petani melalui pedagang pengumpul secara umum dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2 Saluran pemasaran kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan Pada saluran pemasaran kopi arabika yang dilakukan petani adalah hanya
sampai tahap pengemasan. Kemudian pedagang pengumpul kecil langsung mendatangi petani kopi arabika dan melakukan transaksi dengan petani kopi.
Harga kopi arabika yang diterima petani disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku yaitu 15300 rupiahkg. setelah kopi terkumpul dari petani, maka pedagang
pengumpul melakukan transaksi perdagangan komoditi kopi kepada pedagang pengumpul besar sesuai dengan harga yang berlaku. Setelah itu, pedagang
pengumpul besar mendistribusikan hasil panen kepada pihak industri yang mengelola biji kopi.
Berdasarkan analisis potensi pasar kopi arabika di KecamatanDolok Panribuan, melalui peluang pasar dan penawaran dari petani maka usahatani kopi
arabika di daerah penelitian masih layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hal ini terlihat bahwa permintaan akan kopi arabika masih cukup luas dan harga
yang diperoleh petani dari hasil penjualan masih sesuai dengan pasar.
6.2 Analisis Aspek Teknis
Aspek teknis dalam usahatani kopi arabika mencakup lokasi usahatani, besar skala ataupun luas lahan yang digunakan dalam melakukan usahatani,
proses produksi dan juga teknologi yang digunakan oleh petani selama masa produksi.
6.2.1 Skala usaha
Petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan memiliki luas lahan yang berskala kecil dan sedang yaitu 0,2 hektar hingga dua hektar, produksi yang
diperoleh petani dari hasil usahatani kopi arabika cukup untuk memenuhi permintaan pasar lokal. Namun untuk saat ini, hasil produksi petani akan kopi
arabika masih dianggap belum mampu bersaing dengan Kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Simalungun. Karena peluang pasar untuk kopi arabika secara
regional yaitu Kabupaten Simalungun mulai meningkat, dan peluang untuk meningkatkan keuntungan dapat diperoleh dengan memperluas skala usaha
ataupun meningkatkan jumlah produksi.
Petani Pedagang
Pengumpul desa Pedagang Pengumpul
besar Industri biji
kopi Petani
Pedagang Pengumpul desa
Pedagang Pengumpul besar
Industri biji kopi
6.2.2 Input Produksi dan Proses Produksi
Untuk menjalankan usahanya, petani membutuhkan input produksi. Petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan selain lahan sebagai media usahatani,
menggunakan input produksi yaitu bibit, pupuk kandang atau kompos, pupuk anorganik dan pestisida.
Penggunaan bibit beragam, sesuai dengan luas lahan dan juga jarak tanam yang dilakukan oleh petani. Bibit yang digunakan petani, diperoleh dari Dinas
Perkebunan Kecamatan Dolok Panribuan dengan harga 1,100 rupiah per batang. Sedangkan untuk pupuk kandang atau kompos petani memperolehnya dari
supplier yang langsung mendatangi lokasi petani, dan untuk pupuk anorganik petani memperolehnya dari kios atau warung atau dari pasar lokal dengan
menggunakan motor pribadi. Pupuk anorganik yang digunakan petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan ada tiga jenis yaitu Urea, NPK dan KCL,
sedangkan pestisida yang digunakan adalah Gramoxone.
Tabel 16 Penggunaan input usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan Jenis input produksi
Rata-rata Penggunaan input produksi Harga per
satuan Rp Tahun ke-1
Tahun ke-2 hingga ke-15
Lahan 0.50
- 80 000 000
Bibit batang 1 359.47
- 1 100
Pupuk kandang kg 1 931.20
1 931.20 700
Urea kg 11.55
11.55 2 000
NPK kg 48.13
48.13 1 500
KCL kg 9.92
9.92 2 600
Gramoxone l 0.85
45 000 Dalam penggunaan input produksi, sebelum melakukan penanaman petani
melakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos. Penggunaan pupuk kompos dilakukan tiga bulan sekali,
petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan menggunakan lebih banyak pupuk kompos dibandingkan dengan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
kandang atau kompos sebanyak empat kali didalam satu dengan rata-rata penggunaan 857.14 kg, sedangkan penggunaan pupuk anorganik dilakukan
sebanyak dua kali dalam satu tahun yaitu enam bulan sekali. Pupuk anorganik yang digunakan petani beragam sesuai dengan jenis lahan yang mereka kelola.
Untuk penggunaan pupuk urea, rata-rata penggunaan sebanyak 10.48 kilogram, sedangkan NPK sebanyak 22.14 kilogram dan KCL sebanyak 5.24 kilogram.
Jumlah rata-rata penggunaan pupuk anorganik lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang, hal ini terjadi karena tidak semua petani kopi arabika
menggunakan pupuk anorganik. Demikian halnya dengan penggunaan pestisida , petani menggunakan pestisida sekali dalam satu tahun. Pestisida digunakan hanya
untuk mencegah gangguan hama oleh para petani, namun tidak semua petani menggunakan pestisida. Karena itu, produksi kopi arabika yang dihasilkan oleh
petani di Kecamatan Dolok Panribuan minim akan pestisida.
Selain penggunaan input, untuk mengelola usahatani kopi arabika petani menggunakan peralatan pertanian dan mesin. Namun, di Kecamatan Dolok
Panribuan para petani kopi arabika masih menggunakan peralatan dan mesin