6.1.1 Kearifan Lokal tentang Hubungan Harmonis Manusia, Alam, dan Makhluk Gaib
Di dalam kebudayaan suku Bonai yang kini telah beragama Islam, maka mereka mencoba menerapkan ajaran Islam ini dalam konteks memaknai hubungan antara
manusia, alam, dan makhluk gaib. Manusia adalah bahagian dari alam. Manusia itu juga kadang disebut dengan alam diri. Manusia harus menjaga keharmonisan hubungannya
dengan alam dan segala isi yang diciptakan Tuhan termasuk makhluk gaib tidak kasat mata.
Makhluk gaib yang di dalam ajaran Islam salah satunya disebut jin memang wujud dan perlu dijaga hubungannya dengan manusia. Oleh karena itu bagi seorang
manusia Bonai dilarang merusak alam. Merusak alam juga akan berakibat akan merusakkan tatanan dunia gaib, yang dihuni oleh para jin. Oleh karena itu jangan sekali-
kali merusak alam, termasuk di dalamnya hutan yang perlu dilestarikan. Begitu juga dengan berbagai hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia seperti damar,
kemenyan, madu, sayur mayur, dan berbagai hewan buruan untuk lauk-pauk. Bagi masyarakat suku Bonai, lingkungan merupakan urat nadi demi
keberlangsungan hidup mereka. Mereka tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya, karena semua yang mereka butuhkan telah disediakan oleh lingkungannya. Sebagai
masyarakat nelayan dan berkebun, masyarakat suku Bonai memiliki hubungan yang sangat erat dengan sungai, hutan, dan tanah.
Nilai-nilai kearifan lokal terhadap lingkungan yang terdapat pada prosesi ritual LG, seperti sungai sebagai media tempat tumbuh bambu tunggal yang menjadi bahan
utama dalam pembuatan lukah. Kemudian sungai juga menyediakan air yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk pelepas dahaga pada prosesi ritual lukah gilo dan juga menyediakan ikan yang digunakan para bomo dan asisten bomo untuk lauk mereka makan. Mereka tetap menjaga
sungai mereka, agar dapat menjadi sumber penyedia bahan baku pembuat lukah dan sebagai penopang kebutuhan mereka yang lainnya.
Selain sungai, masyarakat suku Bonai juga menganggap hutan dan tanah sebagai tempat tumbuh bahan-bahan pendukung pembuatan lukah, yaitu rotan, kemenyan, dan
kayu terap yang kulit kayunya dijadikan pakaian torok bomo dan asisten bomo. Selain menyediakan bahan-bahan pembuatan lukah, hutan dan tanah juga menjadi tempat
tinggal yang sangat baik bagi mereka. Di hutan dan tanahlah mereka meletakkan semua kenangan serta harapan untuk keberlangsungan hidup anak dan cucu mereka.
Namun, hutan dan tanah yang dimiliki masyarakat suku Bonai kini banyak dikuasai secara perseorangan maupun perkelompok. Penguasaan hutan dan tanah ini
membuat kearifan lokal yang dimiliki masyarakat suku Bonai mulai terlupakan. Hutan dan tanah masyarakat suku Bonai banyak mengalami perubahan alih fungsi. Dahulu
hutan dan tanah merupakan tempat tinggal bagi masyarakat Bonai, kini hutan dan tanah yang mereka miliki telah berubah menjadi lahan perkebunan yang dimiliki oleh
masyarakat lain. Kini, masyarakat Bonai seperti menumpang di atas tanah yang mereka miliki sendiri.
6.1.2 Kearifan Lokal Terhadap Sistem Kepercayaan Agama