Rumusan Masalah Kelayakan usahatani kopi arabika di kecamatan dolok panribuan, kabupaten simalungun sumatera utara
2,822.10 Ha dan luas lahan kopi jenis arabika seluas 6,788.20 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Simalungun merupakan daerah yang
tinggi dari permukaan laut. Dengan luas lahan 6,788.20 Ha, Kabupaten Simalungun mampu memproduksi kopi arabika sebanyak 7,602.72 ton data
statistik perkebunan Sumatera Utara 2010. Salah satu Kecamatan yang menghasil kopi arabika di daerah Simalungun adalah Kecamatan Dolok Panribuan. Sebagian
besar masyarakat Kecamatan Dolok Panribuan menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian salah satunya adalah usahatani kopi arabika. Namun dalam beberapa
waktu terakhir, jumlah produksi kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hama yang
menyerang tanaman kopi yang menyebabkan biji kopi membusuk maupun batang pohon kopi mengalami pembusukan. Pengolahan dan penanganan yang masih
dilakukan secara tradisional juga mempengaruhi kualitas produksi biji kopi arabika dan berdampak terhadap harga jual produksi. Jumlah produksi yang
menurun dan penanganan petani terhadap hama yang menyerang tanaman kopi secara tradisional sangat ditentukan oleh harga pupuk dan insektisida yang tidak
tetap. Sedangkan perbedaan harga jual ditingkat petani dengan distributor sangat jauh berbeda. Harga biji kopi kering ditingkat petani hanya mencapai 15,300
rupiah per kilogramnya, sedangkan harga ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini
menyebabkan petani menggunakan pupuk yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimalTabel 10.
Tabel 10 Luas lahan, jumlah produksi dan produktivitas komoditi kopi Kecamatan
Dolok Panribuan Tahun 2006-2011
Tahun Luas Lahan Ha
Jumlah Produksi Ton
Jumlah Produktivitas TonHa
2006 119.75
165.23 1.38
2007 126.06
172.65 1.37
2008 125.63
169.56 1.35
2009 125.02
171.65 1.37
2010 125.02
167.09 1.34
2011 122.08
137.86 1.13
Sumber : Kantor Kecamatan Dolok Panribuan. 2012
Penurunan produksi tanaman kopi di daerah Kecamatan Dolok Panribuan juga sangat dipengaruhi perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani
kopi. Akibat biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama
maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani cenderung
menghiraukan pohon kopi yang tidak berproduksi dengan tanaman semusim seperti jagung.
Dengan modal yang tidak terlalu besar dengan memanfaatkan lahan kopi serta waktu tanam hingga masa panen tidak terlalu lama maka petani kopi arabika
di Kecamatan Dolok Panribuan memilih jagung sebagai tanaman selingan. Dengan nilai jual komoditi jagung yang cukup stabil pada tahun 2012 yaitu
sebesar 4,000 rupiah per kilogram di daerah Sumatera Utara Pusdatin Departemen Pertanian, 2012, sangat membantu pendapatan petani kopi dari hasil
produksi jagung yang diusahakan. Selain itu, masa produksi tanaman jagung yang
tidak terlalu lama dibandingkan tanaman kopi membuat petani mudah untuk menghiraukan tanaman kopi arabika yang telah mereka usahakan sebelumnya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani
kopi. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana kelayakan usahatani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan,
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara berdasarkan aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek pasar?
2. Bagaimana kelayakan finansial usahatani kopi yang dilakukan oleh petani di
Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara selama sepuluh tahun umur tanaman kopi?
3. Bagaimanakah pengaruh yang terjadi terhadap manfaat switching value
yang diperoleh petani kopi di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara apabila terjadi perubahan beberapa variabel
yang mempengaruhi biaya dan penerimaan?