Tante Acik
Opuok
Sejalan dengan perkembangan zaman dan akses terhadap masyarakat suku lainnya, sebagian besar masyarakat suku Bonai terutama di kalangan generasi muda
warga Bonai mulai berbicara dan memahami bahasa Indonesia. Sedangkan untuk generasi tua warga suku Bonai kurang menguasai berbicara dalam bahasa Indonesia,
tetapi mereka mengerti dan memahami jika lawan bicaranya menggunakan bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat suku Bonai tetap menggunakan
bahasa Melayu Bonai dan sesekali menggunakan bahasa Indonesia tergantung konteksnya.
4.4 Sistem Teknologi
Sesuai dengan teori yang etnografi yang digunakan pada penelitian ini, sistem teknologi atau cara memproduksi, memakai dan memelihara segala peralatan hidup,
cukup membatasi penulisan terhadap teknologi tradisional yang digunakan oleh masyarakat suku Bonai. Ada delapan teknologi tradisional yang digunakan oleh
masyarakat suku Bonai, yaitu: 1 alat-alat produktif; 2 senjata; 3 wadah; 4 alat-alat menyalakan api; 5 makanan, minuman; 6 pakaian dan perhiasan; 7 tempat
berlindung dan perumahan; 8 alat-alat transportasi. Alat-alat produktif. Alat-alat produktif yang dimaksud adalah alat-alat yang
digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Alat-alat yang digunakan merupakan alat- alat sederhana yang bahan bakunya terbuat dari batu, kayu, tulang, bambu, dan logam.
Pada masyarakat suku Bonai semua peralatan tersebut masih dipergunakan hingga sekarang. Sebagai contoh, peralatan dari bahan baku batu mereka gunakan seperti untuk
Universitas Sumatera Utara
membuat peralatan memasak, yaitu batu untuk menggiling cabe dan bahan masakan yang lainnya, sementara itu, contoh bahan baku kayu mereka gunakan untuk membuat bahan
dasar pakaian dan sebagai alat dalam pembuatan pakaian tersebut, perahu dan bahan baku untuk membuat rumah. Contoh bahan baku yang terbuat dari tulang adalah alat untuk
menghisap rokok yaitu pipa dan tulang juga dipergunakan sebagai hiasan rumah. Sebagai contoh bahan baku untuk bambu yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan
lukah gilo. Bambu yang digunakan dalam pembuatan lukah adalah bambu tunggal yang tumbuh di pinggir sungai. Selain sebagai bahan pembuatan lukah gilo, bambu juga
digunakan untuk pembuatan rakit yang digunakan sebagai alat transportasi atau tempat untuk mandi di sungai, sedangkan untuk bahan baku logam digunakan untuk membuat
alat persenjataan bagi masyarakat suku Bonai. Senjata. Serupa dengan alat-alat produktif, senjata juga dipergunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Senjata yang dipergunakan pada masyarakat suku Bonai dibagi dalam penggunaan dan bahan baku pembuatannya. Dalam penggunaannya senjata
dibagi dalam beberapa kelas: senjata tusuk, senjata potong, senjata tebas, senjata tebang, dan senjata lempar. Sedangkan dalam bahan bakunya ada senjata yang terbuat dari
logam, besi, bambu, dan tulang. Senjata yang tersebut di atas, merupakan peralatan yang digunakan dalam
pembuatan lukah gilo. Senjata yang digunakan adalah parang dan pisau raut. Parang berfungsi sebagai alat atau senjata untuk menebas bambu dan rotan, sedangkan pisau raut
berfungsi untuk meraut dan membersihkan bambu dan rotan. Berikut contoh gambar senjata pada masyarakat suku Bonai:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3: Senjata potong dan tusuk masyarakat suku Bonai
Gambar 4: Senjata lempar masyarakat suku Bonai
Wadah. Wadah bagi masyarakat suku Bonai merupakan alat atau tempat untuk meletakkan sesuatu. Wadah yang digunakan oleh masyarakat Bonai dapat dibedakan
berdasarkan fungsi dan bahan pembuatannya. Wadah berdasarkan fungsi dapat digunakan untuk memasak, makan, minum, dan lain sebagainya. Sedangkan berdasarkan bahan
pembuatannya, wadah ada yang terbuat dari bahan tanah liat, plastik, seng, logam, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Pada prosesi lukah gilo, bomo dan asisten bomo juga menggunakan beberapa wadah untuk meletakan semua perlengkapan untuk prosesi. Wadah yang digunakan
adalah keranjang yang terbuat dari bahan baku rotan dan tas anyaman dari daun pandan. Keranjang rotan digunakan untuk meletakan peralatan dan pakaian yang digunakan untuk
prosesi lukah gilo, sedangkan tas digunakan untuk meletakan nasi dan minuman. Berikut gambar wadah yang masih dipergunakan oleh masyarakat suku Bonai:
Gambar 5: Wadah untuk meletakkan nasi
Gambar 6: Wadah air minum terbuat dari buah labu
Gambar 7: Wadah untuk memasak berbahan dasar tanah liat
Universitas Sumatera Utara
Alat menyalakan api. Masyarakat suku Bonai sudah mengenal alat untuk menyalakan api sama seperti masyarakat-masyarakat lainnya yang hidup berdampingan
dengan mereka, yaitu korek api. Korek api merupakan salah satu perlengkapan yang digunakan bomo untuk prosesi ritual lukah gilo. Korek api yang mereka bawa berfungsi
sebagai alat untuk menyalakan api rokok. Merokok dilakukan sebelum dan setelah pertunjukan lukah gilo. Tetapi, kalau untuk memasak masyarakat suku Bonai masih
menggunakan alat yang sederhana untuk memasak, yaitu menggunakan tungku api. Berikut gambar peralatan masak tradisional masyarakat suku Bonai, yaitu tungku api:
Gambar 8: Tungku api masyarakat suku Bonai
Makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat suku Bonai, sama dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat-
masyarakat yang hidup berdampingan dengan masyarakat suku Bonai. Masyarakat suku Bonai memakan sayur mayur, buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging, ikan, dan
lain sebagainya. Hanya saja perbedaannya dapat dilihat dari segi pembuatan makanan, penyajian makanan, dan fungsi dari makanan tersebut. Pada masyarakat suku Bonai,
Universitas Sumatera Utara
mereka membedakan makanan yang untuk dikonsumsi sehari-hari dan makanan yang digunakan untuk kepentingan yang lain, seperti pengobatan.
Pada prosesi ritual lukah gilo bomo asisten bomo menyiapkan makanan dan minuman yang mereka siapkan sendiri. Sebelum dan setelah pertunjukan dilaksanakan,
bomo dan asisten bomo makan dan minum untuk mempersiapkan tenaga dan memulihkan tenaga selama pertunjukan.
Pakaian dan perhiasan. Pakaian dan perhiasan masyarakat suku Bonai untuk saat ini sudah sama dengan pakaian dan perhiasan yang digunakan masyarakat lain. Namun,
bila ada pertunjukkan adat, mereka menggunakanan pakaian “Torok”, pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Pakaian ini digunakan selama pertunjukkan ritual lukah gilo dan
pertunjukan tradisi lainnya, setelah pertunjukkan selesai mereka kembali menggunakan pakaian biasa. Pada zaman penjajahan, pakaian torok dan goni telah telah digunakan oleh
masyarakat suku Bonai. Setelah berakhirnya zaman penjajahan dan masyarakat suku Bonai sudah mulai berbaur dengan masyarakat Melayu lainnya serta sudah mendalami
agama Islam, mulailah masyarakat Bonai menggunakan pakaian yang sama dengan pakaian yang digunakan masyarakat lainnya. Berbeda dengan suku pedalaman lainnya,
seluruh masyarakat suku Bonai telah menggunakan pakaian, sedangkan masyarakat suku pedalaman lainnya masih ada yang belum berpakaian. Berikut gambar pakaian Torok
masyarakat suku Bonai:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9: Pakaian Torok terbuat dari kulit kayu
Tempat berlindung dan perumahan. Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi
setiap manusia untuk tempat berlindung dari panas dan hujan. Begitu juga dengan masyarakat suku Bonai, selain sebagai tempat berlindung, rumah merupakan tempat
berkumpul dan tempat berbagi sesama kaumnya. Dahulu pada zaman penjajahan, masyarakat Bonai hidup berpindah-pindah dan tidak memiliki rumah yang ditempati
untuk berlindung. Alasan mereka berpindah-pindah dikarenakan takut membayar upeti kepada penjajah. Setelah kaum penjajah pergi, barulah masyarakat Bonai mulai tinggal
menetap dan membangun rumah. Rumah yang dibangun jauh dari pusat keramaian atau jauh dari masyarakat tempatan. Rumah yang mereka bangun bahan bakunya diambil dari
alam. Bahan baku utama dalam pembuatan rumah adalah kayu yang telah diolah sedemikian rupa sehingga layak digunakan untuk membangun sebuah rumah. Bentuk
rumah yang dibangun adalah berbentuk rumah panggung. Berdasarkan fungsinya, rumah yang dibangun oleh masyarakat Bonai dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: rumah
untuk tempat tinggal, rumah tempat ibadah, dan rumah untuk melakukan acara adat. Di rumah untuk melakukan acara adat inilah semua tradisi masyarakat suku Bonai
Universitas Sumatera Utara
dipertunjukan, salah satunya tradisi lukah gilo. Sebelum hari pertunjukan lukah gilo dilaksanakan, dilakukan latihan terlebih dahulu antara bomo dan asisten bomo di rumah
adat ini. Berikut rumah masyarakat suku Bonai:
Gambar 10: Rumah panggung masyarakat suku Bonai
Alat-alat transportasi. Berdasarkan hasil wawancara, sebelum tahun 1990 alat transportasi yang digunakan masyarakat suku Bonai adalah alat transportasi air, yaitu
sampan dan rakit. Setelah tahun 1990, barulah masyarakat suku Bonai mulai mengenal alat transportasi darat seperti sepeda atau yang mereka sebut dengan nama kreta,
kendaraan roda dua dan empat Rasyid, 16032012. Alat-alat transportasi tersebut di atas, digunakan oleh masyarakat suku Bonai untuk mencari bahan-bahan dalam
pembuatan lukah dan juga mereka gunakan sebagai transportasi menuju tempat pertunjukan ritual lukah gilo dilaksanakan. Berikut gambar alat transportasi masyarakat
suku Bonai:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11: Alat transportasi sebelum tahun 1990
Gambar 12: Alat transportasi setelah tahun 1990
4.5 Sistem Mata Pencaharian