Tabel 14 Karakteristik petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan No
Jenis Karakteristik
Kategori Jumlah
Total Persentase
Total 1
Jenis Kelamin Laki-laki
16 20
80 100
Perempuan 4
20 2
Umur 30-39 tahun
6 20
30 100
40-50 tahun 6
30 50 tahun
8 40
3 Luas Lahan
0,1-0,4 Ha 12
20 60
100 0,5-1 Ha
7 35
1 Ha 1
5 4
Kepemilikan Lahan
Pribadi 3
20 15
100 Warisan
9 45
Sewa 8
40 5
Tingkat Pendidikan
SD 5
20 25
100 SMP
9 45
SMA 6
30 Perguruan
Tinggi -
- 6
Jumlah Anggota Keluarga
1-3 orang 4
20 20
100 4-6 orang
12 60
6 orang 4
20 7
Usaha Sampingan
Wiraswasta 3
5 60
100 PNS
1 20
Buruh 1
20 Luas lahan yang dimiliki petani kopi arabika di Kecamatan Dolok
Panribuan sangat beragam. Dari jumlah responden petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, rata-rata luas lahan masih tergolong kecil untuk
dijadikan lahan perkebunan yaitu seluas 0.50 ha. Dengan demikian dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Dolok Panribuan belum cukup produktif dalam
memanfaatkan lahan sebagai lahan perkebunan.
Dalam melakukan usahatani kopi arabika, beberapa petani menggunakan lahan sendiri yang merupakan hasil warisan keluarga, namun ada juga yang
menggunakan lahan sendiri dengan membeli lahan sendiri. Harga lahan di Kecamatan Dolok Panribuan per hektarnya adalah 80 juta rupiah berdasarkan
harga tanah yang berlaku di lokasi penelitian. Sedangkan sebagian petani kopi lainnya dalam melakukan usahatani kopi arabika menggunakan lahan sewaan
dengan harga sewa lahan per tahunnya adalah dua juta rupiah.
Jumlah responden yang memiliki usaha sampingan selain bertani sebanyak 25 persen dari total responden. Jenis usaha sampingan yang ditekuni oleh
responden adalah sebagai pegawai negeri sipil yaitu bekerja sebagai pengajar dan dibidang pemerintahan, buruh tani,wiraswasta seperti berdagang.
6 ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL
6.1 Analisis Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan hal terpenting didalam studi kelayakan suatu bisnis, baik didalam suatu perusahaan maupun dibidang perkebunan. Dibidang
pertanian, pemasaran merupakan wujud penawaran dan permintaan yang merupakan salah satu aspek utama dibidang agribisnis. Aspek pasar meliputi
rencana pemasaran hasil produksi dari hasil usahatani yang dilakukan oleh petani, dan rencana penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan untuk kelangsungan
usahatani dari hasil penjualan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis pemasaran dan bauran pemasaran.
6.1.1 Analisis Permintaan dan Penawaran
Potensi pasar arabika Kabupaten Simalungun memiliki peluang yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari peluang permintaan akan kopi arabika dari
Kabupaten Simalungun oleh beberapa pengusaha minuman seperti Starbuck dari beberapa Negara yang telah mengkonsumsi kopi arabika asal Kabupaten
Simalungun namun belum mengetahui asal produsen kopi yang dikonsumsi. Dengan adanya peluang pasar terhadap kopi arabika maka pemerintah Kabupaten
Simalungun melalui Dinas Perkebunan, melakukan kerjasama dengan investor dan instansi pemerintah yang berkaitan untuk melakukan pengembangan
pemasaran kopi yang diproduksi Kabupaten Simalungun. Namun, dengan peluang pasar yang cukup tinggi penawaran kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan
masih tergolong terbatas karena kurangnya informasi yang diperoleh petani tentang peluang pasar akan kopi arabika. Selain itu petani mengalami kesulitan
dalam hal sarana produksi yang masih tradisional, sehingga peningkatan terhadap hasil produksi kurang maksimal. Produksi kopi arabika yang dihasilkan petani
rata-rata 745.746 kilogram dari total dalam sepuluh tahun per bulannya, dari jumlah responden. Berdasarkan umur tanaman yang diteliti yaitu selama 15 tahun
rata-rata yang dihasilkan petani adalah 10 879. 35 kg per bulannya. Data rata-rata produksi kopi arabika pada umur tanaman sebelas hingga 15 tahun diperoleh dari
data hasil produksi dinas perkebunan kecamatan Dolok Panribuan. Kondisi ini menunjukkan bahwa peluang untuk mengembangkan tanaman kopi arabika di
Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, masih sangat tinggi.
Tabel 15 Rata-rata produksi kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan per hektar
Tahun ke
Hasil Panen per hektar Kg Persentase
produksi Rata-rata produksi per
bulan Rata-rata produksi per
tahun 1
0.00 0.00
0.00 2
77.77 933.18
1.04 3
442.65 5 311.78
5.94 4
621.65 7 459.77
8.34 5
1 214.10 14 569.10
16.28 6
1 260.84 15 130.10
16.91 7
1 106.67 13 280.07
14.84 8
1 053.16 12 637.96
14.12 9
867.02 10 404.28
11.63 10
813.61 9 763.29
10.91 11
750 9 000.00
10.06 12
750 9000.00
10.06 13
656.25 7875.00
8.80 14
632.82 7593.84
8.49 15
632.82 7593.84
8.49
Total 10 879.35
130 553.20 100
Pada tahun pertama, petani belum memperoleh hasil produksi dari usahatani kopi arabika. Kopi arabika mulai berbunga setelah satu tahun masa
tanam, dan rata-rata berproduksi setelah satu tahun tujuh bulan. Dengan demikian, petani mulai menerima hasil usahatani kopi arabika pada bulan delapan atau
kesembilan pada tahun kedua. Namun hasil yang diperoleh belum maksimal dikarenakan jumlah produksi yang masih sedikit. Petani melakukan panen dalam
sebulan dua kali yaitu pada minggu kedua dan minggu keempat.
Persentase produksi hasil panen berdasarkan luas lahan rata-rata meningkat pada tahun keenam yaitu mencapai 16.91 persen, namun pada tahun
ketujuh persentase produksi hasil panen mulai menurun yaitu 14.84 persen. Sedangkan persentase rata-rata produksi kopi arabika per satuan hektar meningkat
pesat pada tahun kelima yaitu mencapai 16,25 persen dan dilanjutkan pada tahun keenam mencapai 16.91 persen Tabel 15. Dengan demikian perbandingan
persentase rata-rata produksi berdasarkan luas lahan dan satuan hektar tidak terlalu signifikan. Jenis hasil panen yang dipasarkan oleh petani kopi adalah
berbentuk biji kopi yang sudah dikeringkan.
6.1.2 Analisis Saluran Pemasaran
Pada dasarnya petani bebas memilih dalam melakukan pemasaran hasil produksinya. Namun sejauh ini, petani memilih untuk menjual hasil taninya
kepada pedagang pengumpul yang mendatangi petani langsung. Selain praktis, petani kopi tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan transportasi untuk
memasarkan hasil panennya. Pendistribusian komoditi kopi yang dihasilkan oleh