Metode Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing Penentuan Harga Bayangan

Apabila TB 0, menunjukkan tambahan surplus petani rumput laut yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output, demikian pula sebaliknya jika TB 0 menunjukkan penurunan surplus petani rumput laut yang disebabkan oleh penerapan kebijakan pemerintah terhadap input-output. h. Koefisien Keuntungan Profitability Coefficient, PC Profitability Coefficient PC adalah rasio antara keuntungan pada tingkat harga privat dengan keuntungan pada tingkat harga sosial. PC = D H Apabila PC 1, berarti secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberi insentif pada petani rumput laut. Akan tetapi jika PC 1, maka kebijakan pemerintah membuat keuntungan yang diterima petani rumput laut lebih kecil dibandingkan tanpa ada kebijakan. i. Rasio Subsidi Bagi Produsen Subsidy Ratio to Producer, SRP Subsidy Ratio to Producer SRP adalah rasio antara transfer bersih dengan penerimaan pada tingkat harga sosial. SRP = L E Dimana : L = Transfer Bersih E = Penerimaan pada tingkat harga sosial Apabila SRP 0 atau bernilai negatif menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan petani mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosial untuk berproduksi dan sebaliknya jika SRP 0 atau positif berarti petani mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari opportunity cost.

4.4.2. Metode Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing

Menurut Monke dan Pearson 1989 ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengalokasikan biaya ke dalam komponen domestik dan asing yaitu pendekatan total Total Approach dan pendekatan langsung Direct Approach. Pendekatan total mengasumsikan setiap biaya input tradable dibagi ke dalam komponen biaya domestik dan asing dan penambahan input tradable dapat dipenuhi dari poduksi domestik jika input tersebut mempunyai kemungkinan untuk diproduksi di dalam negeri. Sedangkan pendekatan langsung mengasumsikan seluruh biaya input yang dapat diperdagangkan input tradable baik impor maupun produksi dalam negeri dinilai sebagai komponen biaya asing dan dapat dipergunakan apabila tambahan permintaan input tradable tersebut dapat dipenuhi dari perdagangan internasional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan total karena dianggap tepat untuk digunakan dalam menganalisis dapak kebijakan dan memperkirakan biaya ekonomi biaya sosial dalam analisis keunggulan komparatif dengan mengalokasikan biaya ke dalam komponen asing tradable dan domestik non tradable . Penentuan komponen biaya asing dan domestik dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.4.3. Penentuan Harga Bayangan

Penentuan harga pada input dan output yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua tingkat harga yaitu harga pasar harga privat atau harga aktual dan harga bayangan harga sosial atau harga ekonomi. Harga pasar adalah tingkat harga yang diterima petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke dalam penjualan hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor produksi. Menurut Gittinger 1986, perhitungan harga bayangan dapat dilakukan dengan mengeluarkan distorsi akibat adanya kebijakan pemerintah seperti subsidi, pajak, penentuan upah minimum, harga pembelian pemerintah dan lain-lain. Harga bayangan dalam penelitian ini adalah harga bayangan output hasil rumput laut kering dan harga bayangan input seperti tali rafia, solar, tenaga kerja, peralatan dan nilai tukar rupiah. Komoditas yang tradable, harga bayangan output usahatani rumput laut yang merupakan komoditi ekspor didekati dengan harga FOB Free on Board yaitu harga di pelabuhan ekspor dalam penelitian ini adalah pelabuhan Soekarno-Hatta di Makassar.

4.4.3.1. Harga Bayangan Output

Komoditi rumput laut yang dihasilkan oleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke merupakan komoditi ekspor sehingga harga bayangan output yang digunakan adalah harga FOB Free on Board di pelabuhan ekspor pelabuhan acuan yaitu pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar yang dikonversi dengan SER Shadow Exchange Rate dikurangi dengan biaya tataniaga transportasi dan penanganan dari pelabuhan ke Kepulauan Tanakeke, sehingga dihasilkan harga paritas ekspor di tingkat petani. Komoditi rumput laut kering yang dihasilkan di Kepulauan Tanakeke merupakan komoditi yang berorientasi ekspor. Penentuan FOB dapat dihitung dari harga CIF rumput laut di negara pengimpor dikurangi dengan biaya asuransi dan pengapalan Insurance and Freight. Diketahui bahwa harga CIF rumput laut di pasar internasional China adalah sebesar 1 287 US Dollar per Ton. Biaya asuransi dan pengapalan Insurance and Freight rumput laut dari China ke Indonesia ditentukan dari besarnya pajak yang harus dikeluarkan berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pajak yaitu 10 persen dari harga CIF untuk komoditas yang berasal dari Asia yang Non-Asean adalah sebesar 128 US Dollar per Ton, sehingga harga FOB rumput laut di Indonesia adalah sebesar 1 159 US Dollar per Ton. Nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan nilai tukar bayangan SER sebesar Rp 9 062.12 per US Dollar. Hasil tersebut kemudian dikurangi dengan biaya transportasi dan bongkar muat di Pelabuhan Makassar, sehingga didapatkan harga paritas ekspor tingkat pedagang besar sebesar Rp 9 461 per Kilogram. Terakhir biaya tersebut dikurangi dengan biaya distribusi ke tingkat petani sebesar Rp 1 810 per Kilogram, sehingga diperoleh harga paritas ekspor di tingkat petani sebesar Rp 7 651 per Kilogram. Perhitungan harga paritas ekspor di tingkat petani dapat dilihat pada Lampiran 10.

4.4.3.2. Harga Bayangan Tenaga Kerja

Menurut Pearson and Gotsch 2005, menyatakan bahwa peneliti tidak banyak menemukan divergensi yang mempengaruhi pasar tenaga kerja di Indonesia. Hal ini disebabkan karena ketentuan upah minimum tidak berlaku di sektor pertanian. Menurut Gittinger 1986, tenaga kerja di pedesaan umumnya bukan merupakan tenaga ahli dan kenyataan masih adanya pengangguran. Sehingga dalam penelitian ini pengukuran harga bayangan tenaga kerja menggunakan pendekatan produk marginal dimana produk marginal sebenarnya masih dapat ditingkatkan, sehingga tingkat upah bayangan diduga lebih rendah dari upah aktual. Tingkat upah bayangan adalah tingkat upah aktual di Kepulauan Tanakeke dikali persentase penduduk yang bekerja di Kabupaten Takalar. Secara umum pengukuran harga bayangan tenaga kerja didasarkan pada formulasi sebagai berikut : HB Upah Tenaga Kerja = 100 - pengangguran X HA Upah Tenaga Kerja dimana : HB = Harga Bayangan HA = Harga Aktual Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Takalar 2010 dengan adanya pengangguran sebesar 8 persen, maka harga bayangan sosial adalah 92 persen dari tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian. Tingkat upah aktual yang berlaku adalah Rp 2 500 per HOK. Sehingga harga bayangan tenaga kerja adalah Rp 2 300 per HOK. 4.4.3.3. Harga Bayangan Bibit Rumput Laut Harga bayangan untuk benih rumput laut didekati dengan harga aktualnya. Hal ini disebabkan karena bibit yang digunakan oleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke pada umumnya adalah bibit lokal, sehingga harga bayangan sama dengan harga pasarnya harga di Kepulauan Tanakeke.

4.4.3.4. Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan

Penentuan harga bayangan sarana produksi dan peralatan didasarkan pada harga border price untuk input tradable dan harga domestik untuk input non tradable . Dalam penelitian ini yang termasuk input tradable adalah tali rafia dan solar, sedangkan bibit dan peralatan yang digunakan termasuk ke dalam input non tradable. Harga bayangan tali rafia merupakan harga beli di lokasi penelitian harga pedagang pengumpultoko saprodi setempat. Hai ini didasari asumsi bahwa border price hanya pada komponen atau bahan baku pembuatan tali rafia tersebut, sehingga sulit untuk menentukan harga bayangan border price untuk bahan baku. Selain itu, tali rafia merupakan input sarana produksi yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah, sehingga harga jual dilepas ke mekanisme pasar pasar bebas. Untuk itu harga sosial harga bayangan sama dengan harga privatnya harga aktualnya. Biaya tali rafia terdiri dari tradable dan non tradable, dimana sebagian bahan bakunya adalah impor, maka ditetapkan 20 persen dihitung sebagai komponen tradable dan 80 persen non tradable. Harga bayangan untuk peralatan digunakan harga pasar dengan pertimbangan tidak ada kebijakan pemerintah yang mengatur secara langsung, sehingga distorsi pasar yang terjadi amat kecil atau pasar mendekati pasar persaingan sempurna. Sementara dalam perhitungan analisis ekonomi dan finansial, nilai harga yang dimasukkan adalah nilai penyusutan dari masing- masing peralatan berdasarkan umur ekonomisnya.

4.4.3.5. Harga Bayangan Nilai Tukar Rupiah

Harga bayangan nilai tukar uang adalah harga uang domestik dalam kaitannya dengan mata uang asing yang terjadi pada pasar nilai tukar uang pada kondisi persaingan sempurna Suryana, 1980. Salah satu pendekatan untuk menghitung harga bayangan nilai tukar uang adalah harga bayangan harus berada pada tingkat keseimbangan nilai tukar uang. Keseimbangan nilai tukar uang dapat dihitung menggunakan Standard Conversion Factor SCF sebagai faktor koreksi terhadap nilai tukar resmi yang berlaku. Squire dan Van Der Tak 1982 dalam Gittinger 1986 menggunakan formula sebagai berikut : SER t = OER t SCF t Dimana : SER t : Nilai Tukar Bayangan RpUS OER t : Nilai Tukar Resmi RpUS SCF t : Faktor Konversi Standar Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut : SCF t = Xt + Mt Xt – Txt + Mt + Tmt Dimana : SCFt : Faktor konversi standar untuk tahun ke-t Xt : Nilai ekspor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Mt : Nilai impor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t Rp Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t Rp Harga bayangan nilai tukar dihitung berdasarkan metode Squire dan Van Der Tak yaitu besarnya nilai ekspor tahun 2010 senilai Rp 1 423.505 milyar, nilai impor senilai Rp 1 223.97 milyar, pajak ekspor sebesar Rp 8 030 milyar dan pajak impor sebesar Rp 19 760 milyar BPS, 2010. Sehingga diperoleh nilai SER sebesar Rp 9 062.12. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan uraian di atas, komponen input dipisahkan antara komponen tradable dan komponen non tradable domestik, maka metode penentuan harga bayangan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Metode Pendekatan Penentuan Harga Privat dan Sosial Usahatani Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, 2011 No. Uraian Harga Privat Harga Bayangan Sosial 1 Output Harga yang berlaku di pasaran Harga perbatasan FOB. Harga Bayangan Rumput Laut = FOB X SER – Biaya transportasi dan penanganan dari pelabuhan ke tempat penelitian Pearson et all, 2005 2 Bibit Harga yang berlaku di pasaran Sama dengan harga privat 3 Tali Rafia Harga yang berlaku dipasaran Sama dengan harga privat 4 Solar Harga yang berlaku dipasaran Sama dengan harga privat 5 Tenaga Kerja Tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian Berdasarkan konsep produk marginal Gittenger, 1986 mempertimbangkan tingkat pengangguran 8 persen sehingga 92 persen dari upah aktual 6 Biaya Peralatan Biaya penyusutan peralatan Sama dengan harga privat 7 Nilai Tukar Nilai tukar yang berlaku pada saat penelitian berlangsung Keseimbangan nilai tukar uang yang didekati dengan menggunakan SCF Standar Conversion Factor Berdasarkan uraian di atas mengenai harga bayangan, maka nilai harga bayangan dan harga privat dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Justifikasi Nilai Harga Bayangan Sosial dan Harga Privat Usahatani Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, 2011.

4.5. Analisis Sensitivitas