Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Setelah diuraikan secara luas dari bab-bab sebelumnya maka pada Bab VII ini, penulis akan membuat simpulan penelitian mengenai ritual lukah gilo pada masyarakat suku Bonai di Provinsi Riau. Adapun simpulan ini mengacu kepada pokok masalah di Bab I, yang meliputi: 1 etnografi, 2 makna semiotik sosial ritual lukah gilo, dan 3 kearifan lokal yang terkandung di balik pertunjukan budaya ritual lukah gilo. 1 Dari sudut etnografi, ada banyak kategori sebutan nama untuk masyarakat suku Bonai yang hidup dan tinggal di daerah aliran sungai Rokan Provinsi Riau. Ada beberapa pihak yang menyebut masyarakat Bonai sebagai suku terasing, suku pedalaman, suku terisolir, suku primitif, dan suku asli. Dari sekian banyak sebutan, masyarakat suku Bonai tidak mau dikatakan dengan sebutan tersebut, mereka menganggap bahwa masyarakat suku Bonai sama dengan masyarakat Melayu lainnya yang hidup berdampingan dengannya. Suku Bonai adalah salah satu suku terasing di kawasan Provinsi Riau, selain suku lainnya yaitu Sakai, Talangmamak, Kubu, Orang Hutan, dan suku Laut atau suku Akit. Masyarakat suku Bonai merupakan salah satu suku asli yang tinggal jauh di pedalaman Sungai Rokan. Masyarakat ini sulit dijangkau dan terisolasi secara sosial dan hidup dari hasil pertanian ladang berpindah-pindah, perikanan, dan meramu. Masyarakat Bonai ini jauh dari sentuhan pembangunan pemerintah Provinsi Riau, bahkan sebagian besar Universitas Sumatera Utara penduduk atau masyarakat Riau yang tinggal di luar dari desa mereka tersebut tidak tahu siapa mereka ini. 2 Makna-makna semiotik yang terkandung di dalam pertunjukan ritual lukah gilo secara sosial memiliki makna sebagai menjaga jalinan integrasi sosial yang bersifat bekerjasama. Makna lain ritual lukah gilo ini adalah ekspresi dari jalinan komunikasi antara dunia manusia dengan dunia gaib alam jin. Berdasarkan analisis semiotik Kress dan Leeuwen terdapat tingkat visual dan ekstravisual. Tingkat visualnya adalah prta pertunjukan, pertunjukan, dan pasca pertunjukan. Di antara aktivitas visual adalah merokok, makan, dan minum, yang bermakna sebagai persiapan tubuh dalam melaksanakan ritual nantinya. Kemudian dilanjutkan dengan permainan lukah gilo yang terdiri dari membuka tutup lukah, mengambil mayang pinang dan memluai pertunjukan, membaca mantera, dan lukah bergerak dan menggila. Makna yang terkandung dalam visual permainan lukah ini adalah bahwa manusia memiliki hubungan komunikasi dengan alam gaib yang mampu didatangkan dalam bentuk nyata yaitu lukah yang menggila. Kemudian visual pasca pertunjukan adalah berupa istirahat, minum, dan merokok. Maknanya mereka telah melaksanakan acara harus diiringi dengan istirahat untuk mengembalikan energi yang telah dikeluarkan. Makna ekstravisual adalah bahwa ritual lukah gilo ini adalah sebagai sarana komunikasi antara alam nyata manusia dengan alam gaib tepatnya alam jin. Bahwa baik dalam tradisi Bonai atau ajaran Islam terdapat alam jin. Antara manusia dengan jin perlu menjaga keseimbangan dan jangan saling merusak. Kalau terjadi maka akan terjadi disharmonisasi hubungan, dan akhirnya akan mendatangkan kerugian bahkan bencana. Makna lainnya dengan adanya kegiatan lukah gilo ini maka terjadi hiburan dan jalinan Universitas Sumatera Utara sosial di antara pemain lukah bomo, asisten bomo, dan pemain serta penonton. Makna sosialnya adalah terjalinnya integrasi sosial secara harmonis. 3 Kearifan yang terdapat di dalam ritual lukah gilo ini adalah sebagai berikut. Bahwa ritual lukah gilo mengandung kearifan lokal tentang hubungan harmonis antara manusia, alam, dan makhluk gaib dalam sistem kosmologi masyarakat Bonai. Selain itu terdapat juga kearifan tentang identitas diri, pelestarian budaya, dan kesejahteraan hidup.

7.2 Saran