BAB II KONSEP, TINJAUAN TEORETIS, DAN KAJIAN TERDAHULU
2.1 Konsep
Bagian ini menganalisis pengertian dari mantera, ritual, masyarakat suku Bonai, tradisi lisan, dan kearifan lokal berdasarkan konsep teori. Adapun penjabarannya adalah
seperti berikut ini.
2.1.1 Pengertian Mantera
Berdasarkan penelitian Haron Daud 2001:21 mengatakan bahwa mantera ialah semua jenis pengucapan dalam bentuk puisi atau bahasa berirama yang mengandung
unsur magik dan diamalkan oleh orang tertentu, terutama bomo, dengan tujuan kebaikan atau sebaliknya. Mantera itu mempunyai simbol tersendiri yang perlu diketahui untuk
memahami mantera sebagai sastra lisan atau lebih tepat lagi tradisi lisan. Lebih-lebih lagi menurut mereka, sebagai tradisi lisan mantera amat erat hubungannya dengan
kepercayaan dan pandangan hidup masyarakat di mana mantera itu wujud. Mantera dipercaya berasal dari arwah leluhur. Kata-kata leluhur juga dianggap
berasal dari Tuhan; pesan Tuhan yang diteruskan kepada leluhur melalui media
Universitas Sumatera Utara
komunikasi yang berbeda. Ketika nenek moyang mengekspresikan artikulasi pesan Tuhan dalam formula lisan, pesan itu menjadi tuturan. Mantera kemudian menjadi sarana
komunikasi yang dapat dipakai untuk berhubungan dengan makhluk supranatural, dan juga dapat menghubungkannya dengan sumber kekuatan dari kuasa tersembunyi.
Mengucapkan mantera atau formula dari leluhur akan dapat membangkitkan kekuatan spiritual, sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang dulu. Kang, 2005:69
Dalam istilah Goffman 1979, mantera meliputi tiga tingkatan penutur: Tuhan sebagai penutur tertinggi mantera, leluhur sebagai penulis author, dan pelaku sekarang
sebagai animator. Di luar perubahan penutur, mantera-mantera tetap efektif karena kata- kata itu sendiri mengandung kekuatan magis. Bahkan dengan mengulang-ulang kata-kata
itu dalam konteks masa kini, akan membawa kekuatan kreatif yang sama seperti ketika digunakan oleh para leluhur. Dengan kata-kata yang sama dengan yang diucapkan oleh
para leluhur, orang dapat membawa kekuatan magis dalam konteks masa kini.
2.1.2 Pengertian Ritual
Ritual Muhammad, 2011:1 secara etimologis berarti perayaan yang berhubungan dengan kepercayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara etimologis
ritual merupakan ikatan kepercayaan antarorang yang diwujudkan dalam bentuk nilai bahkan dalam bentuk tatanan sosial. Ritual merupakan ikatan yang paling penting dalam
masyarakat beragama. Kepercayaan masyarakat dan prakteknya tampak dalam ritual yang diadakan oleh masyarakat. ritual yang dilakukan bahkan dapat mendorong
masyarakat untuk melakukan dan mentaati nilai dan tatanan sosial yang sudah disepakati
Universitas Sumatera Utara
bersama. Dengan bahasa lain, ritual memberikan motivasi dan nilai-nilai mendalam bagi seseorang yang mempercayai dan mempraktekkan.
Sedangkan ritual menurut Turner dalam Prasetya, 2008:6 dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: pertama, ritual krisis hidup, artinya ritual yang berhubungan
dengan krisis hidup manusia. Manusia pada dasarnya akan mengalami krisis hidup, ketika dia masuk masa peralihan. Pada masa ini, manusia akan masuk dalam lingkup krisis
karena terjadi perubahan tahap hidup. Kedua, ritual gangguan, yaitu ritual sebagai negosiasi dengan roh agar tidak mengganggu hidup manusia. Turner juga menjelaskan
bahwa ritual memiliki fungsi penting bagi keberlangsungan hidup. Fungsi ritual tersebut antara lain: 1 ritual akan mampu mengintegrasikan dan menyatukan rakyat dengan
memperkuat kunci dan nilai utama kebudayaan melampaui dan di atas individu atau kelompok. Ritual menjadi alat pemersatu atau integritas; 2 ritual juga menjadi sarana
pendukungnya untuk mengungkapkan emosi, khususnya nafsu-nafsu negatif, 3 ritual akan mampu melepaskan tekanan-tekanan sosial.
Berdasarkan dari penjelasan mengenai ritual di atas, dapat dikatakan bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang unik, bersifat khas yang sarat akan makna, memiliki
suatu kekuatan tertentu, dan juga mencerminkan identitas diri sebagai fenomena budaya. Dapat dikatakan juga, ritual sering bertolak belakang atau berbeda dalam praktek dan
penerapan keyakinan serta agama. Namun demikian, antara ritual dan agama, keduanya sering bertemu dan hal ini sangat sering kita jumpai dalam praktek di kehidupan
masyarakat atau individu penganut ritual tersebut.
2.1.3 Masyarakat Suku Bonai Riau