bersama. Dengan bahasa lain, ritual memberikan motivasi dan nilai-nilai mendalam bagi seseorang yang mempercayai dan mempraktekkan.
Sedangkan ritual menurut Turner dalam Prasetya, 2008:6 dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: pertama, ritual krisis hidup, artinya ritual yang berhubungan
dengan krisis hidup manusia. Manusia pada dasarnya akan mengalami krisis hidup, ketika dia masuk masa peralihan. Pada masa ini, manusia akan masuk dalam lingkup krisis
karena terjadi perubahan tahap hidup. Kedua, ritual gangguan, yaitu ritual sebagai negosiasi dengan roh agar tidak mengganggu hidup manusia. Turner juga menjelaskan
bahwa ritual memiliki fungsi penting bagi keberlangsungan hidup. Fungsi ritual tersebut antara lain: 1 ritual akan mampu mengintegrasikan dan menyatukan rakyat dengan
memperkuat kunci dan nilai utama kebudayaan melampaui dan di atas individu atau kelompok. Ritual menjadi alat pemersatu atau integritas; 2 ritual juga menjadi sarana
pendukungnya untuk mengungkapkan emosi, khususnya nafsu-nafsu negatif, 3 ritual akan mampu melepaskan tekanan-tekanan sosial.
Berdasarkan dari penjelasan mengenai ritual di atas, dapat dikatakan bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang unik, bersifat khas yang sarat akan makna, memiliki
suatu kekuatan tertentu, dan juga mencerminkan identitas diri sebagai fenomena budaya. Dapat dikatakan juga, ritual sering bertolak belakang atau berbeda dalam praktek dan
penerapan keyakinan serta agama. Namun demikian, antara ritual dan agama, keduanya sering bertemu dan hal ini sangat sering kita jumpai dalam praktek di kehidupan
masyarakat atau individu penganut ritual tersebut.
2.1.3 Masyarakat Suku Bonai Riau
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat suku Bonai merupakan salah masyarakat suku asli yang terdapat di Provinsi Riau. Masyarakat suku Bonai ini berdomisili di kawasan sepanjang sungai
Rokan yang menghubungkan dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Rokan Hilir. Di dua Kabupaten inilah masyarakat suku Bonai tinggal dan
menetap. Namun demikian, jumlah masyarakat suku Bonai yang mendiami Kabupaten Rokan Hulu lebih mayoritas dibandingkan dengan masyarakat Bonai yang mendiami
Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan informasi dari wawancara dengan salah seorang masyarakat suku
Bonai, asal usul nama suku Bonai berasal dari kata Manai. Manai dalam bahasa Bonai berarti pemalas, kata Manai turunannya Monai lalu menjadi Bonai. Bonai merupakan
sebuah pohon yang tingginya tidak lebih dari empat meter, berdaun kecil-kecil, buahnya bulat-bulat berwarna kemerahan dan bila telah masak berwarna hitam serta rasanya agak
sedikit asam. Buah bonai ini merupakan bahan baku dalam membuat masakan ikan, dimasak dengan air secukupnya dan dijadikan kuah ikan dengan rasa kuah yang asam
sumber: Rasyid, 2012. Masyarakat suku Bonai merupakan masyarakat asli yang masih memegang teguh
tradisi dan budayanya. Walaupun masyarakat suku Bonai telah memeluk agama Islam, masyarakat suku Bonai masih menjaga dan memperlihatkan kuatnya aturan hukum adat,
budaya, dan tradisi, demi mempertahankan identitas sosial mereka. Masyarakat suku Bonai menjaga dan mempertahankan budaya dan tradisinya dengan cara menyatukan dan
membawa budaya dan tradisi dalam kehidupannya berdasarkan ajaran agama Islam. Menurut mereka dengan memadukan keduanya, tradisi mereka tetap terpelihara tanpa
meninggalkan agama yang telah dianut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pengertian Tradisi Lisan
Menurut Pudentia 2008 bentuk tradisi lisan tidak hanya berupa cerita, mitos, dan dongeng, tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan
kehidupan komunitas pemiliknya seperti kearifan lokal, sistem nilai, sistem kepercayaan dan religi serta berbagai hasil seni.
Pandangan Dick van der Meij 2011 bahwa tradisi lisan mencakup semua kegiatan kebudayaan yang dilestarikan dan diturunkan ke generasi ke generasi secara
tidak tertulis. Tradisi lisan mencakupi kearifan lokal, sastra dan bentuk kesenian yang lain, sejarah, obat-obatan, primbon, dan sebagainya.
Membicarakan suatu tradisi lisan adalah membicaraan tradisi dalam arti serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, boleh dikatakan hampir meliputi semua segi kehidupan suatu masyarakat tertentu. Pada segi lain kesulitan tampak bagaimana tradisi itu bergeser dan berubah
mendapatkan semacam erosi dalam faktor-faktor yang sangat kompleks dan sukar dibatasi batas waktunya.
Menurut Endaswara 2008:151 dalam Yunita 2011, mengatakan tradisi lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun temurun.
Adapun ciri-ciri dari tradisi lisan, yakni: 1.
Lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional. 2.
Menggambarkan budaya milik kolektif tertentu, yang tidak jelas siapa penciptanya.
3. Lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka dan pesan mendidik.
Universitas Sumatera Utara
4. Sering melukiskan tradisi kolektif tertentu.
5. Tradisi lisan banyak mengungkapkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan klise.
6. Tradisi lisan sering bersifat menggurui.
Tradisi lisan memiliki kaitan dengan masyarakat pemilik tradisi lisan tersebut. Menurut Dick van der Meij 2011, pemilik tradisi lisan paling berpengetahuan tentang
apa yang diperlukan untuk melestarikan tradisi mereka. Para pemilik tradisi lisan juga adalah orang yang paling mudah dapat menggairahkan orang, apalagi generasi muda dan
juga paling memahami pentingnya tradisi mereka.
2.1.5 Pengertian Kearifan Lokal