ditawarkan oleh pelaku usaha kepada pasar. Peranan aspek pemasaran sangat menentukan kelanjutan produksi suatu usaha, karena melalui bauran pemasaran maka keuntungan dari usaha yang dijalankan dalam menentukan kelayakan suatu bisnis. Oleh karena itu aspek pasar perlu diteliti secara mendalam guna mengetahui besar pasar yang akan dimasuki, struktur pasar, serta peluang pasar yang ada, sehinga


(24)

prospek pasar akan produk yang dihasilkan pada masa akan datang dapat dipasarkan berdasarkan strategi pemasaran sesuai dengan hasil yang diperoleh. Dengan demikian tujuan perusahaan memasarkan produknya mampu memenuhi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan penjualan dan laba, menguasai pasar, mengurangi saingan, serta menaikkan prestise produk tertentu dipasaran. Selain itu tujuan pemasaran suatu produk mampu memaksimumkan konsumsi, kepuasan konsumen, memaksimumkan keragaman produk, menghadapi pesaing, memenuhi kebutuhan akan suatu produk ataupun jasa.

2. Aspek Teknis

Lokasi usaha adalah lokasi dimana usaha akan dijalankan. Lokasi usaha memiliki peranan penting terhadap biaya operasional dan juga biaya investasi. Penentuan lokasi usaha yang tidak sesuai dengan usaha yang dijalankan akan memberikan kerugian terhadap pengusaha yang menjalankan usahanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap aspek teknis dengan beberapa variabel sesuai dengan kebutuhan usaha yang dilakukan. Analisis aspek teknis setiap usaha yang dijalankan berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha yang dijalankan, karena setiap usaha memiliki karakteristik yang berbeda dan juga prioritas yang berbeda juga. Aspek teknis sangat mempengaruhi proses produksi berdasarkan lokasi usaha dijalankan, luas produksi ataupun lahan yang digunakan serta tata letak (layout). Analisis aspek teknis dilakukan untuk menilai kesediaan pengusaha dalam menjalankan usahanya berdasarkan luas produksi/lahan yang digunakan, kesesuaian lokasi dengan usaha yang dijalankan serta peralatan operasional yang digunakan oleh pengusaha dalam menjalankan usahanya.

3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen dalam menjalankan usaha ataupun bisnis adalah faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap usaha yang dijalankan. Aspek manajemen lebih difokuskan terhadap penekanan akan risiko usaha yang dijalankan. Aspek manajemen yang diperhatikan dalam menjalankan usaha sesuai dengan kelayakan usaha salah satunya adalah manajemen produksi yang meliputi sistem produksi, lokasi usaha, standar produksi, pengendalian produksi, serta perencanaan produksi.

4. Aspek Ekonomi dan Sosial

Analisis aspek ekonomi dan sosial dilakukan oleh pengusaha untuk mengetahui pengaruh usaha yang dijalankan terhadap masyarakat dan juga perusahaan apakah berdampak positif atau berdampak negatif. Melalui analisis aspek ekonomi dapat diketahui seberapa besar kontribusi yang diberikan suatu usaha dalam peningkatan perekonomian secara umum. Demikian juga dari segi aspek sosial yang memiliki peluang terhadap masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh dari suatu usaha yang dijalankan.

5. Aspek Hukum

Analisis aspek hukum dilakukan dengan tujuan untuk meneliti keabsahan serta keaslian dari dokumen-dokumen bentuk usaha baik berupa kepemilikan ataupun sertifikat dan izin guna menghindari hambatan apabila hendak meminjam dana ataupun memperluas usaha yang dijalankan

6. Aspek Finansial

Dalam menjalankan usaha tentunya membutuhkan modal yang akan digunakan untuk melakukan investasi seperti pembelian aktiva tetap maupun


(25)

aktiva lancar. Selain itu modal juga digunakan untuk biaya operasional pada saat suatu usaha dilakukan. Besarnya modal untuk melakukan investasi tergantung dari jenis usaha yang akan diusahakan. Didalam sektor pertanian, pelaku usaha adalah petani, perusahaan swasta, koperasi dan juga lembaga lembaga pertanian lainnya. Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh dari hasil usaha yang dilaksanakan, waktu pengembalian terhadap investasi yang ditanam dalam menjalankan usaha, serta peningkatan keuntungan dari usaha yang dilakukan. Selain itu, dampak analisis finansal dilakukan untuk membantu sumber pembiayaan usaha yang akan dikembangkan berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku. Sumber pembiayaan sendiri dapat diperoleh berdasarkan modal sendiri ataupun modal yang diperoleh dari pinjaman lembaga keuangan dan penanam modal. Tujuan analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian yang diperoleh dari hasil suatu usaha sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk operasional usaha, yang kemudian dibandingkan antara keduanya.

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat

Analisis terhadap suatu usaha memiliki tujuan untuk mengetahui besaran perbandingan antara biaya dan manfaat yang diperoleh. Dengan demikian perlu diketahui defenisi biaya dan manfaat. Biaya merupakan segala sesuatu yang mengurangi tujuan usaha, sedangkan manfaat merupakan sesuatu yang membantu terlaksananya tujuan usaha. Besarnya korbanan ataupun pengeluaran untuk memperoleh barang ataupun bahan yang dibutuhkan didalam meningkatkan usaha sehingga mengurangi manfaat disebut juga biaya. Biaya dapat dibedakan dalam beberapa kategori yaitu :

1. Biaya investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki bersifat jangka panjang seperti tanah, bangunan, dan mesin.

2. Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan supaya kegiatan bisnis beroperasi secara normal pada saat usaha mulai dilaksanakan seperti biaya produksi dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk mendukung kelancaran usaha yang dijalankan seperti pajak, suku bunga, serta biaya tak terduga.

Manfaat merupakan suatu kontribusi yang mampu meningkatkan tujuan usaha yang dilaksanakan. Manfaat dibagi dalam tiga macam yaitu (Nurmalina at al 2009):

1. Manfaat langsung (tangible benefit) merupakan manfaat yang dapat diukur atau diperoleh dari peningkatan produksi, perbaikan kualitas produksi, perubahan bentuk produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, dan juga dari penurunan pengeluaran biaya.

2. Manfaat yang tidak terlihat (intangible benefit) merupakan manfaat riil yang sulit diukur dengan uang namun dapat dirasakan seperti perbaikan lingkungan hidup, peningkatan perekonomian secara nasional.

3. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) adalah keuntungan yang secara tidak langsung dirasakan oleh perusahaan, namun dirasakan oleh faktor luar dari suatu usaha dilaksanakan seperti peningkatan pendapatan masyarakat sebagai


(26)

tenaga kerja, peningkatan produktivitas tenaga kerja dari hasil pelatihan yang dilakukan.

Kelayakan bisnis yang bergerak dibidang pertanian dilakukan untuk antara kompenen biaya dan manfaat dimana kondisi dengan bisnis ataupun tanpa bisnis. Berdasarkan penilaian yang dilakukan dari hasil perbandingan biaya dan manfaat, maka persetujuan ataupun penolakan kriteria investasi suatu usaha yang dilaksanakan dapat diperoleh.

3.1.3 Teori Kriteria Investasi

Investasi adalah suatu kegiatan yang melakukan penanaman modal didalam beberapa bidang usaha dimana memiliki jangka waktu yang relatif panjang. Dengan demikian dalam pengembalian investasi yang memiliki jangka waktu yang panjang, diharapkan memiliki tingkat keuntungan sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Untuk mengetahui kelayakan dalam melakukan kegiatan investasi, memakai metode umum discounted cash flow dimana manfaat dan biaya setiap tahunnya didiskontokan dengan discount factor yang memiliki preferensi atas uang (time preference of money). Jadi untuk membandingkan seluruh manfaat dan biaya, kedua komponen harus dinilai dengan nilai uang pada waktu sekarang (present value). Oleh karena itu, dalam praktiknya investasi terdiri dari dua jenis yaitu investasi nyata (real invesment) dan investasi finansial (financial invesment). Unsur yang sangat berkaitan dengan kriteria investasi adalah hubungan antara Net Present Value (NPV) dengan Internal Rate of Return (IRR) terhadap perubahan discount rate saat sekarang. Seperti Gambar 1, apabila discount rate yang dihasilkan semakin tinggi maka nilai Net Present Value akan semakin kecil.

-5000 0 5000 10000 15000 20000

5 10 15 20 25 30

i

NPV IRR

Gambar 1 Hubungan antara Net Present Value dan Internal Rate of Return

3.1.4 Analisis Finansial

Studi aspek finansial bertujuan untuk mengetahui aliran modal dan mengetahui perkiraan dana yang dikeluarkan serta membandingkannya dengan


(27)

manfaat yang diperoleh apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur usaha. analisis finansial dilakukan berdasarkan :

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang sesuai dengan tingkat bunga yang relevan. Dengan mengetahui NPV melalui perhitungan dari cash flow selama umur investasi yang ditanam dalam melakukan usaha. Apabila hasil NPV lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum maka investasi layak dilakukan, namun sebaliknya, apabila hasil NPV negatif maka investasi lebih baik ditolak. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :

a. Apabila nilai NPV = nol, maka suatu usaha memiliki tingkat pengembalian sebesar biaya investasi atau modal yang dikeluarkan dengan kata lain, usaha tersebut tidak rugi ataupun menguntungkan.

b. Apabila nilai NPV > nol, maka suatu usaha memiliki tingkat pengembalian lebih besar dari biaya investasi sesuai dengan suku bunga yang berlaku. Dengan demikian usaha tersebut memberikan keuntungan dan dapat dilaksanakan.

c. Apabila nilai NPV < nol, maka suatu usaha tidak layak dilaksanakan karena memberikan kerugian lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Suatu usaha atau bisnis dikatakan layak apabila nilai Net B/C lebih besar dari satu maka usaha tersebut layak dilaksanakan. Demikian sebaliknya apabila nilai Net B/C lebih kecil dari satu maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan. Namun apabila hasil perolehan Net B/C sama dengan satu maka usaha yang dilaksanakan tidak merugi ataupun menguntungkan.

3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari keuntungan yang akan diterima sesuai dengan jumlah biaya investasi yang dikeluarkan, atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) bernilai nol. Dengan demikian prinsip analisis IRR digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya dalam satuan persen. Suatu investasi layak dilakukan apabila nilai IRR lebih besar dari rate of return yang berlaku, namun sebaliknya investasi tidak layak dilakukan apabila hasil rate of return yang berlaku lebih besar dari nilai IRR yang diperoleh.

4. Payback Periode (PP)

Payback Periode atau tingkat pengembalian merupakan analisis jangka waktu (periode) pengembalian pengeluaran investasi (initial cash investment) dari aliran kas masuk (proceeds) yang dihasilkan selama suatu usaha ataupun bisnis dilaksanakan. Dengan kata lain, Payback Period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu.


(28)

3.1.5 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Analisis switching value digunakan untuk memperhatikan dampak perubahan dari suatu variabel terhadap hasil analisis kelayakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh hasil analisis kelayakan apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya maupun manfaat. Analisis switching value dilakukan terhadap ketidakpastian dengan mengubah beberapa variabel yang berperan penting dalam hasil analisis usaha yang berdampak pada hasil NPV, IRR, Net B/C.

Pada usaha di bidang pertanian, analisis switching value sangat diperlukan sebab ketidakpastian akan hasil pertanian sering terjadi akibat karakteristik dasar yang mempengaruhi hasil produksinya. Beberapa variabel yang sangat berpengaruh terhadap switching value hasil analisis kelayakan usaha adalah perubahan harga jual, perubahan jumlah produksi, kenaikan biaya atau harga beli, keterlambatan pelaksanaan.

Suatu variasi dari pada analisis switching value adalah nilai pengganti (switching value). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur nilai perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow ataupun perubahan outflow untuk menentukan kelayakan suatu usaha untuk dilaksanakan. Kelayakan suatu usaha dilakukan sesuai dengan hasil perkiraan yang diperoleh dari hasil perhitungan sehingga nilai NPV sama dengan nol. Perbedaan antara analisis switching value dengan switching value adalah pada analisis switching value nilai besar perubahan diketahui secara empirik, sedangkan pada nilai pengganti perubahan diketahui dari hasil penurunan harga output ataupun input yang maksimal dapat ditoleransi supaya suatu usaha layak dilaksanakan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Usahatani kopi adalah suatu komoditi perkebunan yang mampu memberikan kontribusi tinggi terhadap perekonomian di Indonesia. Adanya permintaan pasar domestik terhadap komoditi kopi maupun manca negara membuat harga kopi berflukstuasi yang berdampak terhadap petani.

Analisis usahatani dari segi finansial melalui metode Net B/C ratio, NPV, IRR, Payback Period, dan juga metode analisis switching value dilakukan untuk mengetahui akan pendapatan petani dan juga manfaat yang diperoleh dari usahatani kopi dan juga untuk mengtahui pengembalian modal yang ditanam dalam melaksanakan usahatani tersebut serta mengetahui tingkat sensitivias terhadap komoditi kopi. Dari hasil interpretasi yang dilakukan sehingga dapat dilihat apakah kesejahteraan petani meningkat melalui pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani kopi dan juga kelayakan usahatani kopi untuk dikembangkan. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.


(29)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

4 METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Dolok Panribuan merupakan salah satu sentra penghasil kopi di Kabupaten Simalungun. Dan desa yang dijadikan tempat penelitian merupakan desa penghasil kopi arabika sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Kegiatan pengumpulan data dilakukan Bulan Desember 2011 hingga bulan Januari 2012.

Rekomendasi untuk usahatani kopi

Melakukan Evaluasi Usahatani kopi arabika di Desa Pondok

Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan, Simalungun

- Menurunnya jumlah produksi kopi arabika di Desa Pondok Bulu Kecamatan Dolok Panribuan diakibatkan oleh hama, penyakit tanaman, perubahan cuaca dan tingginya biaya pemeliharaan. - Pengaruh perubahan harga jual terhadap penerimaan petani kopi arabika di Kecamatan Dolok

Panribuan

Kelayakan Usahatani

Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Hukum Aspek Manajemen Aspek Sosial Ekonomi

Kelayakan Usahatani Kopi Arabika

Alat analisis : B/C ratio, Net Present Value (NPV), Payback period

(PP), Internal Rate of Return (IRR)


(30)

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan juga sekunder baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dengan melakukan wawancara kepada para petani komoditi kopi arabika melalui pengisian kuisioner oleh petani ditempat penelitian yang dijadikan responden. Teknik wawancara jua dilakukan kepada pedagang pengumpul guna mendapatkan informasi terhadap harga yang berlaku terhadap petani dari hasil produksi usahatani kopinya. Sedangkan wawancara dilakukan kepada petani untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan selama melakukan usahatani kopi. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Simalungun, Kantor Kecamatan Dolok Panribuan dan juga instansi yang terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Responden merupakan petani yang melakukan usahatani kopi arabika di Desa Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun. Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal lama waktu dalam melakukan usahatani kopi dan juga luasan tanaman yang dikelola oleh petani. Luas lahan rata-rata yang dimiliki oleh petani adalah antara 0,2 hektar hingga dua hektar. Dengan demikian responden petani kopi arabika dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kecil dengan luasan 0,2 hingga 0,5 hektar, kemudian kelompok menengah 0,51 hektar hingga satu hektar. Jumlah petani kopi arabika yang menjadi responden sebanyak 20 orang, hal ini berdasarkan petani yang berdomisili di desa tempat penelitian dilakukan. Oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling.

4.4 Metode Analisis Data

Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif secara deskriptif dengan cara memberikan gambaran mengenai struktuk biaya dan juga penerimaan, serta kelayakan dalam pengembangan usahatani kopi. Analisis dilakukan meliputi analisis biaya yang dikeluarkan oleh petani, kemudian penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan produksi. untuk mengetahui pendapatn yang diperoleh petani dari usahatani yang diperoleh dari lokasi penelitian. Dari analisis yang diperoleh dilakukan analisis rasio manfaat atas biaya yang dikeluarkan yaitu Net B/C ratio, Payback Period (PP), Internal Rate of Return (IRR), Net Value Present (NPV), dan analisis switching value.

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer melalui program Microsoft Excel Windows 2007 dan juga dengan bantuan kalkulator kemudian dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Nilai input maupun output yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial merupakan hasil rata-rata output atau input petani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan.


(31)

4.5 Analisis Aspek Finansial

Kriteria penilaian investasi didalam menganalisa aspek finansial, dengan pengembalian investasi yang disertai keuntungan pada masa yang akan datang antara lain : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Setiap kriteria memberikan hasil sesuai dengan present value dan juga tingkat suku bunga yang relevan dari arus kas selama umur usaha.

1. Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al (2009) Net Present Value merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui perbandingan present value dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran investasi. Untuk memperoleh nilai NPV tidak terlepas dari aliran kas masuk dan juga kas keluar serta tingkat suku bunga yang relevan. Apabila hasil perhitungan NPV positif maka investasi yang dilakukan akan memberikan hasil yang maksimal dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya apabila nilai NPV yang dihasilkan negatif maka investasi yang dilakukan akan memberikan hasil lebih rendah dari tingkat suku bunga yang relevan. Namun apabila nilai NPV sama dengan nol maka tingkat pengembalian terhadap investasi yang dilakukan tidak rugi maupun menguntungkan atau dengan kata lain impas. Secara matematis, nilai NPV dapat ditulis seperti berikut :

t n t i Ct Bt NPV ) 1 ( 1   

 Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun ke 1 hingga 15 Ct = Biaya pada tahun ke 1 hingga 15

n = 15 tahun

i = Tingkat suku bunga

t = dimulai tahun ke-1

2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2010) metode Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui tingkat suku bunga yang menyamakan present value dari arus kas yang akan datang. Pada prinsipnya metode IRR digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya dengan menetapkan nilai NPV sama dengan nol. Kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Internal Rate of Return adalah apabila suatu investasi yang akan dilakukan dinyatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman maka investasi tidak layak dilakukan. Untuk mengetahui nilai IRR digunakan rumus matematis sebagai berikut :

) (2 1

2 1

1

1 x i i

NPV NPV NPV i IRR     Dimana :


(32)

i1 = Tingkat suku bunga pada saat NPV bernilai positif i2 = Tingkat suku bunga pada saat NPV bernilai negatif NPV1 = Nilai NPV positif

NPV2 = Nilai NPV negatif 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010) metode Net B/C merupakan metode perbandingan yang merupakan rasio aktivitas jumlah present value penerimaan bersih yang bernilai positif dengan present value pengeluaran investasi slama umur ekonomis usaha yang bernilai negatif. Net B/C merupakan bentuk lain dari pendekatan nilai NPV karena kedua metode ini menggunakan variabel yang sama. Karena itu, kriteria kelayakan investasi melalui metode Net B/C adalah apabila nilai yang diperoleh lebih besar dari satu maka investasi layak dilakukan. Dan sebaliknya apabila nilai Net B/C diperoleh lebih kecil dari satu maka investasi tidak layak dilakukan. Untuk menentukan nilai Net B/C dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

  PVnegatif PVpositif C B Net Dimana :

PV positif = present value yang bernilai positif (kas bersih) PV negatif = present value yang bernilai negatif (biaya investasi) 4. Payback Period (PP)

Menurut Umar (2010), Payback Period merupakan metode yang

digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi dari aliran kas bersih. Suatu investasi layak dilakukan apabila payback period lebih singkat dibandingkan periode payback maximum, sebaliknya jika jangka waktu payback period lebih panjang dibandingkan periode period maximum maka investasi tidak layak dilakukan. Rumus untuk menghitung payback period (Nurmalina et al)sebagai berikut :

        n i x Ab I PP ) 1 ( 1 ] [ 2 Dimana:

I = Investasi

Ab = Aliran kas bersih tahunan

4.6 Asumsi teknis

1. Biaya investasi yang dilakukan petani pada tahun pertama melakukan usahatani kopi adalah dalam jumlah nilai rupiah yang berlaku pada tahun berjalan.


(33)

2. Discount factor yang digunakan adalah 6 persen pembulatan dari 5,75 persen per Desember 2012 berdasarkan suku bunga Bank Indonesia.

3. Petani kopi arabika menjalankan usahatani kopi dengan umur tanaman rata-rata sepuluh tahun.

4. Harga kopi uang digunakan adalah harga petani kopi daerah penelitian kepada pedagang pengumpul.

5. Penyusutan sarana produksi dengan menggunakan metode garis lurus.

6. Hasil produksi tanaman umur 11 hingga 15 tahun diperoleh dari penyuluh perkebunan Kecamatan Dolok Panribuan.

5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Letak Geografis, Penduduk dan Mata Pencaharian

Kecamatan Dolok Panribuan merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan ini berada pada ketinggian 800-1250 m diatas permukaan laut dan memiliki iklim dengan suhu rata 20-25,5 derajat Celsius. Secara geografis batas-batas wilayah Kecamatan Dolok Panribuan adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jorlang Hataran.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jorlang Hataran.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanah Jawa.

Jarak dari Kecamatan Dolok Panribuan yang memiliki luas sekitar 154,30 Km2 ke ibukota Kabupaten Simalungun sekitar 45 Km, dan kota Pematang Siantar sekitar 14 Km. Penggunaan lahan di Kecamatan Dolok Panribuan beragam diantaranya penggunaan lahan sawah seluas 3.152 Ha, lahan ladang seluas 3.063 Ha, lahan perkebunan seluas 570.24 Ha dan luas hutan produksi sekitar 9.000 Ha.

Jumlah penduduk Kecamatan Dolok Panribuan pada tahun 2010 sebanyak 17.947 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 116 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kecamatan terdiri dari 12.057 orang pria dan 12.841 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar 4.608 KK (Tabel 11).

Tabel 11 Banyaknya penduduk di Kecamatan panribuan menurut kelompok usia tahun 2010

No Batas Usia(Tahun) Jumlah (Jiwa)

1 0 – 5 3 690

2 6 – 11 5 628

3 12 – 14 3 058

4 15 – 17 1 396

5 18 Tahun ke atas 11 126


(34)

Dari Tabel 11, diketahui total jumlah penduduk Kecamatan Dolok Panribuan adalah sebesar 24,898 Jiwa dan tingkat usia 18 tahun keatas lebih banyak yaitu 11,126 Jiwa. Sebagian besar penduduk Kecamatan Dolok Panribuan memiliki tingkat pendidikan yang beragam seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 12 Jumlah penduduk Kecamatan dolok panribuan menurut tingkat tahun 2010

No Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 SD 4 257

2 SMP 3 731

3 SMA 2 904

4 Perguruan Tinggi 332

Sumber : Data Monografi Kecamatan Dolok Panribuan, 2010

Tabel 12, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Dolok Panribuan masih tergolong rendah dilihat pada tabel tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah Sekolah Dasar berjumlah 4,257 Jiwa, sedangkan pada tingkatan Sekolah Menengah Atas hanya mencapai 2,904 Jiwa orang. Sesuai dengan kondisi penduduk setempat dapat dirinci menurut mata pencaharian yaitu bertani sebesar 62.31 persen, pemerintahan sebesar 5.17 persen, tenaga pengajar sebesar 15.79 persen, pedagang sebesar 1.80 persen, transportasi sebesar 1.42 persen, industri 0.23 persen, konstruksi 0.11 persen dan lainnya sebesar 13.17 persen.

5.2 Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Dolok Panribuan

Pendapatan masyarakat Kecamatan Dolok Panribuan rata-rata diperoleh dari sektor pertanian, karena bertani merupakan mata pencaharian utama. Namun demikian, masayarakat yang memiliki lapanagan pekerjaan yang berbeda juga mengelolah lahan pertanian sebagai usaha sampingannya. Penggunaan lahan yang dikelola masayarakat beragam sesuai dengan jenis komoditi yang dikelola oleh masayarakat setempat. Penggunaan lahan sawah oleh masyarakat seluas 3.152 Ha dipergunanakan untuk komoditi musiman seperti padi, sedangkan penggunaan lahan ladang seluas 3.063 Ha dipergunakan masyarakat untuk komoditi holtikultura seperti jagung, ataupu tanaman musiman lainnya.

Luas lahan perkebunan yang dimiliki oleh Kecamatan Dolok Panribuan mencapai 570.24 hektar, dikelola oleh masyarakat sekisar 500.44 hektar dan sekisar 69.8 dikelola oleh pemerintah dan swasta. Hasil perkebunan rakyat didaerah penelitian memiliki ragam komoditi (Tabel 13), namun komoditi perkebunan yang mendominasi di Kecamatan Dolok Panribuan adalah tanaman kopi yang mencapai 300 hektar. Untuk lahan kopi arabika hanya mencapai 89 hektar dari luas lahan perkebunan kopi. Selanjutnya diikuti oleh komoditi coklat dan kulit manis yang mencapai 85.62 dan 39 hektar.


(35)

Tabel 13 Jenis Komoditi Perkebunan Rakyat di Kecamatan Dolok Panribuan tahun 2010

Jenis Komoditi perkebunan Luas lahan (Ha)

Sawit 16.20

Kopi 300.00

Coklat 85.62

Cengkeh 8.00

Kulit manis 39.00

Kemiri 30.03

Aren 11.20

Pinang 10.39

5.3 Karakteristik Responden

Beberapa jenis karakteristik petani yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari umur jenis kelamin, luas lahan dan kepemilikan, tingkat pendidikan. Adapun jumlah responden dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan karakteristik yang ada, sebagian besar responden petani kopi arabika adalah berumur 50 tahun keatas dengan persentase 40 persen. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa petani responden rata-rata masih berada dalam usia yang produktif. Sedangkan yang memiliki umur relatif masih muda dan sangat produktif sebesar 60 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa budidaya tanaman kopi arabika masih diminati untuk diusahakan khususnya di Kecamatan Dolok Panribuan.

Tingginya tingkat pendidikan yang dileawati petani, sangat membantu petani dalam menerapkan teknologi pertanian yang akan digunakan dalam melaksanakan usahataninya. Dari tingkat pendidikan, responden sebagian besar menyelesaikan pendidikannya hanya sampai tingkat menengah pertama (SMP) yaitu sebesar 45 persen dari total responden. Sedangkan tingkat pendidikan tertinggi hanya sampai sekolah menengah atas (SMA) mencapai 30 persen dari jumlah responden yang ada.

Rata-rata responden memiliki luas lahan dibawah 5000 m2 yang mencapai 60 persen, hal ini menggambarkan bahwa petani responden merupakan petani kopi arabika yang memiliki luads lahan yang kecil. Sedangkan dari status kepemilikan lahan, kebanyakan petani responden memiliki lahan sendiri baik dari warisan ataupun dibeli mencapai 60 persen dari jumlah responden. Sedangkan petani reponden yang menyewa lahan hanya mencapai 40 persen yaitu sebanyak delapan orang.


(36)

Tabel 14 Karakteristik petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan

No Jenis

Karakteristik

Kategori Jumlah Total Persentase Total

1 Jenis Kelamin Laki-laki 16 20 80 100

Perempuan 4 20

2 Umur 30-39 tahun 6 20 30 100

40-50 tahun 6 30

> 50 tahun 8 40

3 Luas Lahan 0,1-0,4 Ha 12 20 60 100

0,5-1 Ha 7 35

> 1 Ha 1 5

4 Kepemilikan Lahan

Pribadi 3 20 15 100

Warisan 9 45

Sewa 8 40

5 Tingkat

Pendidikan

SD 5 20 25 100

SMP 9 45

SMA 6 30

Perguruan Tinggi

- -

6 Jumlah Anggota Keluarga

1-3 orang 4 20 20 100

4-6 orang 12 60

> 6 orang 4 20

7 Usaha

Sampingan

Wiraswasta 3 5 60 100

PNS 1 20

Buruh 1 20

Luas lahan yang dimiliki petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan sangat beragam. Dari jumlah responden petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, rata-rata luas lahan masih tergolong kecil untuk dijadikan lahan perkebunan yaitu seluas 0.50 ha. Dengan demikian dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Dolok Panribuan belum cukup produktif dalam memanfaatkan lahan sebagai lahan perkebunan.

Dalam melakukan usahatani kopi arabika, beberapa petani menggunakan lahan sendiri yang merupakan hasil warisan keluarga, namun ada juga yang menggunakan lahan sendiri dengan membeli lahan sendiri. Harga lahan di Kecamatan Dolok Panribuan per hektarnya adalah 80 juta rupiah berdasarkan harga tanah yang berlaku di lokasi penelitian. Sedangkan sebagian petani kopi lainnya dalam melakukan usahatani kopi arabika menggunakan lahan sewaan dengan harga sewa lahan per tahunnya adalah dua juta rupiah.

Jumlah responden yang memiliki usaha sampingan selain bertani sebanyak 25 persen dari total responden. Jenis usaha sampingan yang ditekuni oleh responden adalah sebagai pegawai negeri sipil yaitu bekerja sebagai pengajar dan dibidang pemerintahan, buruh tani,wiraswasta seperti berdagang.


(1)

Lampiran 7 Arus cashflow usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan dengan Nilai Switching Value

kenaikan upah TK 52.76 persen

URAIAN Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1.Produksi Kopi 0 14277671.17 81270263.91 114134541.4 222907243.7 231490486.3 203185008.8 193360766.1

3.Nilai Sisa

TOTAL INFLOW 0 14277671.17 81270263.91 114134541.4 222907243.7 231490486.3 203185008.8 193360766.1

OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI A. ALAT PERTANIAN

a. Cangkul 305000 305000 305000

b. Parang 63500 63500 63500

c. Cangkul garpu 26250 26250

d. Mesin penggiling 375000 375000

e. Ember 67500 67500 67500

f. Karung 7050 7050 7050 7050 7050 7050 7050 7050

g. Terpal 227000 227000 227000

h. Alat penyemprotan 787500

B. BIBIT 1495421.627

C. LAHAN 80000000

TOTAL BIAYA INVESTASI 83354221.63 7050 7050 670050 408300 7050 670050 7050 2. SEWA LAHAN

3. BIAYA PRODUKSI A. UPAH TENAGA KERJA

a. Pengolahan Lahan 12172463.31

b. Penanaman & Penyulaman 5496409.018

c. Penyiangan & Penggemburan 30758207.66 30758207.66 30758207.66 30758207.66 30758207.66 30758207.66 23676491.79 23676491.79

d. Pemangkasan 2559349.624 2559349.624 2559349.624

e. Pemupukan 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651

f. Penyemprotan 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003

g. Panen 11548285.57 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27

h. Pasca panen 10998367.21 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83


(2)

C.UREA 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381

D.NPK 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293

E.KCL 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079

F.GRAMOXONE 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061

TOTAL BIAYA PRODUKSI 61190022.45 66196830.96 133836789.3 133836789.3 133836789.3 136396138.9 129314423 129314423

4. PAJAK 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL OUT FLOW 144544244.1 66203880.96 133843839.3 134506839.3 134245089.3 136403188.9 129984473 129321473

NET BENEFIT -144544244.1 -51926209.79 -52573575.38 -20372297.86 88662154.37 95087297.37 73200535.74 64039293.1

DISCOUNT FACTOR 6% 0.943396226 0.88999644 0.839619283 0.792093663 0.747258173 0.70496054 0.665057114 0.627412371


(3)

Lampiran 7 Arus cashflow usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan dengan Nilai Switching Value

kenaikan upah TK 52.76 persen

URAIAN

9 10 11 12 13 14 15

INFLOW

1.Produksi Kopi 159185407.5 149378260.5 137700000 137700000 120487500 116185752 116185752

3.Nilai Sisa 498375

TOTAL INFLOW 159185407.5 149378260.5 137700000 137700000 120487500 116185752 116684127

OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI A. ALAT PERTANIAN

a. Cangkul 305000 305000

b. Parang 63500 63500

c. Cangkul garpu 26250 26250

d. Mesin penggiling 375000 375000

e. Ember 67500 67500

f. Karung 7050 7050 7050 7050 7050 7050 7050

g. Terpal 227000 227000

h. Alat penyemprotan 787500

B. BIBIT C. LAHAN

TOTAL BIAYA INVESTASI 408300 670050 794550 7050 1071300 7050 7050 2. SEWA LAHAN

3. BIAYA PRODUKSI A. UPAH TENAGA KERJA a. Pengolahan Lahan b. Penanaman & Penyulaman

c. Penyiangan & Penggemburan 23676491.79 23676491.79 23676491.79 23676491.79 23676491.79 23676491.79 23676491.79

d. Pemangkasan 2559349.624 2559349.624 2559349.624 2559349.624 2559349.624 2559349.624 2559349.624

e. Pemupukan 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651

f. Penyemprotan 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003

g. Panen 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27

h. Pasca panen 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83


(4)

C.UREA 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381

D.NPK 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293

E.KCL 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079

F.GRAMOXONE 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061

TOTAL BIAYA PRODUKSI 129314423 129314423 129314423 129314423 129314423 129314423 129314423

4. PAJAK 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL OUT FLOW 129722723 129984473 130108973 129321473 130385723 129321473 129321473

NET BENEFIT 29462684.45 19393787.45 7591026.953 8378526.953 -9898223.047 -13135721.05 -12637346

DISCOUNT FACTOR 6% 0.591898464 0.558394777 0.526787525 0.496969364 0.468839022 0.442300964 0.417265061

PV/TAHUN 17438917.66 10829389.62 3998858.304 4163871.208 -4640673.215 -5809942.087 -5273122.97

NPV 0.327166233

IRR 6%

PV POSITIF 182576636.6

PV NEGATIF -226718424

NET B/C 0.805301278


(5)

Lampiran 8 Laporan laba rugi usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan dengan Nilai Switching Value kenaikan upah Tenaga

kerja 52.76 persen

URAIAN Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

PENERIMAAN

1.Produksi Kopi 0 14277671.17 81270263.91 114134541.4 222907243.7 231490486.3 203185008.8 193360766.1

TOTAL PENERIMAAN 0 14277671.17 81270263.91 114134541.4 222907243.7 231490486.3 203185008.8 193360766.1

PENGELUARAN

3. BIAYA VARIABEL A. UPAH TENAGA KERJA

a. Pengolahan Lahan 12172463.31

b. Penanaman & Penyulaman 5496409.018

c. Penyiangan & Penggemburan 30758207.66 30758207.66 30758207.66 30758207.66 30758207.66 30758207.66 23676491.79 23676491.79

d. Pemangkasan 0 0 0 0 0 2559349.624 2559349.624 2559349.624

e. Pemupukan 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651 7491952.651

f. Penyemprotan 0 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003 45826.53003

g. Panen 0 11548285.57 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27 46193142.27

h. Pasca panen 0 10998367.21 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83 43993468.83

B.KOMPOS 5149912.371 5149912.371 5149912.371 5149912.371 5149912.371 5149912.371 5149912.371 5149912.371

C.UREA 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381 23095.2381

D.NPK 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293 72188.56293

E.KCL 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079 25793.65079

F.GRAMOXONE 0 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061 83201.53061

TOTAL BIAYA VARIABEL 61190022.45 66196830.96 133836789.3 133836789.3 133836789.3 136396138.9 129314423 129314423

LABA KOTOR -61190022.45 -51919159.79 -52566525.38 -19702247.86 89070454.37 95094347.37 73870585.74 64046343.1

BIAYA TETAP

A. PENYUSUTAN ALAT INVESTASI 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667

TOTAL BIAYA TETAP 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667 424966.6667

LABA BERSIH -61614989.12 -52344126.46 -52991492.04 -20127214.53 88645487.71 94669380.71 73445619.08 63621376.43


(6)

kenaikan upah Tenaga kerja 52.76 persen

URAIAN

9 10 11 12 13 14 15

PENERIMAAN

1.Produksi Kopi 159185407.5 149378260.5 137700000 137700000 120487500 116185752 116185752

TOTAL PENERIMAAN 159185407.5 149378260.5 137700000 137700000 120487500 116185752 116185752

PENGELUARAN

3. BIAYA VARIABEL A. UPAH TENAGA KERJA a. Pengolahan Lahan b. Penanaman & Penyulaman

c. Penyiangan & Penggemburan 23676491.79 23676491.79 23676492 23676492 23676491.79 23676491.79 23676491.79

d. Pemangkasan 2559349.624 2559349.624 2559349.6 2559349.6 2559349.624 2559349.624 2559349.624

e. Pemupukan 7491952.651 7491952.651 7491952.7 7491952.7 7491952.651 7491952.651 7491952.651

f. Penyemprotan 45826.53003 45826.53003 45826.53 45826.53 45826.53003 45826.53003 45826.53003

g. Panen 46193142.27 46193142.27 46193142 46193142 46193142.27 46193142.27 46193142.27

h. Pasca panen 43993468.83 43993468.83 43993469 43993469 43993468.83 43993468.83 43993468.83

B.KOMPOS 5149912.371 5149912.371 5149912.4 5149912.4 5149912.371 5149912.371 5149912.371

C.UREA 23095.2381 23095.2381 23095.238 23095.238 23095.2381 23095.2381 23095.2381

D.NPK 72188.56293 72188.56293 72188.563 72188.563 72188.56293 72188.56293 72188.56293

E.KCL 25793.65079 25793.65079 25793.651 25793.651 25793.65079 25793.65079 25793.65079

F.GRAMOXONE 83201.53061 83201.53061 83201.531 83201.531 83201.53061 83201.53061 83201.53061

TOTAL BIAYA VARIABEL 129314423 129314423 129314423 129314423 129314423 129314423 129314423

LABA KOTOR 29870984.45 20063837.45 8385577 8385577 -8826923.047 -13128671.05 -13128671.05

BIAYA TETAP

A. PENYUSUTAN ALAT INVESTASI 424966.6667 424966.6667 424966.67 424966.67 424966.6667 424966.6667 424966.6667

TOTAL BIAYA TETAP 424966.6667 424966.6667 424966.67 424966.67 424966.6667 424966.6667 424966.6667