pertanian yang masih sangat tradisional. Seperti dalam pengolahan lahan, petani masih menggunakan sumber daya manusia dibandingkan dengan menggunakan
mesin pertanian. Hal ini menyebabkan pengolahan lahan menjadi lama dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak hanya masa pengolahan lahan saja
tetapi masa pasca panen, petani juga masih menggunakan mesin giling yang sangat tradisional sehingga hasil penggilingan biji kopi yang dihasilkan kurang
sempurna. Peralatan yang digunakan petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 17 Rata-rata penggunaan peralatan pertanian usahatani kopi arabika
Kecamatan Dolok Panribuan
Jenis peralatan Rata-rata jumlah unit
Harga satuan Rp Umur Ekonomis Th
Cangkul 4
84000 3
Cangkul garpu 1
25000 4
Parang 2
35000 3
Mesin penggilingan
1 322500
4 Ember
3 25250
3 Karung
2 3000
1 Terpal
2 100000
3 Alat penyemprotan
1 750000
10 Total
15 1344750
Tahapan usahatani kopi arabika melalui beberapa tahapan yaitu mulai dari pengelolaan lahan, penanaman, panen dan pasca panen.
Pengolahan lahan, dilakukan petani untuk mempersiapkan lahan dalam melakukan usahatani kopi arabika sebagai proses awal. Pengolahan lahan dilakukan untuk
menstabilkan kondisi tanah seperti membersihkan lahan dari rumput, pembajakan lahan dan membuat lubang. Waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan lahan yang
akan ditanami tergantung luas lahan yang diolah dan juga jumlah tenaga kerja yang digunakan Tabel 18. Setelah itu, petani membuat lubang tanaman dengan
ukuran 60 x 60 x 60 cm, sedangkan jarak tanam antar lubang beragam. Setelah membuat lubang, petani memberikan pupuk kompos sebagai dasar tanaman dan
dibiarkan selama satu hari untuk memperoleh matahari dan menetralkan unsur hara dalam tanah.
Setelah proses pengolahan lahan selesai, benih kopi arabika kemudian ditanam. Setelah satu minggu dari masa penanaman, petani memperhatikan
kembali bibit kopi yang perlu diganti. Proses ini dinamakan proses penyulaman. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam proses penanaman dan penyulaman
adalah 5.71 HOK. Proses pengolahan lahan, penanaman dan penyulaman hanya dilakukan pada tahun pertama yaitu pada awal musim tanam. Berbeda dengan
masa pengolahan dan penanaman proses pemeliharaan yaitu pemupukan, penyiangan dan penggemburan, pemangkasan, panen dan pasca panen serta
penyemprotan dilakukan setelah musim tanam. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada masa pemupukan adalah 26.67 HOK sedangkan penyiangan dan
penggemburan dilakukan sebanyak 48 HOK. Kegiatan penyiangan dan penggemburan dilakukan oleh petani kopi setiap bulannya dari tahun penanaman
hingga tahun kesepuluh umur tanaman. Hal ini dilakukan guna menghindari tanaman dari kelembaban lahan yang meningkat, sehingga tanaman terhindar dari
penyakit bunga bintang. Sedangkan pada tahun ke-11 hingga ke-15, pemangkasan
dilakukan satu kali dalam setahun dengan rata-rata penggunaan tenaga kerja 5.362 HOK. Untuk penggunaan tenaga kerja penyemprotan digunakan lebih sedikit
yaitu sekitar 0.25 HOK. Sedangkan untuk masa panen dan pasca panen membutuhkan tenaga kerja sebanyak 20.88 HOK dan 113.14 HOK. Pada proses
pasca panen yang dilakukan adalah pengelupasan kulit ari kopi arabika dengan menggunakan mesin giling dan mengeringkan biji kopi yang telah dibersihkan
dari kulit arinya. Setelah kadar air dari biji kopi berkurang, petani mengemasnya kedalam karung yang telah disediakan.
Tabel 18 Jumlah penggunaan tenaga kerja usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan
Tahap Kegiatan tahun ke -1
tahun ke-2 hingga ke-15 Biaya
Tenaga Kerja
rata-rata HOKha
Jumlah TK
jiwa rata-rata
HOKha Jumlah TK
jiwa pengolahan
14.84 10
0.00 -
35 000 penanaman dan penyulaman
6.15 9
0.00 -
35 000 penggemburan dan
penyiangan 53.05
8 53.05
8 35 000
pemangkasan -
5.12 5
35 000 pemupukan
29.91 5
29.91 5
35 000 penyemprotan
- 0.50
3 30 000
panen -
78.99 6
35 000 pasca panen
- 111.91
5 35 000
Sedangkan gambar skema pola proses produksi usahatani kopi arabika yang dilakukan petani dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3 Skema Proses Usahatani Kopi Arabika
Pengolahan lahan Pembuatan Lubang
Penanaman Pemeliharaan :
Penyiangan
Penggemburan
Pemupukan
Panen Pasca Panen
6.2.3 Lokasi usahatani kopi arabika
Lokasi usahatani kopi arabika terletak di desa Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang berada pada
ketinggian 1 000 meter diatas permukaan laut dengan iklim bersuhu 22 derajat celcius
. Pemilihan lokasi produksi dilakukan dengan beberapa aspek yaitu: 1.
Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
dalam melakukan usahatani. Hal ini dikarenakan tenaga kerja merupakan sumber daya yang mampu menggerakkan kelangsungan kegiatan proses produksi selama
umur tanaman. Masyarakat desa Pondok bulu rata-rata bermata pencaharian sebagai petani, dengan demikian tenaga kerja yang digunakan dalam mengelola
usahatani kopi arabika dimulai dari proses pengolahan lahan, pembuatan lubang, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemetikan serta pasca panen adalah
gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.
Upah rata-rata tenaga kerja di Kecamatan Dolok Panribuan adalah 35.000 rupiah per hari baik tenaga kerja laki-laki maupun tenaga kerja perempuan,
dengan lama kerja per HOK yaitu enam jam per hari dimulai dari pukul 8.00- 12.00 Wib kemudian dilanjut pada pukul 13.00-15.00 Wib. Kegiatan pengolahan
lahan dan juga pembuatan lubang dan penyemprotan dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki, sedangkan kegiatan penanaman, pemupukan serta penyiangan dilakukan
oleh tenaga kerja laki-laki dan perempuan dan untuk kegiatan pasca panen dilakukan oleh perempuan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani
kopi arabika baik secara satuan luas lahan maupun satuan hektar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
2. Fasilitas transportasi
Kondisi sarana dan prasarana transportasi umum di desa Pondok Bulu kurang mendukung kelancaran aktivitas kegiatan ekonomi maupun non-ekonomi
masyarakat desa, hal ini dikarenakan rata-rata fasilitas jalan aspal menuju lokasi usaha kurang baik. Untuk alat tranportasi yang digunakan dalam membantu proses
pendistribusian dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan menggunakan mobil pick-up. Para petani memperoleh pupuk anorganik dari pedagang eceran
menggunakan motor pribadi sebagai kendaraan, dan untuk memperoleh pupuk kompos petani tidak terlalu sulit karena distributor pupuk kompos langsung
mendatangi petani untuk menyuplai kebutuhan petani.
Dari hasil analisis aspek teknis, dapat dikatan bahwa usahatani kopi arabika yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Dolok Panribuan masih layak
untuk dijalankan karena struktur lahan, dan juga tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani kopi arabika tidak memiliki hambatan,
namun dari segi transportasi usahatani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan masih kurang mendukung untuk dikembangkan.
6.3 Aspek Manajemen
Faktor produksi sangat membengaruhi jalannya suatu usahatani. Para petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan belum memiliki kelompok
tani, oleh karena itu pengelolaan faktor produksi masih sangat tradisional dilakukan. Penggunaan faktor produksi dalam mengelola usahatani kopi arabika,
rata-rata petani menggunakan tenga kerja dari dalam keluarga, dengan demikian secara ekonomi petani tidak mengeluarkan biaya upah tenaga kerja. Namun
beberapa proses produksi, para petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga seperti proses pengolahan lahan, penanaman, dan penggemburan serta
penyiangan. Oleh karena itu, petani mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja Lampiran. Selain sumber daya manusia, faktor produksi yang berpengaruh
lainnya adalah lahan. Lahan merupakan jenis investasi dalam menjalankan usahatani. Rata-rata para petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan
mengusahakan lahan yang milik orang lain, dan biaya sewa per satuan hektar yang dikenakan kepada para petani adalah dua juta rupiah. Sedangkan yang merupakan
lahan pribadi, rata-rata merupakan hasil pemberian atau sebagai warisan keluarga. Untuk harga lahan per satuan hektar di Kecamatan Dolok Panribuan adalah
sebesar 80 juta rupiah. Rata-rata luas yang dikelola oleh petani untukusahatani kopi arabika adalah 0.53 hektar.
6.4 Aspek Hukum
Berbeda dengan jenis perusahaan yang terbentuk dengan badan hokum seperti CV, Firma, Koperasi, Perseroan, maupun Perusahaan, dari aspek hukum
bentuk usaha yang dijalankan oleh petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan dapat dikategorikan sebagai badan usaha pribadi atau keluarga. Karena
modal yang diperoleh petani untuk memulai usahanya untuk melakukan budidaya kopi arabika adalah modal sendiri. Keuntungannya adalah hasil penjualan
produksi perkebunan kopi arabika yang dikelola oleh petani, dapat dinikmati sendiri dan juga keluarganya seutuhnya. Sedangkan kelemahannya adalah segala
bentuk kerugian dan risiko ditanggung sendiri oleh petani kopi arabika. Dari segi aspek hukum usahatani kopi arabika layak dilakukan apabila, petani memiliki hak
atas lahan yang dikelolanya yaitu sertifikat kepemilikan lahan. Dan rata-rata petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan memiliki sertifikat
kepemilikan lahan atas lahan yang diusahakan dalam budidaya kopi arabika.
6.5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Kecamatan Dolok Panribuan merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan usahatani dibidang perkebunan, demikian halnya dengan budidaya
kopi arabika yang dilakukan oleh petani setempat. Manfaat yang dapat dirasakan oleh masayarakat diantaranya mengurangi tingkat pengangguran di daerah
penelitian dan juga meningkatkan jumlah pendapatan bagi petani lainnya yang berprofesi ganda sebagai buruh tani. Dengan demikian, baik petani maupun
masyarakat sekitar dapat memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani, dan juga berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian
Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun.
Dari segi lingkungan penggunaan pupuk kandang yang lebih banyak digunakan oleh petani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan, daripada pupuk
kimia dapat mengurangi kerusakan lingkungan. Selain itu tanaman kopi yang memiliki akar tunggang, sangat bermanfaat pada lahan yang memiliki tingkat