tidak terbatas ruang dan waktu sehingga penulis mengetahui hal-hal yang terjadi pada waktu yang lalu.
5. Rekaman
Perekaman merupakan salah satu metode pengumpulan data pada penelitian ini. Perekaman merupakan data pendukung untuk penelitian ini. Perekaman
dilakukan mulai dari persiapan prosesi lukah gilo, dilajutkan dengan prosesi ritual lukah gilo hingga berakhirnya ritual lukah gilo tersebut. Hasil dari
perekaman akan dibuat dalam bentuk video atau dalam bentuk film untuk mengecek kembali kesesuaian data.
3.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode analisis yang digunakan, ada beberapa bentuk analisis data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengumpulkan semua data baik sekunder maupun primer yang berhubungan
mantera ritual lukah gilo. 2.
Mengklasifikasikan semua data yang ditemukan mengenai mantera ritual lukah gilo
3. Menganalisis data mantera ritual lukah gilo yang telah diklasifikasikan.
4. Menerjemahkan semua data yang didapat baik itu berupa mantera atau dalam
bentuk yang lainnya ke dalam bahasa Indonesia. 5.
Mencari makna yang terdapat dari setiap unsur-unsur yang menjadi tanda yang digunakan selama prosesi lukah gilo .
Universitas Sumatera Utara
6. Pengembangan cerita ditambah dengan penjelasan dan menulis pengalaman
yang dialami selama terlibat di dalam ritual lukah gilo. Data yang ditemukan dalam ritual lukah gilo berupa peralatan pembuatan LG dan
mantera, dianalisis dengan menggunakan teori semiotik sosial. Dalam penelitian analisis imaji visual difokuskan pada peralatan, mantera ritual dan visual rekaman lukah gilo.
Adapun contoh bentuk tanda dan simbol pada peralatan pembuatan LG dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
Analisis semiotik pada tempurung kelapa mencakup konteks budaya, konteks situasi, makna dan simbol LG
Tempurung kelapa
Dalam ritual lukah gilo, tempurung kelapa digunakan sang bomo sebagai pelengkap lukah, yaitu sebagai kepala dari lukah. Tempurung kelapa berfungsi sebagai
kepala lukah sehingga penampilan lukah seperti orang-orangan sawah yang lengkap dengan kepala. Dalam kebudayaan suku bonai, tempurung kelapa ini memiliki makna
sebagai simbol pikiran dan mengarahkan hubungan antara manusia dengan alam gaib. Dalam hal ini tempurung kelapa berfungsi seperti kepala makhluk gaib atau manusia.
Universitas Sumatera Utara
Tempurung kelapa dan lukah secara keseluruhan ini sekaligus adalah sebagai bahagian dari antropomorfisme, yaitu mengibaratkan atau memandang lukah dan kepalanya
sebagai bahagian utuh sebagai tubuh yang hidup. Apalagi nanti telah “dimasuki” makhluk halus. Dalam kebudayaan suku Bonai atau Melayu ini lazim terjadi. Misalnya
dalam memandang rebab, orang Melayu menganggap itu seperti manusia, yaitu ada kepala, leher, kecopong, badan, bahagian belakang, dan lainnya.
BAB IV ETNOGRAFI SUKU BONAI