Analisis Switching Value Kelayakan usahatani kopi arabika di kecamatan dolok panribuan, kabupaten simalungun sumatera utara
c. Biaya tenaga kerja diasumsikan tetap karena perubahan biaya tenaga kerja
tidak terlalu signifikan, apabila dibandingkan dengan perubahan harga jual dan jumlah produksi.
Hasil perhitungan switching value pada usahatani kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 25. Dari hasil analisis switching value diketahui bahwa batas
optimal perubahan nilai yang dapat mempengaruhi komponen inflow seperti penurunan produksi dan harga jual, serta komponen outflow seperti kenaikan upah
tenaga kerja dan biaya produksi. Berdasarkan perhitungan dan analisis switching value
diketahui bahwa perubahan nilai batas optimal terhadap penurunan penjualan atau jumlah produksi adalah 34.15 persen. Hal ini menunjukkan kepada
penanam modal bahwa penurunan produksi kopi arabika yang dapat ditoleransi sampai 34.15 persen dari hasil produksi dengan rata-rata 5892.929 kg per
tahunnya. Sedangkan batas perubahan optimal terhadap harga jual adalah 28.94 persen, hal ini menunjukkan bahwa harga jual lebih sensitif terhadap perubahan
nilai dibandingkan dengan jumlah produksi. Apabila perubahan harga jual mencapai batas 10871.46 rupiah harga kopi arabika per kilogramnya maka
usahatani kopi arabika di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun tidak layak lagi untuk diusahakan, karena petani maupun penanam modal akan
sangat dirugikan.
Sedangkan komponen outflow yang berpengaruh terhadap perubahan nilai maksimum meskipun tidak terlalu sensitif adalah kenaikan upah tenaga kerja yang
mencapai 52.76 persen dari upah tenaga kerja biasanya yaitu sebesar 53396 rupiah per orang. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan upah tenaga kerja dapat
ditoleransi hingga mencapai batas optimal sebesar 53 396 rupiah.
Tabel 25 Hasil Analisis Switching Value Usahatani Kopi Arabika Kecamatan Dolok Panribuan
Perubahan Persentase
Penurunan produksi 34.1495001
Penurunan harga jual 28.9446901
Kenaikan upah tenaga kerja 52.7551001
Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap usahatani kopi arabika, dapat disimpulkan bahwa pada komponen inflow harga jual lebih merespon
terhadap perubahan nilai dibandingkan dengan penurunan jumlah produksi. Sedangkan komponen outflow kenaikan upah tenaga kerja lebih merespon
dibanding dengan kenaikan biaya produksi seperti kenaikan harga pupuk hingga mencapai 75.8 persen belum mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh petani.
8 KESIMPULAN DAN SARAN