pasal 8, dan komponen wisata terdapat pada pasal 3. Komponen yang paling banyak terdapat dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 31.A Tahun
2010 adalah komponen konservasi yang dijelaskan dalam 5 pasal sedangkan komponen yang paling sedikit terdapat dalam Peraturan Walikota Bandar
Lampung Nomor 31.A Tahun 2010 adalah komponen edukasi dan wisata yang hanya dijelaskan dalam satu pasal. Komponen partisipasi dan manfaat ekonomi
tidak terdapat dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 31.A Tahun 2010 karena kebijakan ini lebih memfokuskan pada peruntukan wilayah pantai
yang dapat dimanfaatkan dan dijaga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar pantai.
Komponen konservasi yang dijelaskan dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 31.A Tahun 2010 dijelaskan melalui pengertian konservasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta kawasan konservasi, adanya peruntukkan zonasi untuk kawasan budidaya dan kawasan lindung, adanya
larangan menambang dan mengambil terumbu karang dengan bahan peledak yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Komponen edukasi yang dijelaskan
dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 31.A Tahun 2010 dijelaskan melalui pemanfaatan pulau-pelau kecil dan perairan sekitarnya untuk kegiatan
pendidikan dan pelatihan serta penelitian. Komponen wisata yang dijelaskan dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 31.A Tahun 2010 dijelaskan
melalui pemanfaatan pulau-pelau kecil dan perairan sekitarnya untuk pariwisata.
5.6 Kebutuhan stakeholder
Stakeholder yang telah teridentifikasi memiliki keterlibatan dalam pengelolaan wisata alam di Kota Bandar Lampung meliputi instansi pemerintah,
perusahaan, LSM, yayasan, pengusaha perorangan, kelompok masyarakat dan masyarakat. Setiap stakeholder memiliki kebutuhan untuk melaksanakan
TUPOKSIaturan kelembagaan visi misi tujuan lembaga dan kebijakan yang ditetapkan. Kebutuhan masing
–masing stakeholder harus diketahui secara jelas
agar mekanisme yang dibuat dapat menguntungkan semua pihak dan tidak hanya menguntungkan salah satu atau beberapa pihak saja. Hasil identifikasi kebutuhan
masing-masing stakeholder wisata alam berdasarkan wawancara dan observasi lapang sebagai berikut :
a. Disbudpar Bandar Lampung - Terciptanya multiplyer effect dalam sektor wisata
- Fasilitas di dalam objek wisata menyatu dengan alam - Peningkatan frekuensi forum wisata
b. PT Bumi Kedaton - Perbaikan jalan menuju objek wisata
c. Perusahaan Wira Garden - Adanya bantuan promosi wisata dari pemerintah daerah
- Adanya kerjasama diantara semua stakeholder dalam pengelolaan wisata alam
d. UPTD Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman - Penambahan Sumberdaya manusia
- Penambahan fasilitas, sarana dan prasarana e. Yayasan Taman Buaya Indonesia
- Kerjasama diantara instansi terkait yang saling mendukung
- Birokrasi yang dipermudah
- Perbaikan infrastruktur menuju objek wisata
f. PT Sutan Duta Sejati -
Adanya bantuan promosi wisata -
Penambahan sarana dan prasarana menuju objek wisata -
Adanya pembinaan terkait wisata oleh pemerintah daerah -
Penambahan model transportasi menuju objek wisata g. Kelompok sadar wisata THKT
- Adanya bantuan dana pengelolaan
- Pembinan dari tenaga ahli terkait pengelolaan wisata
h. Yayasan Sahabat Alam -
Perbaikan sarana dan prasarana i. BKSDA Lampung
- Peningkatan kualitas perawatan satwaliar di objek wisata
j. DKP KBL -
Pembangunan pelabuhan di pulau kubur k. Disbudpar Lampung
- Penambahan tenaga ahli di bidang pariwisata
- Peningkatan frekuensi koordinasi diantara para pihak
- Bantuan dana dari pusat dalam bentuk APBN
l. Beppeda Bandar Lampung -
Peningkatan pengelolaan wisata oleh pihak swasta m. PT Alam Raya
- Pemberian masukan dan saran dari pemerintah terkait pengelolaan wisata
- Perbaikan infrastuktur dan peningkatan keamanan
- Bimbingan mengenai pengembangan sumber air panas
n. KPPH sumber agung -
Tetap adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata o. Watala
- Perbaikan sarana dan prasarana
p. HPI -
Adanya bantuan dana operasional q. PHRI
- Peningkatan industri pariwisata di Lampung
- Adanya rancangan peraturan untuk mendorong masuknya investor
- Penambahan pilihan transportasi
- Adanya kesatuan pemikiran dari semua stakeholder
r. ASITA -
Penambahan objek wisata di Lampung -
Adanya peran ASITA dalam pembuatan surat izin pengusahaan pariwisata s. WWF
- Pembangunan pusat informasi wisata untuk seluruh Lampung
- Adanya kejelasan mengenai tarif wisata di Lampung
t. Kampung Sukamenanti -
Adanya bantuan dana pengembangan wisata u. Masyarakat
- Pelatihan pengolahan makanan khas dan pembuatan souvenir
- Adanya homestay milik masyarakat
- Peningkatan partisipasi masyarakat
- Lapangan kerja diprioritaskan bagi masyarakat setempat
- Adanya kerjasama dan kontribusi dari pihak pengelola
Hasil identifikasi kebutuhan masing-masing stakeholder yang telah dipaparkan dapat dikelompokan menjadi 8 kelompok kebutuhan berdasarkan
kesamaan kebutuhan. Tujuh kelompok kebutuhan terdiri infrastuktur, regulasi, forum, promosi, dana, penyuluhan dan sumberdaya manusia. Masing-masing
kelompok kebutuhan stakeholder disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kelompok kebutuhan stakeholder wisata alam
AspekKebutuhan Stakeholder
Infrastuktur PT Bumi Kedaton, UPTD Tahura WAR, Yayasan Taman Buaya Indonesia,
PT Sutan Duta Sejadi, Yayasan Sahabat Alam, Watala, PHRI
Fasilitas Disbudpar Bandar Lampung, WWF, UPTD Tahura WAR, DKP Bandar
Lampung, masyarakat
Regulasi Yayasan Taman Buaya Indonesia, PHRI
Forum
Disbudpar Bandar Lampung, Disbudpar Lampung, PHRI, Yayasan Taman Buaya Indonesia, Masyarakat
Promosi
Perusahaan Wira Garden, PT Sutan Duta Sejadi
Dana Kelompok Sadar Wisata THKT, HPI, Pengusaha Sukamenanti
Penyuluhan dan Bimbingan
PT Sutan Duta Sejadi, Kelompok Sadar Wisata THKT, PT alam Raya, masyarakat
Sumberdaya Manusia
UPTD Tahura WAR, Kelompok sadar wisata THKT, Disbudpar Lampung
Kebutuhan infrastruktur diperlukan lembaga swasta yang menjadi pemilikpengelola objek wisata alam karena infrastruktur dapat mempengaruhi
jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata. Pengaruh infrastruktur terletak pada kenyamanan pengunjung saat melakukan perjalanan. Apabila jalan menuju
objek wisata baik tidak bergelombangberlubang, penerangan jalan yang cukup dan pilihan transportasinya beragam maka pengunjung akan merasa senang
berkunjung ke objek wisata tersebut begitupun sebaliknya. Kebutuhan fasilitas diperlukan instansi pemerintah karena objek wisata yang dikelola instansi
pemerintah memiliki fasilitas yang kurang memadai dan fasilitasi diperlukan masyarakat karena fasilitas terutama pembuatan homestay dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Kebutuhan pada aspek forum diperlukan instansi pemerintah, lembaga swasta dan masyarakat karena forum dapat digunakan untuk
menyatukan tujuan dan mengakomodasi kepentingan dan keluhan dari masing- masing stakeholder.
5.7 Rumusan mekanisme hubungan stakeholder