Analisis Laba Rugi Kelayakan usahatani kopi arabika di kecamatan dolok panribuan, kabupaten simalungun sumatera utara

Tabel 24 Rata-rata Hasil Analisis Laba Rugi Usahatani Kopi Arabika Kecamatan Dolok Panribuan per Hektar Th Uraian Total inflow Total biaya variabel Laba kotor Total biaya tetap Laba bersih 1 0.00 41877972.24 -41877972.20 424966.67 -42302938.90 2 14277671.17 45184376.77 -30906705.60 424966.67 -31331672.27 3 81270263.91 89464376.77 -8194112.86 424966.67 -8619079.53 4 114134541.00 89464376.80 24670164.70 424966.67 24245197.99 5 222907243.70 89464376.77 133442866.90 424966.67 133017900.22 6 231490486.30 91139836.14 140350650.20 424966.67 139925683.48 7 203185008.80 77716080.23 112045172.70 424966.67 125043961.90 8 193360766.10 77716080.23 102220930.00 424966.67 115219719.20 9 159185407.50 77716080.23 68045571.36 424966.67 81044360.60 10 149378260.50 77716080.23 58238424.36 424966.67 71237213.60 11 137700000.00 77716080.23 46560163.86 424966.67 59558953.10 12 137700000.00 77716080.23 46560163.86 424966.67 59558953.10 13 120487500.00 77716080.23 29347663.86 424966.67 42346453.10 14 116185752.00 77716080.23 25045915.86 424966.67 38044705.10 15 116185752.00 77716080.23 25045915.86 424966.67 38044705.10 Dalam perhitungan analisa laporan laba rugi selama melakukan usahatani kopi arabika, tidak menemukan biaya bunga pinjaman. Hal ini disebabkan petani tidak melakukan peminjaman terhadap lembaga keuangan dalam menjalankan usahanya. Jadi modal yang digunakan oleh petani adalah modal mandiri yaitu modal yang dikeluarkan oleh petani kopi arabika sendiri. Oleh karena itu, biaya bunga tidak mempengaruhi laba yang diperoleh petani selama melakukan usahataninya.

7.5 Analisis Switching Value

Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti switching value hingga memperoleh nilai NPV mendekati angka nol. Dari hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usahatani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan layak untuk dijalankan berdasarkan keempat kriteria yang telah dibahas. Namun keadaan tersebut terjadi apabila tidak terdapat perubahan atau hal lainnya bersifat cateris paribus. Namun apabila terjadi perubahan pada biaya variabel maupun harga jual produksi yang berubah maka hasil kelayakan finansial juga akan berubah. Dengan demikian, perlu dilakukan analisis switching value terhadap arus manfaat dan biaya. Didalam penelitian ini, beberapa asumsi yang digunakan untuk menganalisa perubahan manfaat dan biaya antara lain: a. Penurunan penjualan, yaitu harga jual yang terjadi di pasar mengalami kemerosotan harga, atau jumlah produksi yang menurun akibat tanaman diserang hama penyakit. b. Kenaikan harga pupuk dengan harga jual biji kopi tidak sepadan, yang mengakibatkan petani mengurangi penggunaan pupuk. Namun hal tersebut tidak terlalu menunjukkan perubahan yang signifikan dibandingkan dengan penurunan harga jual dan penurunan jumlah produksi. c. Biaya tenaga kerja diasumsikan tetap karena perubahan biaya tenaga kerja tidak terlalu signifikan, apabila dibandingkan dengan perubahan harga jual dan jumlah produksi. Hasil perhitungan switching value pada usahatani kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 25. Dari hasil analisis switching value diketahui bahwa batas optimal perubahan nilai yang dapat mempengaruhi komponen inflow seperti penurunan produksi dan harga jual, serta komponen outflow seperti kenaikan upah tenaga kerja dan biaya produksi. Berdasarkan perhitungan dan analisis switching value diketahui bahwa perubahan nilai batas optimal terhadap penurunan penjualan atau jumlah produksi adalah 34.15 persen. Hal ini menunjukkan kepada penanam modal bahwa penurunan produksi kopi arabika yang dapat ditoleransi sampai 34.15 persen dari hasil produksi dengan rata-rata 5892.929 kg per tahunnya. Sedangkan batas perubahan optimal terhadap harga jual adalah 28.94 persen, hal ini menunjukkan bahwa harga jual lebih sensitif terhadap perubahan nilai dibandingkan dengan jumlah produksi. Apabila perubahan harga jual mencapai batas 10871.46 rupiah harga kopi arabika per kilogramnya maka usahatani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun tidak layak lagi untuk diusahakan, karena petani maupun penanam modal akan sangat dirugikan. Sedangkan komponen outflow yang berpengaruh terhadap perubahan nilai maksimum meskipun tidak terlalu sensitif adalah kenaikan upah tenaga kerja yang mencapai 52.76 persen dari upah tenaga kerja biasanya yaitu sebesar 53396 rupiah per orang. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan upah tenaga kerja dapat ditoleransi hingga mencapai batas optimal sebesar 53 396 rupiah. Tabel 25 Hasil Analisis Switching Value Usahatani Kopi Arabika Kecamatan Dolok Panribuan