rumput laut terbesar dari Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar rumput laut Indonesia yang terbesar adalah pasar Asia.
2.3.2. Studi Aspek Daya Saing
Penelitian mengenai daya saing keunggulan komparatif dan kompetitif telah banyak dilakukan diantaranya Sumaryanto dan Friyatno 2007, Kurniawan
2008, Feryanto 2010, serta Indrayani 2011. Untuk penelitian daya saing rumput laut belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian yang relevan dengan
daya saing rumput laut diantaranya adalah Mira dan Reswati 2006, Yusuf dan Tajerin 2008, serta Rajagukguk 2009.
Analisis daya saing usaha budidaya rumput laut di Indonesia dengan menggunakan metode PAM dilakukan oleh Mira dan Reswati 2006. Penelitian
ini dilakukan pada daerah sentra produksi rumput laut Indonesia. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa usaha budidaya rumput laut di Bali dan Sulawesi
memiliki daya saing yang dilihat dari hasil analisis daya saing, dimana D 0 dan H 0, sedangkan untuk Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur tidak memiliki
daya saing, ini diperlihatkan dari hasil analisis D 0 dan H 0. Bali memiliki daya saing karena kualitas rumput laut yang dihasilkan lebih bagus dibanding
daerah lain, sedangkan Sulawesi memiliki daya saing karena bibit yang digunakan relatif lebih bagus dan budidaya dilakukan sepanjang tahun. Nusa Tenggara
Barat dan Jawa Timur tidak memiliki daya saing karena mutu rumput laut yang dihasilkan kurang memenuhi kriteria yang ditetapkan industri.
Penelitian Yusuf dan Tajerin 2008 menyimpulkan bahwa Peubah utama yang memberikan pengaruh dominan terhadap ekspor rumput laut Indonesia
adalah peubah ekspor rumput laut tahun sebelumnya dan produksi rumput laut. Sedangkan peubah suku bunga dan tingkat suku bunga bank dan harga domestik
rumput laut belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penawaran eskpor rumput laut Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter
terkait dengan pergerakan suku bunga belum memberikan dorongan secara nyata bagi peningkatan ekspor rumput laut Indonesia. Selain itu dengan adanya
kebijakan yang berorientasi pada ekspor, maka harga domestik rumput laut juga tidak mendukung ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional.
Rajagukguk 2009 melakukan penelitian daya saing rumput laut Indonesia di pasar internasional dengan menggunakan data sekunder dengan
metode analisis regresi data panel Pooled OLS dan Fixed Effect. Hasil analisis menyimpulkan bahwa model pangsa pasar yang telah dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui posisi daya saing ekspor rumput laut di negara tujuan ekspor pada tahun-tahun tertentu. Indonesia memiliki daya saing di Negara
Hongkong, Philphina, Spanyol dan Denmark. Hal berbeda ditemukan di Negara China dimana pada negara tersebut Indonesia baru berdaya saing setelah tahun
2004. Sedangkan untuk USA, Indonesia baru berdaya saing pada tahun 2006, demikian juga dengan Korea Selatan baru pada tahun 2005. Jepang, United
Kingdom dan Francis, rumput laut Indonesia sama sekali tidak memiliki daya saing.
2.3.3. Studi Aspek Kebijakan