Komponen konsevasi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskan melalui pengertian konservasi sumberdaya alam hayati KSDAH,
tanggung janggung jawab KSDAH di tangan pemerintah dan rakyat, kegiatan KSDAH
yang meliputi
perlindungan sistem
penyangga, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati, dan pengembangan peran masyarakat dengan
menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Komponen manfaat ekonomi dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 dijelaskan melalui pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk penangkaran, perburuan dan perdagangan. Komponen edukasi dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskas melalui bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan tumbuhan dan satwaliar. Komponen wisata dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskan melalui peragaan tumbuhan dan satwaliar kepada pengunjung.
5.5.3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 merupakan kebijakan nasional tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar. Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 1999 berisi empat komponen wisata alam yaitu konservasi, manfaat ekonomi, edukasi dan wisata. komponen yang paling banyak terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 adalah komponen konservasi yang dijelaskan pada 8 pasal sedangkan komponen yang paling sedikit terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 adalah komponen wisata yang hanya dijelaskan dalam tiga pasal. Komponen konservasi terdapat pada pasal 2, 4, 30,
31, 33, 40, 45 dan 61, komponen manfaat ekonomi terdapat pada pasal 2, 3, 17 dan 21, komponen edukasi terdapat pada pasal 2, 3, 4 dan 31, komponen wisata
terdapat pada pasal 1 dan 3. Komponen partisipasi tidak terdapat dalam peraturan pemrintah nomor 8 tahun 1999 karena partisipasi masyarakat hanya diarahkan
pada pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk penangkaran, perburuan dan perdagangan seperti yang terlihat pada pasal 12, 17, 19 dan 45.
Komponen konservasi yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar secara
lestari. Hal itu berarti pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dengan syarat dan ketentuan tertentu misalnya pemenfaatan jenis satwaliar dalam bentuk
penangkaran wajib menjaga kemurnian jenis tumbuhan dan satwaliar yang dilindungi, pemanfaatan satwaliar dalam bentuk perburuan hanya dilakukan untuk
keperluan olahraga berburu, perolehan trofi dan perburuan tradisional oleh masyarakat, pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk pertukaran
dilakukan atas dasar keseimbangan nilai konservasi dan pemanfaatan untuk pemeliharaan kesenangan harus memperhatikan kesehatan satwa. Selain itu
terdapat pembatasan kuota perburuan satwaliar secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar areal buru dengan menggunakan alat-alat tradisional.
Komponen manfaat ekonomi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk
penangkaran, perburuan dan perdagangan. Komponen edukasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan jenis tumbuhan
dan satwaliar dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan. Komponen wisata dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui
pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk peragaan kepada pengunjung.
5.5.4 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010