Kebijakan Input KERANGKA PEMIKIRAN

Karena kebijakan subsidi akan merubah harga dalam negeri menjadi lebih murah. Subsidi ini akan menyebabkan peningkatan impor dari Q 3 -Q 1 menjadi Q 4 -Q 2 . Transfer pemerintah sebesar PwGHPd terdiri dari dua bagian yaitu transfer dari produsen dan konsumen sebesar PwABPd dan transfer dari pemerintah ke konsumen sebesar ABHG, sehingga akan terjadi inefesiensi ekonomi pada sisi konsumsi dan produksi. Pada produksi, output turun dari Q 2 menjadi Q 1 menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar Q 2 AFQ 1 atau sebesar Pw x Q 2 – Q 1 sedangkan besarnya input yang dapat dihemat sebesar Q 2 BFQ 1 sehingga terjadi inefesiensi sebesar AFB. Pada konsumsi, menunjukkan terjadi opportunity cost akibat meningkatnya Q 3 menjadi Q 4 adalah sebesar Pw x Q 4 – Q 3 atau sebesar Q 3 EGHQ 4 dengan kemampuan membayar konsumen sebesar Q 3 EHQ 4 sehingga terjadi inefesiensi sebesar EGH sehingga total inefesiensi yang terjadi sebesar AFB dan EGH. Gambar 2d menunjukkan subsidi untuk barang ekspor, pada gambar tersebut menunjukkan harga dunia lebih besar Pw dari harga yang diterima produsen Pp. Harga yang lebih rendah menyebabkan konsumsi untuk barang ekspor menjadi meningkat dari Q 1 menjadi Q 2 . Perubahan ini menyebabkan terjadi opportunity cost sebesar Pw x Q 2 – Q 1 atau area yang sama dengan kemampuan membayar konsumen yaitu Q 1 CAQ 2 dengan inefesiensi yang terjadi sebesar CBA.

3.1.2.2. Kebijakan Input

Kebijakan pemerintah juga diberlakukan pada variable input tradable dan non tradable. Pada kedua input tersebut, kebijakan dapat berupa subsidi positif dan subsidi negatif pajak, sedangkan kebijakan hambatan perdagangan tidak diterapkan pada input domestik non tradable. Perubahan yang terjadi akibat adanya intervensi pemerintah dalam bentuk subsidi dan kebijakan perdagangan akan mengakibatkan perubahan harga barang, jumlah barang, surplus produsen dan konsumen berubah Monke dan Pearson, 1989. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. a S – IT b S + IT Keterangan : Pw : Harga Q di Pasar Dunia S – IT : Pajak Input untuk Barang Tradable S + IT : Subsidi Input untuk Barang Tradable Sumber : Monke dan Pearson 1989 Gambar 3. Subsidi dan Pajak Input Tradable Gambar 3a menunjukkan adanya pajak pada input menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga pada tingkat harga output yang sama, output Pw Pw Q 2 Q 1 Q 3 C B A S’ S Q 1 Q 2 Q 3 A S S’ P Q D B C P Q D domestik turun dari Q 1 ke Q 2 dan kurva suplai bergeser ke atas. Efesiensi ekonomi yang hilang adalah ABC. Perbedaan antara nilai output yang hilang Q 1 ACQ 2 dengan biaya produksi untuk menghasilkan output tersebut adalah sebesar Q 2 BAQ 1 . Gambar 3b menunjukkan dampak subsidi pada input tradable yang digunakan. Apabila kondisi perdagangan bebas harga yang berlaku adalah Pw dengan produksi sebesar Q 1 . Adanya subsidi pada input tradable menyebabkan biaya produksi lebih rendah dan penggunaan input lebih intensif, sehingga kurva supply bergeser ke bawah S’ dan produksi meningkat dari Q 1 menjadi Q 2 . Inefesiensi yang terjadi adalah sebesar ABC yang merupakan pengaruh perbedaan antara biaya produksi setelah output meningkat yaitu Q 1 ACQ 2 dengan penerimaan output yang meningkat yaitu Q 1 ABQ 2 . Pada input non tradable, intervensi pemerintah berupa hambatan erdagangan tidak tampak karena input non tradable hanya diproduksi di dalam negeri. Intervensi pemerintah adalah subsidi positif dan subsidi negatif pajak yang dapat dilihat pada Gambar 4. a S – N P Pc Pd Pp C B D A S D Q Q 2 Q 1 b S + N Keterangan : Pd : Harga Domestik Sebelum Diberlakukan Pajak dan Subsidi Pc : Harga di Tingkat Konsumen Setelah Diberlakukan Pajak dan Subsidi Pp : Harga di Tingkat Produsen Setelah Diberlakukan Pajak dan Subsidi S-N : Pajak untuk Barang Non Tradable S+N : Subsidi untuk Barang Non Tradable Sumber : Monke dan Pearson 1989 Gambar 4. Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable Gambar 4a menunjukkan bahwa sebelum diberlakukannya pajak terhadap input, harga dan jumlah keseimbangan dari penawaran input non tradable adalah Pd,Q 1 . Adanya pajak Pc – Pp menyebabkan produk yang dihasilkan turun menjadi Q 2 . Harga di tingkat produsen turun dari Pp dan harga yang diterima konsumen naik menjadi Pc. Efesiensi ekonomi dari produsen yang hilang sebesar ABD dan dari konsumen yang hilang sebesar CBA. Gambar 4b menunjukkan bahwa sebelum diberlakukannya subsidi terhadap input, harga dan jumlah keseimbangan dari penawaran dan permintaan input non tradable berada pada Pd,Q 1 . Adanya subsidi menyebabkan produksi meningkat dari Q 1 ke Q 2 , harga yang diterima produsen naik menjadi Pp dan harga yang diterima konsumen turun menjadi Pc. Efesiensi yang hilang dari produsen sebesar ABC dan konsumen sebesar ABD. P Pp Pd Pc C A S B D D Q Q 1 Q 2

3.1.3. Matriks Analisis Kebijakan Policy Analysis MatrixPAM