6.2.2 Input Produksi dan Proses Produksi
Untuk menjalankan usahanya, petani membutuhkan input produksi. Petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan selain lahan sebagai media usahatani,
menggunakan input produksi yaitu bibit, pupuk kandang atau kompos, pupuk anorganik dan pestisida.
Penggunaan bibit beragam, sesuai dengan luas lahan dan juga jarak tanam yang dilakukan oleh petani. Bibit yang digunakan petani, diperoleh dari Dinas
Perkebunan Kecamatan Dolok Panribuan dengan harga 1,100 rupiah per batang. Sedangkan untuk pupuk kandang atau kompos petani memperolehnya dari
supplier yang langsung mendatangi lokasi petani, dan untuk pupuk anorganik petani memperolehnya dari kios atau warung atau dari pasar lokal dengan
menggunakan motor pribadi. Pupuk anorganik yang digunakan petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan ada tiga jenis yaitu Urea, NPK dan KCL,
sedangkan pestisida yang digunakan adalah Gramoxone.
Tabel 16 Penggunaan input usahatani kopi arabika Kecamatan Dolok Panribuan Jenis input produksi
Rata-rata Penggunaan input produksi Harga per
satuan Rp Tahun ke-1
Tahun ke-2 hingga ke-15
Lahan 0.50
- 80 000 000
Bibit batang 1 359.47
- 1 100
Pupuk kandang kg 1 931.20
1 931.20 700
Urea kg 11.55
11.55 2 000
NPK kg 48.13
48.13 1 500
KCL kg 9.92
9.92 2 600
Gramoxone l 0.85
45 000 Dalam penggunaan input produksi, sebelum melakukan penanaman petani
melakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos. Penggunaan pupuk kompos dilakukan tiga bulan sekali,
petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan menggunakan lebih banyak pupuk kompos dibandingkan dengan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
kandang atau kompos sebanyak empat kali didalam satu dengan rata-rata penggunaan 857.14 kg, sedangkan penggunaan pupuk anorganik dilakukan
sebanyak dua kali dalam satu tahun yaitu enam bulan sekali. Pupuk anorganik yang digunakan petani beragam sesuai dengan jenis lahan yang mereka kelola.
Untuk penggunaan pupuk urea, rata-rata penggunaan sebanyak 10.48 kilogram, sedangkan NPK sebanyak 22.14 kilogram dan KCL sebanyak 5.24 kilogram.
Jumlah rata-rata penggunaan pupuk anorganik lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang, hal ini terjadi karena tidak semua petani kopi arabika
menggunakan pupuk anorganik. Demikian halnya dengan penggunaan pestisida , petani menggunakan pestisida sekali dalam satu tahun. Pestisida digunakan hanya
untuk mencegah gangguan hama oleh para petani, namun tidak semua petani menggunakan pestisida. Karena itu, produksi kopi arabika yang dihasilkan oleh
petani di Kecamatan Dolok Panribuan minim akan pestisida.
Selain penggunaan input, untuk mengelola usahatani kopi arabika petani menggunakan peralatan pertanian dan mesin. Namun, di Kecamatan Dolok
Panribuan para petani kopi arabika masih menggunakan peralatan dan mesin
pertanian yang masih sangat tradisional. Seperti dalam pengolahan lahan, petani masih menggunakan sumber daya manusia dibandingkan dengan menggunakan
mesin pertanian. Hal ini menyebabkan pengolahan lahan menjadi lama dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak hanya masa pengolahan lahan saja
tetapi masa pasca panen, petani juga masih menggunakan mesin giling yang sangat tradisional sehingga hasil penggilingan biji kopi yang dihasilkan kurang
sempurna. Peralatan yang digunakan petani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 17 Rata-rata penggunaan peralatan pertanian usahatani kopi arabika
Kecamatan Dolok Panribuan
Jenis peralatan Rata-rata jumlah unit
Harga satuan Rp Umur Ekonomis Th
Cangkul 4
84000 3
Cangkul garpu 1
25000 4
Parang 2
35000 3
Mesin penggilingan
1 322500
4 Ember
3 25250
3 Karung
2 3000
1 Terpal
2 100000
3 Alat penyemprotan
1 750000
10 Total
15 1344750
Tahapan usahatani kopi arabika melalui beberapa tahapan yaitu mulai dari pengelolaan lahan, penanaman, panen dan pasca panen.
Pengolahan lahan, dilakukan petani untuk mempersiapkan lahan dalam melakukan usahatani kopi arabika sebagai proses awal. Pengolahan lahan dilakukan untuk
menstabilkan kondisi tanah seperti membersihkan lahan dari rumput, pembajakan lahan dan membuat lubang. Waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan lahan yang
akan ditanami tergantung luas lahan yang diolah dan juga jumlah tenaga kerja yang digunakan Tabel 18. Setelah itu, petani membuat lubang tanaman dengan
ukuran 60 x 60 x 60 cm, sedangkan jarak tanam antar lubang beragam. Setelah membuat lubang, petani memberikan pupuk kompos sebagai dasar tanaman dan
dibiarkan selama satu hari untuk memperoleh matahari dan menetralkan unsur hara dalam tanah.
Setelah proses pengolahan lahan selesai, benih kopi arabika kemudian ditanam. Setelah satu minggu dari masa penanaman, petani memperhatikan
kembali bibit kopi yang perlu diganti. Proses ini dinamakan proses penyulaman. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam proses penanaman dan penyulaman
adalah 5.71 HOK. Proses pengolahan lahan, penanaman dan penyulaman hanya dilakukan pada tahun pertama yaitu pada awal musim tanam. Berbeda dengan
masa pengolahan dan penanaman proses pemeliharaan yaitu pemupukan, penyiangan dan penggemburan, pemangkasan, panen dan pasca panen serta
penyemprotan dilakukan setelah musim tanam. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada masa pemupukan adalah 26.67 HOK sedangkan penyiangan dan
penggemburan dilakukan sebanyak 48 HOK. Kegiatan penyiangan dan penggemburan dilakukan oleh petani kopi setiap bulannya dari tahun penanaman
hingga tahun kesepuluh umur tanaman. Hal ini dilakukan guna menghindari tanaman dari kelembaban lahan yang meningkat, sehingga tanaman terhindar dari
penyakit bunga bintang. Sedangkan pada tahun ke-11 hingga ke-15, pemangkasan