Berdasarkan konsep pengetahuan di atas, pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat suku Bonai mengenai lukah gilo adalah konsep pengetahuan mengenai fungsi
dan peranan lukah gilo yang berhubungan dengan: 1
Alam, yaitu alam manusia dan alam makhluk gaib yang memegang peranan penting dalam prosesi ritual lukah gilo.
2 Alam flora dan fauna yang berkaitan dalam prosesi ritual lukah gilo. Pengetahuan
mengenai alam fauna, yaitu mengetahui tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan pada prosesi ritual lukah gilo, seperti: bambu sebagai bahan utama dalam pembuatan
lukah, mayang pinang sebagai media pemanggil makhluk gaib yang akan menggerakkan lukah, kemudian rotan sebagai alat pengikat rangkaian bambu yang
dibuat untuk lukah. 3
Benda-benda dalam lingkungannya, yaitu benda-benda yang dapat digunakan dalam prosesi ritual lukah gilo seperti: peralatan yang digunakan dalam pembuatan lukah
dan benda-benda lainnya, seperti: peralatan untuk makan dan minum yang diambil dari lingkungan suku Bonai yang digunakan untuk prosesi ritual lukah gilo.
4 Pengetahuan tentang pengawetan, yaitu pengawetan untuk pakaian “Torok” yang
digunakan bomo dan asisten bomo untuk prosesi ritual lukah gilo. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat suku Bonai, sebagian besar diperoleh
karena mereka belajar dari alam. Alam menyediakan semua yang mereka butuhkan untuk mereka pelajari dan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-
hari.
4.8 Kesenian
Universitas Sumatera Utara
Berbicara mengenai kesenian tradisional dalam era modernisasi sekarang ini, terlintas di pikiran bahwa banyak kesenian tradisional yang tergerus oleh zaman sehingga
menyebabkan hilangnya kelangsungan pelestariannya. Namun hal ini tidak berlaku bagi masyarakat suku Bonai, hampir seluruh kesenian tradisional yang mereka miliki tetap
terpelihara dengan baik. Kesenian tradisional yang dimiliki oleh masyarakat suku Bonai dikelola dengan efektif sehingga dapat dijadikan sebagai identitas suku mereka di kancah
nasional dan internasional. Adapun jenis-jenis kesenian tradisional masyarakat suku Bonai, sebagai berikut:
1. Tari Buong Kwayang Tari Burung Kwayang
Tari Buong Kwayang dahulunya merupakan tari pengobatan tradisional bagi masyarakat suku Bonai. Tari pengobataan tradisional ini dilakukan untuk menyembuhkan
penyakit fisik maupun penyakit dari mahluk halus. Pengobatan tradisional ini dilakukan dengan mengundang jin-jin dalam ritual. Ritual pengobatan itu dipimpin seorang bomo
yang disebut dengan nama Donda. Tari pengobatan tradisional ini dikemas dalam bentuk tarian yang diiringi oleh alat musik dan syair bernuansa Islam. Pemain gendang disebut
deo atau dandayang, penari disebut pemanten, penari bebas yang terdiri dari beberapa orang disebut pemanten bebeh, lalu orang yang menemani pasien disebut dubalang.
Gambar 19:
Universitas Sumatera Utara
Prosesi ritual tari Buong Kwayang
2. Cegak
Cegak merupakan tarian dalam acara perhelatan perkawinan dan hari-hari lainnya. Cegak dilakukan oleh beberapa orang yang membaluti tubuhnya dengan latah atau
sampah daun pisang kering, lalu menari-nari diiringi alunan musik gondang borogong. Tari ini menurut Rasyid, terjadi saat penjajahan Belanda dan Jepang, di mana orang
Bonai paling tidak suka dengan hal yang baru apalagi dijajah. Orang Bonai melarikan diri, pada saat buntu mereka berubah seperti daun dan tidak dapat di tangkap penjajah.
Mereka melakukan hal tersebut untuk menghindari diri dari penjajah dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pada masa itu.
3. Tahan kulik
Tahan kulik merupakan sejenis debus yang melukai diri tanpa bekas. Tahan kulik dilakukan oleh seorang pawing dengan membaca mantra, setelah selesai membaca
mantera pawang langsung menyayat tubuh dengan senjata tajam. Sebelum seseorang menjadi pawang tahan kulik, pawang menjalani salah satu syarat yaitu silat tarekhat dua
puluh satu hari.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 20: Prosesi acara ritual tahan kulik
4. Lukah gilo
Lukah gilo merupakan tarian yang masih berhubungan dengan upacara magis. Lukah gilo merupakan sebuah alat penangkap ikan yang terbuat dari rotan yang diberi
mantera untuk membuat lukah ini menari. Lukah menggila di bawah komando sang bomo dan dipegang oleh beberapa orang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 21: Proses ritual lukah gilo
Lukah gilo merupakan permainan rakyat yang sering dimainkan dalam berbagai upacara, baik upacara adat maupun acara-acara lainnya. Lukah gilo adalah salah satu
permainan rakyat yang dimiliki oleh setiap suku asli dan daerah yang ada di Provinsi Riau, seperti: lukah gilo suku Bonai di daerah Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten
Rokan Hilir, suku Talang Mamak di daerah Kabupaten Indragiri Hulu, suku Sakai di daerah Kabupaten Bengkalis, suku Petalangan di daerah Kabupaten Pelalawan, dan
masyarakat Melayu Riau lainnya. Lukah gilo ini juga terdapat di daerah dan Provinsi lain seperti di suku Anak Dalam masyarakat Jambi, Minangkabau, masyarakat Melayu Pesisir
Timur Sumatera Utara, serta daerah-daerah lainnya. Lukah gilo yang dimiliki masyarakat suku Bonai, keberadaannya sudah terbilang
lama dan merupakan satu permainan yang berbau magis. Lukah gilo yang dimilki oleh masyarakat suku Bonai cukup terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Untuk
menghasilkan sebuah lukah gilo yang baik agar dapat ditampilkan, memerlukan beberapa proses diantaranya: proses pembuatan lukah gilo sampai lukah tersebut siap untuk
dimainkan. 5.
Koba
Universitas Sumatera Utara
Merupakan tradisi lisan jenis cerita yang disampaikan dengan cara dinyanyikan. Koba biasanya dipertunjukkan pada malam hari setelah sholat Isya hingga menjelang
sholat Subuh. Bila dalam satu malam Koba tidak selesai dinyanyikan, maka akan berlanjut ke malam berikutnya sehingga untuk menamatkan satu Koba memerlukan
waktu enam sampai tujuh hari. Nyanyian Koba berisi cerita kehidupan masyarakat, cerita pahlawan atau tokoh, atau asal usul suatu daerah. Koba yang terkenal yang disajikan oleh
bapak Rasyid, adalah Koba Amai Bocat dan Koba Malin Treso. Berikut gambar Koba yang dibawakan oleh bomo masyarakat suku Bonai:
Gambar 22: Pertunjukan Koba
4.9 Sistem Religi