Pengertian Kearifan Lokal Konsep

4. Sering melukiskan tradisi kolektif tertentu. 5. Tradisi lisan banyak mengungkapkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan klise. 6. Tradisi lisan sering bersifat menggurui. Tradisi lisan memiliki kaitan dengan masyarakat pemilik tradisi lisan tersebut. Menurut Dick van der Meij 2011, pemilik tradisi lisan paling berpengetahuan tentang apa yang diperlukan untuk melestarikan tradisi mereka. Para pemilik tradisi lisan juga adalah orang yang paling mudah dapat menggairahkan orang, apalagi generasi muda dan juga paling memahami pentingnya tradisi mereka.

2.1.5 Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya kognisi untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai kearifan. Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut setting. Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan face to face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan yang sudah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai- nilai tersebut yang Universitas Sumatera Utara akan menjadi alasan hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah laku mereka http:ibda.files.wordpress.com2008042-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf, diunduh 2 Maret 2012. Kearifan lokal menurut Ridwan 2008, merupakan pengetahuan yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat penuh keadaban. Teezzi, Marchettini, dan Rosini 2008, mengatakan bahwa akhir dari sedimentasi kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama. Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari Ridwan dalam http:ibda.files.wordpress.com2008042-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf, diunduh pada tanggal 21 November 2011. Universitas Sumatera Utara Kearifan lokal merupakan usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu. Kearifan lokal juga merupakan wujud tingkah laku atau pikiran- pikiran manusia pada masyarakat tertentu dalam mengekspresikan keinginan dan budaya mereka. Selain untuk mengeskpresikan pikiran-pikiran, kearifan lokal juga merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperlihatkan bagaimana sistem kehidupan suatu masyarakat dalam menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan sekitar yang merupakan urat nadi kehidupan mereka. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meski pun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Menurut Sibarani 2012, nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut, antara lain: 1. Kerja keras seperti: etos kerja, keuletan, inovasi, visi dan misi kerja, dan disiplin kerja, 2. Gotong royong melakukan dan menyelesaikan pekerjaan secara bersama, 3. Kerukunan sikap toleransi antar umat beragama, etnik, budaya, 4. Penyelesaian konflik sikap dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan hukum adat, 5. Kesehatan penjagaan hidup baik secara pribadi maupun masyarakat, 6. Pendidikan peningkatan pengetahuan tentang suatu hal, Universitas Sumatera Utara 7. Penjagaan lingkungan penjagaan lingkungan untuk tetap menjaga rantai kehidupan, 8. Pelestarian dan inovasi budaya pemeliharaan dan pengembangan warisan budaya, 9. Penguatan identitas tetap menjaga keaslian budaya, 10. Peningkatan kesejahteraan menambah pendapatan masyarakat, 11. Hukum norma-norma dan aturan-aturan adat yang telah ditetapkan dan harus dipatuhi. Upaya menemukan identitas bangsa yang baru atas dasar kearifan lokal merupakan hal yang penting demi penyatuan budaya bangsa di atas dasar identitas daerah-daerah Nusantara Sayuti, 2005. Dalam kaitan ini, kearifan lokal yang terkandung dalam sistem seluruh budaya daerah atau etnik yang sudah lama hidup dan berkembang adalah menjadi unsur budaya bangsa yang harus dipelihara dan diupayakan untuk diintegrasikan menjadi budaya baru bangsa sendiri secara keseluruhan. Pengembangan kearifan-kearifan lokal yang relevan dan kontekstual memiliki arti penting bagi berkembangnya suatu bangsa, terutama jika dilihat dari sudut ketahanan budaya, di samping juga mempunyai arti penting bagi identitas daerah itu sendiri. Kearifan lokal yang juga meniscayakan adanya muatan budaya masa lalu, dengan demikian, juga berfungsi untuk membangun kerinduan pada kehidupan nenek moyang, yang menjadi tonggak kehidupan masa sekarang.

2.2 Tinjauan Teoretis