VII. GAMBARAN WILAYAH, KARATERISTIK USAHATANI RUMPUT LAUT DAN RESPONDEN PENELITIAN
7.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 7.1.1. Luas dan Letak Geografis Kepulauan Tanakeke
Kepulauan Tanakeke dengan luas sekitar 37 Km
2
dan terletak pada 119
14’22”sampai 119 20’29” Bujur Timur dan 5
26’43” sampai 5 32’34”
Lintang Selatan. Kepulauan Tanakeke terdiri atas 2 desa yaitu Desa Maccinibaji dan Desa Mattirobaji.
Desa Maccinibaji memiliki luas wilayah 8.95 Km
2
, yang terdiri dari 10 dusun yaitu: 1 Dusun Tompo Tanah sebagai pusat desa, 2 Ujung Tanah, 3
Cambaya, 4 Bangkotinggia, 5 Balangdatu Luar, 6 Balangdatu Dalam, 7 Bungung Lompoa, 8 Balang Loe, 9 Camba Loe, 10 Dande Dandere.
Sedangkan Desa Mattirobaji terdiri dari 8 dusun yaitu : 1 Dusun Rewataya sebagai pusat desa, 2 Kalukuang, 3 Lantangpeo, 4 Labbutallua, 5
Bauluang, 6 Guntungan, 7 Satangnga, dan 8 Dayang-Dayangan, namun perkembangan rumput laut di Desa Mattirobaji tidak sebaik di Desa Maccinibaji,
dimana hanya Dusun Rewataya, Lantangpeo, Labbutallua dan Kalukuang yang masyarakatnya membudidayakan rumput laut.
7.1.2. Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke
Budidaya rumput laut di Kepulauan Tanakeke pada umumnya dilakukan dengan metode Rawai atau dikenal dengan Metode Tali Panjang Long Line,
setiap pancang ukurannya bervariasi dan jumlah bentangan disesuaikan dengan ukuran tiang pancang. Ukuran dari lahan budidaya rumput laut disebut dengan
blok. Misalnya luas satu blok adalah 25 m X 10 m artinya panjang tali ris bentang 25 meter dengan jumlah tali bentangan 10 dengan jarak antara ris 1 meter.
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk satu blok budidaya rumput laut terdiri dari tali ris bentang, tali utama atau tali jangkar, tali rafia, botol plastik
bekas botol air mineral sebagai pelampung, patok, bibit rumput laut yang jumlahnya sesuai dengan jumlah bentangan yang akan dilaksanakan dan peralatan
lainnya seperti pisau, keranjang dan sampan.
Penanaman bibit rumput laut dilakukan dengan cara mengikatkan bibit pada tali ris bentangan dengan jarak 25 cm sepanjang tali bentangan dan jarak
antar bentangan antara 0.5 – 1 meter dengan lama pemeliharaan hingga panen
berkisar antara 35 – 45 hari. Agar rumput laut tetap mengapung dan berada 10 cm
di bawah permukaan laut maka tali ris bentangan diikatkan pelampung dari botol plastik. Hambatan dalam pemeliharaan rumput laut adalah adanya hama dan
penyakit. Hama terberat rumput laut adalah jenis ikan terutama ikan baronang sedangkan penyakit yang sering menyerang rumput laut adalah busuk atau patah
pada pangkal tanaman rumput laut. Panen rumput laut yang dilakukan oleh petani di Kepulauan Tanakeke
adalah dengan mengambil sebagian hasil rumput laut yang ditanam dengan cara melepas tali plastik pengikatnya tali rafia dan sisanya untuk dijadikan bibit pada
penanaman berikutnya, lalu diletakkan pada perahu yang telah disediakan.. Di dalam perahu, tali dilepaskan lalu diangkat ke darat, dimasukkan ke dalam karung
kemudian ditimbang, setelah ditimbang basah lalu dijemur di jalan depan rumah yang hanya beralaskan jaring. Jika cuaca baik, panen dapat dilakukan pada pagi
atau sore hari. Panen dilakukan selama 3-4 jam per orang untuk 2 – 3 blok
dengan jumlah bentangan per blok terdiri atas 50 - 60 bentangan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa setiap bentangan tanaman dapat
diperoleh hasil berat basah sekitar 42 kg. Rumput laut yang masih basah ditebar merata diatas di atas jaring dan
langsung dijemur di sinar matahari.dan sebagian ada yang menjemur rumput laut diatas para-pararak bambu. Cara pengeringan dengan menggunakan jaring
tersebut dilakukan oleh sekitar 95 persen petani rumput laut. Cara tersebut kurang menjamin kebersihan rumput laut karena langsung bersentuhan dengan tanah
meskipun menggunakan para-para dari bambu. Lama pengeringan antara 2 – 3
hari apabila cuaca panas atau terik, atau setelah rumput laut berubah warna dari hijau tua menjadi kebiru-biruan sampai hijau gelap, diperkirakan rendemen
rumput laut dari basah ke kering adalah 28 persen dengan kandungan air antara 38 – 40 persen. Rumput laut yang sudah kering kemudian ditumpuk di bawah
kolong rumah petani dalam keadaan terbuka sehingga kelembabannya tetap stabil.
Untuk lebih jelasnya mengenai proses produksi rumput laut di Kepulauan Tanakeke dapat dilihat pada Gambar 9.
a. Penanaman Rumput Laut b. Panen Rumput Laut c. Pengangkutan Hasil
Panen
d. Proses Pengeringan e. Proses Penimbangan f. Proses Pengepakan Gambar 9. Proses Produksi Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke
7.1.3. Persyaratan Lokasi dan Lahan
Persyaratan kondisi perairan bagi budidaya rumput laut relatif sama dengan usaha budidaya laut lainnya. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan
dari usaha budidaya rumput laut hendaknya dipilih lokasi yang sesuai dengan ekobiologi persyaratan tumbuh rumput laut.
Menurut Indriani dan Sumiarsih 1999, beberapa syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut antara lain : 1 lokasi budidaya rumput laut harus bebas
dari pengaruh angin topan, 2 tidak mengalami fluktuasi salinitas kadar garam yang besar yaitu sekitar 32-34 ppt, 3 lokasi budidaya harus mempunyai gerakan
air yang cukup. Kecepatan arus yang cukup untuk budidaya Eucheuma sp 20-30 cmdetik, 4 dasar perairan budidaya Eucheuma sp adalah dasar perairan karang
berpasir, 5 pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm, 6 kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara
horizontal, 7 suhu air berkisar 27-30
o
C dengan fluktuasi harian maksimal 4
o
C, 8 pH air antara 7-9 dengan kisaran optimum 7.3-8.2, 9 lokasi dan lahan
sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran, 10 sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai jenis makro algae lain
seperti Ulva, Cauletpa, Padina, Hypnea dan lain-lain sebagai indikator. Kepulauan Tanakeke sangat cocok untuk budidaya rumput laut karena
karateristik perairan yang ada di kepulauan ini berbentuk teluk sehingga cenderung tenang, karena terlindung dari gelombang laut yang terbuka dengan
kecerahan perairan yang sangat cerah dimana sinar matahari tidak mencapai lapisan dasar perairan.
7.2. Karateristik Responden Penelitian